MENGUATKAN PEMBELAJARAN DI DAERAH 3T
SUB TEMA : MENGUATKAN PEMBELAJARAN DI DAERAH 3T (TERDEPAN, TERLUAR DAN TERTINGGAL)
JUDUL : MEMANFAATKAN PETALOKA TENTANG FASE BULAN SEBAGAI ALTERNATIF MEMAHAMI MATERI REVOLUSI BULAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI WILAYAH PESISIR.
Suatu sore saya berkunjung ke rumah seorang anak didik yang berada di pesisir pantai. Orang tuanya berprofesi sebagai nelayan. Setiap sore pada cuaca cerah dan arah angin cukup tenang, orang tuanya harus melaut untuk menafkahi atau sekedar memenuhi kebutuhan lauk pauk keluarga. Timbulah pertanyaan yang kian lama menggelisah ketika mengajar anak didik tentang revolusi bulan. Wujud kegelisahan itu tatkala anak didik yang dikunjungi pernah bertanya seperti ini, pak guru, bapak saya kalau ke laut cari ikan hanya lihat bulan , terus dia bilang sekarang angin cukup tenang di desa kita, bulan terang dan baik untuk pergi melaut, kenapa begitu pak? Pertanyaan ini tentu tak cukup hanya dijawab secara teoritik, namun perlu mendapat konfirmasi langsung dari nelayan lokal tentang pengetahuan mereka terhadap hubungan arah angin dan fase bulan. Kemudian pengetahuan itu dihubungkan dengan materi revolusi bulan pada anak didik sekolah dasar kelas VI sesuai kompetensi dasar yang ada.
Permasalahan yang sering muncul di daerah 3 T (terdepan, terluar dan tertinggal) tidak lain adalah persoalan fasilitas pendidikan yang tidak memadai, selain fasilitas, sumber daya gurunya pun tidak terampil mengelolah pembelajaran, yang mengarah pada kearifan lokal di daerah 3 T (terdepan, terluar dan tertinggal). Tetapi yang juga mulai hilang adalah anak didik mulai melupakan kearifan lokal yakni nama bulan dalam bahasa daerah, yang sangat memungkinkan bagi mereka untuk memahami fase bulan dalam pembelajaran di sekolah. Sehingga pembelajaran dengan pendekatan konteks ke konsep sangat diperlukan untuk menguatkan pembelajaran dan kearifan lokal di daerah 3T.
Pendekatan konteks ke konsep yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang mengangkat situasi nyata yang terjadi dan menghubungkan dengan materi pembelajaran di sekolah. Misalnya Bapak Winstor Labai orang tua dari Nikar Labai siswa kelas VI sekolah dasar, dengan yakinnya menjelaskan kepada saya tentang fase bulan dalam bahasa daerah (Bahasa Siau), Engku kamageng bulang harese berarti anging mutiu anging bahe dang laude maiha, kumbahang mubae, dunia marendung takoa e bulang. Anging katakutangu tumata sulaude seng anging bahe. Artinya dalam Bahasa Indonesia Engku (sebutan untuk guru yang masih muda) jika memasuki bulan baru berarti angin akan bertiup dari arah barat dan lautan cukup kencang, dan tidak boleh melaut, karena bulan gelap dan tidak ada cahaya. Angin barat selalu ditakuti oleh para nelayan. Dengan memanfaatkan Petaloka (Pengetahuan Nelayan Lokal) tentang fase bulan sebagai alternatif untuk memahami materi revolusi bulan di wilayah pesisir daerah Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, maka dapat mendukung dan menguatkan pembelajaran di daerah 3 T.
Ada beberapa teori yang mendukung pembelajaran dengan pendekatan konteks ke konsep. Diantaranya (Jonathan, 2012) mengemukakan bahwa perhatian terhadap suatu peristiwa sebagai titik awal suatu proses pandangan atau persepsi bagi anak didik. Teori ini menghubungkan pikiran dan tindakan ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Sekaligus menegaskan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan menghubungkan antara situasi nyata dan teori akan mendapat tempat khusus di pikiran anak didik.
Fenomena pergantian bulan dan arah angin akan sangat nampak bagi anak-anak yang tinggal di daerah bibir pantai, lebih khusus lagi mata pencaharian orang tuanya sebagai nelayan. Daerah terdepan, terluar dan tertinggal memiliki ciri diantaranya adalah adalah daerah kepulauan yang berbatasan dengan negara lain, berada dekat dengan garis pantai, dan perkembangan pendidikan yang masih rendah. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah satu diantara wilayah Kedaulatan Republik Indonesia, tempat saya tinggal, yang juga menjadi daerah sasaran Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal.
Teori pembelajaran di daerah 3T juga dapat mengacu pada teori belajar sekolah alam seperti dikemukakan oleh (Aningsih, 2012), sekolah dengan konsep pendidikan yang menggunakan pandangan dasar bahwa manusia adalah pemilik dan penjaga alam agar seimbang dan memanfaatkan alam sebagai media dalam pembelajaran. Penguatan terhadap teori tersebut juga didukung oleh Poedjiati (2005), yang mengemukakan bahwa cara memudahkan anak dalam proses belajar yaitu mengaitkan pelajaran dengan berbagai peristiwa kontekstual yang ada di lingkungannya.
Dalam pembelajaran IPA di kelas VI sekolah dasar, terutama pada pokok bahasan revolusi bulan, anak didik harus benar-benar memahami konsep pergantian bulan ataupun fase bulan sebagai akibat dari revolusi bulan. Sebagai konteksnya anak akan beroleh pengalaman nyata dari lingkungannya yaitu nelayan lokal yang biasa menggunakan fase bulan sebagai acuan untuk melaut mencari ikan.
Dengan dasar-dasar teori tersebut, maka pemanfaatan pengetahuan nelayan lokal tentang bulan dalam bahasa daerah dipakai sebagai alternatif untuk memahami pokok bahasan revolusi bulan yang dideskripsikan sebagai berikut :
Pemanfaatan pengetahuan nelayan lokal dalam pembelajaran. Gambar di bawah ini adalah gambar nama bulan dalam bahasa daerah yang mulai dilupakan oleh anak didik, tetapi masih dipakai oleh nelayan lokal karena hanya dengan melihat bulan mereka bisa memastikan laut dalam keadaan baik dan tenang untuk mencari ikan.
Gambar 1
8 Fase Bulan dalam Bahasa Daerah Siau
Gambar 2
8 Fase Bulan Dalam Bahasa Indonesia.
Tabel 1. Nama Bulan Nama Bulan Bahasa Daerah Siau dan Bahasa Indonesia
NO
NAMA BULAN DALAM BAHASA DAERAH SIAU
NAMA BULAN DALAM BAHASA INDONESIA
1
LIMANGU
PURNAMA
2
SAI
BULAN CEMBUNG
3
TULUDE
BULAN PENUH
4
PENETAKENG HARESE
BULAN SABIT
5
AU
BULAN BARU/BULAN MATI
6
LETU
BULAN SABIT
7
NAWURAKELE
BULAN PARUH
8
PAUSE
BULAN CEMBUNG
Dengan penjelasan ini, maka akan ada keterlibatan orang tua untuk membelajarkan anak tentang fase bulan, karena pada dasarnya orang tua yang berprofesi sebagai nelayan hanya mengetahui fase bulan dalam bahasa daerah, dan dengan menerjemahkannya dalam Bahasa Indonesia maka orang tua akan mampu menjelaskan sesuai pengetahuannya. Lalu di sekolah guru bisa menjelaskan berdasarkan kajian para ahli. Fenomena yang bisa dikesinambungkan antara konteks dengan konsep dalam materi ini misalnya, keadaan memasuki fase bulan mati dan memasuki bulan baru. Oleh nelayan lokal fase bulan ini disebut bulang penetakeng harese (bulan sabit) dan kaseungu harese (bulan mati/bulan baru). Fase bulan ini sangat dihindari sebab sering turun hujan, biasanya angin dari arah barat bertiup cukup kencang, dan diperkirakan terjadi selama seminggu, dan biasanya dominan terjadi dari bulan September-Desember, bahkan hingga bulan Januari.
Memang apa yang diperkirakan nelayan lokal hanya sebatas pengetahuan yang masih memerlukan kajian untuk memastikan tingkat keakuratan. Namun pengetahuan ini bisa dibawa dalam pembelajaran sebagai alternatif untuk menjelaskan secara nyata tentang fase bulan yang terjadi, yang sudah dipahami oleh masyarakat lokal secara turun-temurun, bahkan menjadi kearifan lokal dan budaya daerah. Pengetahuan ini dapat dipakai dalam pembelajaran, dengan tetap mengacu pada kajian ahli yang sudah ada.
Pemanfaatan pengetahuan nelayan lokal tentang arah mata angin dalam bahasa daerah Siau.
Selain fase bulan dalam bahasa daerah pengetahaun nelayan lokal tentang arah angin dalam bahasa daerah dapat diajarkan dalam pembelajaran di wilayah 3 T, yang mulai melupakan bahasa lokal yang merupakan kearifan dan budaya yang perlu dijunjung tinggi. Dengan menggunakan bahasa daerah maka diyakini akan berdampak pada keikutsertaan semua pihak mulai dari orang tua, anak didik, guru bahkan masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap budaya dan pendidikan untuk melestarikan kearifan lokal dan mendidik generasi penerus bangsa.
Gambar 3
16 Penjuru Mata Angin Dalam Bahasa Daerah Siau
Gambar 4.
16 Penjuru Mata Angin Dalam Bahasa Indonesia
Tabel 2. Arah Mata Angin Dalam Bahasa Daerah Siau dan Bahasa Indonesia
NO
16 PENJURU MATA ANGIN DALAM BAHASA DAERAH SIAU
16 PENJURU MATA ANGIN DALAM BAHASA INDONESIA
1.
SAWENAHE
UTARA (U)
2.
LASWIKI SAWENAHE
UTARA TIMUR LAUT (UTL)
3.
LASWIKI
TIMUR LAUT (TL)
4.
LASWIKI DAKI
TIMUT TIMUR LAUT (TTL)
5.
DAKI
TIMUR (T)
6.
MAHAING DAKI
TIMUR MENENGGARA (TM)
7.
MAHAI
TENGGARA (T)
8.
MAHAING TIMUHE
SELATAN MENENGGARA (SM)
9.
TIMUHE
SELATAN (S)
10.
TAHANGENG TIMUHE
SELATAN BARAT DAYA (SBD)
11.
TAHANGENG
BARAT DAYA (BD)
12.
TAHANGENG BAHE
BARAT BARAT DAYA (BBD)
13.
BAHE
BARAT (B)
14.
PORONG BAHE
BARAT BARAT LAUT (BBL)
15.
PORONG
BARAT LAUT (BL)
16.
PORONG SAWENAHE
UTARA BARAT LAUT (UBL)
Dari gambar dan tabel dapat dijelaskan bahwa pengetahuan lokal di daerah perlu dijaga dan dipelajari anak didik dalam pembelajaran di sekolah dasar. Karena pengetahuan semacam ini, bukan sekedar teori di atas kerta tapi dapat diwujudkan dalam konsep pembelajaran yang mendorong anak didik untuk terus menggali lebih jauh makna dari prose belajar itu sendiri. Terlebih lagi karena konteks tempat mereka tinggal sangat dekat dengan situasi alam yang masih alamiah, sehingga pembelajaran di wilayah pesisir dengan mengangkat konteks lokal ke konsep sangat diharapkan untuk terus dikembangkan dalam menunjang pembelajaran di daerah 3 T yang memiliki segala macam keterbatasan. Oleh karena itu pembelajaran dengan memanfaatkan Petaloka mampu menguatkan pembelajaran di daerah terdepan, terluar dan tertinggal.
DAFTAR PUSTAKA
Aningsih. 2012. Proses Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Alam (Studi Deskriptif Kualitas di Kelas 1 SD Alam Cikeas Bogor). Jurnal Pendidikan Dasar.
Jonathan, L. &. (2012). Psikologi Kognitif (Terj). Jakarta: Erlangga.
Poedjiati. 2005. Hakekat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia: http://www.sekolahdasar.net/2011/05/hakekat-pembelajaran-ipa-disekolah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar