Kelas Menulis Opini Angkatan IV: Catatan dari Pertemuan ke Dua
“Gajah mati meninggalkan gading, guru mati meninggalkan buku.” –M. Ihsan, CEO Media Guru
Seminggu setelah pertemuan pertama kelas menulis opini angkatan ke-4, pagi ini para pejuang penulis opini akhirnya bertemu kembali. Pertemuan ke dua ini masih dilaksanakan di tempat yang sama yaitu di Gedung Pusat Bahasa Unesa lantai 2. Pertemuan ke dua ini sangat dinantikan oleh para peserta karena hari ini adalah hari pengadilan, pembantaian dan pemutilasian tulisan opini peserta yang sudah disiapkan kurang lebih selama satu minggu.
Berbekal kenekadan, pengetahuan menulis pada pertemuan pertama dan semangat 45 untuk bertemu pemateri favorit peserta yaitu Eko Prasetyo selaku Pemred MediaGuru dan Muhammad Ihsan selaku Pemimpin Umum MediaGurur, puluhan tulisan berhasil dihimpun dari peserta.
Kelas dibuka dengan motivasi menulis dari M. Ihsan selaku CEO Media Guru. Ada catatan menarik yang disampaikannya, terutama pada permasalahan menulis pada guru. Menurut data yang ia paparkan, dari 626.640 golongan IV/A hanya 29.082 atau kurang dari 5% yang naik ke golongan IV/B karena kesulitan membuat karya ilmiah. (Sumber: NUPTK 2010). Permasalahan guru menulis tak berhenti sampai di situ, plagiarism dan keengganan menulis juga menjadi penyebab rendahnya kuantitas dan kualitas tulisan guru di Indonesia. Padahal, menurutnya, ada sekitar 4.000.000 guru di Indonesia yang sangat berpotensi untuk menghasilkan tulisan.
Dunia pendidikan adalah sumber inspirasi menulis yang sangat kaya. Namun, apakah para guru telah memanfaatkan sumber tersebut dengan baik? Melihat antusiasme baik secara online amupun offline dari kelas menulis opini ini, tampaknya, walau belum tereksplorasi dengan maksimal, kemauan guru untuk mau menjadi bagian dalam pemanfaatan sumber tersebut sudah cukup tinggi.
Setelah pemaparan dari M. Ihsan, kegiatan dilanjutkan dengan “menguliti” tulisan opini para guru yang sudah masuk. Ada sekitar lima tulisan yang dikupas dan pada umumnya, letak ruang perbaikan untuk tulisan para peserta adalah pada pemilihan judul, leading atau pembuka, penggunaan kalimat yang efektif dan penggunaan sumber serta data yang mendukung opini.
Menurut Eko, “Judul opini yang baik adalah tidak lebih dari tujuh kata.” Judul juga harus dikemas menarik dan tidak normatif atau datar-datar saja. Intinya, judul harus mampu memikat pembaca sejak pandangan pertama. Menurut penulis, pemilihan judul yang baik adalah seperti kesan pertama pada sebuah barang yang dijual, sebagus apapun isisnya, jika kemasannya kurang menarik maka orang tidak akan bertanya lebih jauh kepada penjual mengenai detail barang tersebut. Jadi, pilihlah judul yang menohok dan provokatif.
Setelah membaca judul, tulisan opini harus dibuka dengan leading yang menarik. Leading sebaiknya berupa kasus yang menjadi dasar dari penulisan opini tersebut. Dari manna kita bisa mendapatkan kasus? Tentu dengn membaca. Berita-berita di media seringkali menyuguhkan berita yang apabila kita jeli, bisa dijadikan leading. Pemaparan kasus dalam leading juga perlu ditambah dengan sumber yang memuat berita kasus tersebut, misal: (jpnn, 2/2). Jadi, apakah menulis opini selalu memerlukan kasus? Tampaknya demikian.
Beberapa tulisan yang dikupas memiliki kelemahan dari segi penulisan kalimat. Ada satu paragraf yang berisi satu kalimat panjang. Kalimat seperti ini tidak disarankan. Penulis harus mampu meramu kalimat panjang menjadi pendek dan efektif.
Meskipun berbentuk opini, sumber dan data tetap diperlukan untuk menguatkan argumentasi dalam tulisan opini. Eko tidak menyarankan pengambilan sumber dari media sosial atau blog gratisan karena kredibilitas sumber berpengaruh dalam kekuatan opini.
Terahir, untuk menutup opini, penulis bisa meninggalkan pertanyaan yang membuat pembca berpikir lebih dalam mengenai masalah yang dibahas.
Menurut penulis, pertemuan kelas ke dua hari ini sangat menarik karena peserta dapat melihat secara langsung karya-karya yang dihasilkan guru-guru lain berkat kelas menulis angkatan sebelumnya. Selain itu, kupas tuntas tulisan opini guru, meskipun tidak semua, memberi gambaran yang lebih jelas bagaimana menulis opini yang baik.
Medaeng, 12 Februari 2017
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar