Setiap manusia memiliki fitrahnya masing-masing. Fitrah adalah sifat asal, kesucian, bakat dan pembawaan. Dengan fitrah itu manusia lahir tumbuh dan berkembang mengikuti kodratnya. 

Fitrah terbaik akan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar sehingga dengan mudah dan cepat bisa menumbuhkan karakter, budi pekerti hingga akhlaknya.

Antara fitrah dan lingkungan ini sudah menjadi fokus bahkan prioritas umat manusia khususnya umat islam. 14 abad silam baginda Rasulullah saw memberikan isyarat melalui sabdanya

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Tidak ada yang dilahirkan kecuali di atas fitrah, lalu kedua orang tuanya menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Bersama kita bisa, unsur  terkecil yang terkandung di dalamnya kebersamaan adalah keluarga. Disinilah madrasah pertama kita, bahkan ada yang lebih spesifik dari kata keluarga jika dikaitkan dengan madrasah atau pendidikan pertama, melalui sebuah ungkapan 

الأم مدرسة الأولى

Ibu adalah madrasah yang pertama.

Jika dikaitkan dengan hadis diatas pembentukan fitrah manusia di awali dari pendidikan keluarga terutama ibu dan bapaknya. 

kebersamaan menjadi ruh yang mendampingi setiap langkah kita. Hangatnya akan menjadi selimut dalam setiap keadaan, akan semakin terasa hangatnya saat kita menghadapi persoalan.

Keluarga sebagai lingkungan terkecil membimbing pondasi fitrah dan menjadi penentu baik dan buruknya fitrah itu sebelum dipengaruhi lingkungan lain yang mungkin lebih kuat pengaruhnya.

Sebuah keniscayaan diantara fitrah manusia adalah H2C Harap-harap cemas sebagai siapapun akan merasakannya tapi yakinlah melalui kebersamaan sekecil dan sesingkat apapun kita akan mendarat dan meraih makna Bisa.

Semoga kita bisa bersama dan bersama meraih bisa

فإذا عزمت فتوكل على الله

والله أعلم بالصواب