Eka Erawati

Guru SMPN 55 Surabaya ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ketika anak berani melawan orangtua
http://4.bp.blogspot.com/-pcf7jSvs2Jo/VFIILDzGk2I/AAAAAAAADrY/X44HtQJSCOY/s1600/images%2B(1).jpg

Ketika anak berani melawan orangtua

Kasus anak-anak mulai berani melawan orangtua biasanya terjadi di masa peralihan dari anak menuju remaja. Perintah dan nasihat teman sebaya lebih berpengaruh. Mereka tidak ingin lagi dianggap anak-anak. Bahkan suatu hari di sesi konseling, saya dibuat terheran-heran ketika membaca isi pesan whatsap anak ke orangtuanya. Dia mengata-ngatai ibunya dengan panggilan binatang hanya karena tidak diberi uang. Berbagai sumpah serapah dilontarkan ke ibunya tanpa rasa bersalah dengan bersuara keras

Perlawanan terhadap orangtua juga bisa dimulai dengan cara melarikan diri dari rumah ketika mengalami konflik dengan orangtua. Atau sebaliknya dimana dia mengurung diri dan tidak mau keluar kamar sama sekali. Dua hal di atas sering dijadikan senjata untuk memenuhi permintaan yang tak kunjung dikabulkan orangtua.

Ketika sudah apada titik nadir dimana orangtua merasa “kalah” dengan anak, mereka mulai mencari pihak ketiga. Saat masalah tak kunjung selesai, salah satu tempat yang dituju untuk mencari pertolongan adalah para guru di sekolah. Orangtua biasanya akan minta tolong guru untuk menasehati agar si anak sadar. Untuk yang mengurung diri biasanya minta didatangi khusus agar gurunya bisa hadir untuk melakukan home visit.

Lantas apa yang bisa dilakukan guru-guru di sekolah jika ada orangtua mengadukan masalah anaknya dengan kasus-kasus diatas? Berikut beberpa upaya yang yang bisa dilakukan:

1. Adakan konseling secara terpisah antara anak dan orangtua

2. Pada sesi konseling anak, ajak anak untuk menceritkan isi hatinya. Pada anak yang introvert jika tidak mampu mengungkapkan secara lisan lakukan dengan bahasa tulis.

3. Jika anak minta ceritanya dirahasiakan, buatlah kesepakatan tertulis antara guru dan siswa bahwa cerita tersebut hanya untuk gurunya.

4. Umumnya anak melawan orangtua karena berkurangnya rasa ‘membutuhkan” keberadaan orangtua. Ajak mereka mengunjungi tempat-tempat pelayanan sosial seperti panti asuhan atau panti wreda. Pelayanan bisa dilakukan sesuai kebutuhan, bisa sehari atau beberapa hari. Ajak mereka meresapi makna syukur punya orangtua, dan makna sabar ketika tak semua keinginannya harus diwujudkan saat itu juga. Atau dalam bahasa jawanya harus “sak deg sak nyek”

5. Adakan layanan Bimbingan dan konseling kelompok atau klasikal secara rutin dengan tema birulwalidain (berbakti pada orangtua). Undang tokoh-tokoh agama untuk menanamkan pentingnya berbakti pada orangtua dalam kehidupan

Pada sesi konseling dengan orangtua, guru BK, wali kelas atau guru yang menangani khusus masalah di atas memang harus melakukan assessment sebelumnya. Berikut langkah-langkah assessment sebelum konseling dengan orangtua :

1. Kumpulkan data anak dan orang tua dari data primer dapodik sekolah

2. Ukur sejauh mana kedekatan anak dan orangtua dengan melalui pengukuran sekala sikap (bisa menggunakan isntrumen alat ungkap masalah atau daftar cek masalah di bimbingan dan konseling)

3. Ketahui daftar riwayat anak melalui wawancara dengan orangtua dan anak

Dari hasil assesmen sebelum konseling dengan orangtua guru bisa memberikan pendekatan konseling berbasis clien center therapy. Pendekatan konseling ini menekankan solusi ada pada klien sendiri. Diharapakan dari hasli konseling ini orangtua bisa mengambil langkah-langkah seperti :

1. Tidak boleh bersikap kalah dengan anak. Walapun yang dihadapi adalah anak semata wayang atau anak tunggal

2. Untuk anak yang sudah kelewat batas perlawannanya, sesekali ambillah jeda waktu orangtua “mengungsi” tanpa bermaksud menelantarkan untuk memberikan pembelajaran arti orangtua di rumah

3. Tidak memberikan perlawanan kepada anak dengan cara yang sama. Misalnya marah dilawan marah. Tapi sebaliknya jika anak marah orangtua usahakan diam dan tidak berkomentar. Ambil langkah-langkah touching. Misalnya bagi yang umat islam bisa menggunakan cara yang diajarkan nabi Muhammad untuk menahan marah. Jika berdiri maka duduklah, jika duduk masih marah maka berbaringlah dan jika berbaring masih marah maka sholatlah. Saat kondisi sudah cooling down buatkan anak secangkir minuman hangat. Ajak minum bersama. Minta anak untuk menyampaikan keinginannya. Sampaikan pada anak jika mampu akan diusahakan namun jika sekiranya tidak mampu, sampaikan maaf bahwa ayah/Ibu belum bisa memenuhi.

4. Melakukan refleksi bersama. Karena boleh jadi anak berkata kasar dan berani pada orangtua adalah hasil meniru dari lingkungan di sekitarnya. Paling fatal jika anak menirukan perangai orangtuanya. Buatlah orangtua menyadari jika sumber modellingnya dari dalam rumah, mereka bisa berkomitmen untuk merubah sikap sebagaimana sikap yang diharapkan pada anaknya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap Bu Eka. Barakallah

26 Mar
Balas

Terimaksih Bu Wafi. Mohon bimbingannya

26 Mar

Terimaka kasih atas ilmux bu...barakallah

26 Mar
Balas

Sami sami Bu Yulia Candra. salma kenal

26 Mar



search

New Post