Eha julaiha

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Tentang Hujan

Langit kelabu meski jam menunjukan pukul enam pagi, dingin membelai kulit. Enggan beranjak dari tempat tidur, selimut ku tarik lagi menutup seluruh tubuhku. Kebetulan hari ini adalah hari hari libur, hari Ahad. Setelah enam hari sibuk berjibaku dengan segala aktivitas yang menguras tenaga, dan pikiran. Ingin ku rehatkan sejenak semua di Ahad ini memanjakan diri sendiri, bangun siang setelah sholat subuh rebahan kembali.

Momen-momen langka yang bisa ku nikmati. Udara terasa dingin membungkus kulit, Jakarta rasa puncak perlahan tetes tetes air hujan terdengar di atas genting, makin membuat aku malas beranjak dari tempat tidur. " Hoaam"... Aku menguap ngantuk mulai mendera kembali. Baru saja mata mulai tertutup ingin menikmati Ahad bahagiaku, terdengar lamat-lamat suara tangis ibu dari kamar sebelah.

Kenapa ? Apa yang terjadi ? Aneka macam pertanyaan memenuhi benakku. Rasa penasaran mengajak ku bangun untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi dengan ibuku.

" Kenapa bapak tega, apa salah ibu pak, bapak tak punya hati, Berapa tahun bapak sembunyikan kebohongan itu ? Ibu tidak mengerti apa yang membuat bapak berbuat seperti itu"? Selama ini kita tak pernah ada masalah berat pak, banyak tega banget sama ibu .." terdengar ibu berkata-kata setengah berteriak seperti sedang menahan amarahnya. Bapak hanya diam dan mencoba menenangkan ibu. " Sudahlah bu, jangan berteriak teriak malu kedengeran sama anak kita. Bapak kan sudah minta maaf Bu, sudah jujur semua pada ibu, bapak hanya khilaf Bu ". Kata bapak sambil berusaha memeluk ibu, namun ibu berontak dan seperti mengelak. Jangan peluk !!! Kalau perempuan itu tidak mati mana mungkin bapak berterus terang, berapa tahun bapak bohongin ibu pak ... Hiks hiks hiks .. ibuku terus saja menangis

Aku yang tak percaya melihat semuanya, kaget dan sangat sedih menerima kenyataan. Ternyata bapak punya istri yang lain selain ibuku, dan parahnya bapak juga punya anak dari perempuan itu. Tak terasa air mata menetes di pipi, perih di hati terasa menyayat mengetahui kebenaran yang sangat menyakitkan.

Keluargaku terkenal sangat harmonis, ekonomi yang mapan, bapak yang baik hati dan memiliki pekerjaan sangat mapan, ibuku sangat cantik meski hanya seorang ibu rumah tangga tulen, namun ibu sangat perhatian dan sangat suka menolong orang lain yang kesusahan. Tak heran ibu memiliki banyak teman dan sangat di kenal tetangga sebagi orang yang ramah dan baik hati.

Namun siapa sangka kebaikan dan kecantikan ibu tak mengubah apapun, bapak dengan tega nya merenggut kebahagiaan keluarga, membohongi ibu dan anak-anaknya dengan menikahi perempuan lain. Yang sekarang telah meninggal, mungkin jika perempuan itu tidak meninggal bapak akan terus mempertahankan kebohongannya.

Hujan masih terus mengguyur bumi, seperti kesedihan yang saat ini tengah melanda keluargaku. Ingin aku berlari sejauh-jauhnya menumpahkan perih di hati bermain di tengah derasnya hujan. Agar tangis yang terus tumpah membasahi pipiku, perih yang melukai hatiku tak terlihat tersamar oleh hujan.

Bapak terus memohon maaf kepada ibu, mohon maaf atas khilaf yang telah di perbuatnya. Ibu yang terluka pasti akan sangat susah untuk melupakan pengkhianatan bapak, meski di bibir bisa saja berkata telah memaafkan bapak.

Hujan ... Cukuplah jadi saksi tangis yang tertumpah bahwa waktu tak bisa terulang, yang tersakiti akan rapuh dan sulit melupakan. Aahhh hidup tak memberi pilihan antara pergi atau tetap tinggal dengan menahan segala perih. Takdir tak bisa di salahkan. Hanya jiwa jiwa kerdil yang selalu merasa tidak puas dan selalu merasa kurang atas apa yang di terimanya. Lupa bersyukur dan suka menyakiti orang yang telah ikhlas mencintainya.

Ibu ... Pasti kuat dan akan selalu kuat, aku selalu mencoba support dan terus berusaha beri kekuatan semangat, senyum di bibirnya akan kembali bersinar untuk kami semua anak-anak yang begitu mengasihinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen yang asyik,enak d baca.

02 Mar
Balas



search

New Post