EKA CANDRA KAHIKING

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Pendidikan Memang Gratis Tapi Mahal Harganya Oleh Eka Candra Kahiking

Indonesia adalah negara dengan sistem pendidikan paling disiplin di dunia tapi produknya berbanding terbalik begitu kata seorang direktur pengembangan profesi guru dalam perbincangan yang tidak formal di sela-sela kesibukannya. Kita bisa melihat seorang professor hokum, seorang pejabat panutan di masyarakat begitu cepat terjerat korupsi. Akhir-akhir ini fenomena tipu-tipu uang juga marak terjadi, mulai dari Dimas Kanjeng hingga First Travel. Lalu apa yang salah dengan pendidikan kita?

Salah satunya persoalan yang menjadi dilema adalah pendidikan gratis. Ironi pendidikan gratis sepertinya telah menciptakan kealpaan akan kesungguhan kita terhadap pentingnya watak seorang anak yang terdidik. Cobalah perhatikan di sekolah, anak didik kita seolah-olah bergerombol datang ke sekolah hanya sekedar mengais nilai untuk naik kelas. Sekolah hanya jadi tempat memungut ijazah lalu menggadaikannya dengan kepentingan materi, ujung-ujunngya mereka sekolah demi uang. Maka jangan heran kalau Kanjeng Dimas dan kawan-kawan begitu muda mengubar harapan-harapan palsu atas nama uang.

Persoalan pendidikan tidak bisa lagi dipersempit sekedar tawuran fisik antar pelajar ataupun kekerasan guru pada murid, tapi lebih luas adalah yakni persoalan moral yang telah rusak, karena kesadaran menjadi seorang terdidik didegradasi oleh kepentingan materi sebatas rupiah.

Sekolah tidak lagi menjadi tempat pembentukan watak manusia terdidik yang katanya punya otak, punya iman, dan punya moral yang baik. Sekolah justru dipersempit menjadi tabungan intelektual yang manusianya pintar secara akademis tapi buta moral dan agama, dan akhirnya menjadi corrupt (rusak). Lebih parah lagi pendidikan gratis hanyalah menggratiskan kehidupan anak negeri ini selama dasar pendidikannya (SD,SMP,SMA), tapi meminta bayaran mahal ketika anak negeri ini menggapai mimpinya di penghujung sekolah gratis . Pendidikan itu mahal, begitu kata seorang dosen ketika saya kuliah dulu. Itu sama artinya bahwa pendidikan itu gratis tapi ujung-ujungnya harus bayar.

Dalam pandangan saya, pendidikan gratis tidak sepenuhnya salah, hanya saja ia tidak boleh dibiarkan menjadi konotasi politik sebatas strategi untuk mendongkrak pencitraan pemerintah di mata masyarakat, dan bukan sebagai strategi untuk mensejahterakan rakyatnya lahir batin. Pendidikan gratis tidak boleh memanjakan generasi negeri ini untuk merengek-rengek menjadi peminta-minta, dan tak punya kemandirian untuk bangkit ketika kata gratis harus berganti dengan mahal. Pendidikan gratis tidak boleh dipandang hanya sebagai stimulus untuk membantu beban ekonomi rakyat, tapi ia harus dipandang sebagai stimulus untuk merangsang anak didik, guru, dan orang tua agar memiliki kepedulian dan kesungguhan untuk mengamalkan pendidikan.

Kalaulah pendidikan gratis kita anggap hanya sebagai peluang untuk menutupi rupiah yang keluar dari saku kita. Kalau pendidikan gratis hanya kita maknai sebagai sebuah jalan keluar untuk menggratiskan semua tanggung jawab kita, maka pada akhirnya kita harus membayar mahal dampak degradasi moral, karena mimpi kita tergadaikan dengan kepentingan materialistis. Tapi jika sebaliknya, kesungguhan dan mimpi kita jadikan sebagai landasan agar pendidikan gratis menjadi stimulus untuk mengejawantahkan pendidikan, maka percayalah pendidikan yang gratis itu akan menjadi mahal harganya, karena kita melakukannya dengan penuh kesungguhan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Teruslah menulis saya juga sedang belajar menulis

15 Sep
Balas

Iya bu terimakasih... tetapi memohon wejangan dari para senior...

15 Sep



search

New Post