
Ketika anak mengenal rokok
Ketika anak mengenal rokok
Dari hasil konseling dengan para siswa diberbagai sekolah, ada empat faktor yang membuat anak memutuskan dirinya menjadi perokok . Pertama, faktor teman sebaya. Kebanyakan perokok mengenal rokok sebagai salah satu media menjalin keakraban. Dengan menerima tawaran rokok, anak merasa diterima di dalam komunitasnya. Apalagi untuk anak yang sedang masa peralihan menuju remaja. Rasa solidaritas diwujudkan dengan mengikuti perilaku yang sama.
Faktor kedua adalah modelling. Model utama yang ditiru yakni orang terdekat di lingkungan rumahnya. Bisa orangtua, kakek nenek, atau saudara yang tinggal bersamanya. Jika yang merokok adalah orangtuanya, biasanya kondisi tersebut dijadikan pembenaran atas keputusannya untuk menjadi perokok.
Faktor ketiga ada rasa penasaran. Rasa penasaran bisa dirangsang dari banyaknya iklan rokok di berbagai media. Di jalan raya mereka disambut videotron dan billboard . Di rumah disambut iklan rokok di televise. Demikian juga saat membuka browser di smartphone, seringkali banyak muncul iklan otomatis berkonten promosi rokok. Dalam lomba-lomba pariwara, iklan rokok sering menempati posisi pemenang. Kontennya sangat kreatif. Biayanya pun cukup mahal. Pesan-pesan tersirat walapun tanpa gambar rokok ditanamkan lewat alam bawah sadar konsumen. Para tim kreator bekerja keras agar iklan mewakili identitas calon konsumennya. Misalnya sebagai orang pemberani, gaul, dan hebat.
Faktor ke empat adalah murahnya harga rokok. Dengan uang saku kurang lebih lima sampai sepuluh ribu rupiah anak sudah bisa membeli dua sampai dengan empat batang rokok. Ketua Tobacco Control Support Center, Dr Santi Martini, dr. M.Kes mengakui bahwa harga rokok di Indonesia memang terlalu murah (Sirkesnas, 2016). Hal itu menyebabkan jumlah perokok pemula semakin meningkat . Anak yang telah menjadi perokok sejak dini membuat mereka teradiksi. Anak yang sudah teradiksi adalah potensi pasar potensial bagi produsen rokok di masa depan.
Berdasasarkan riset Atlas Tobbaco, Indonesia menduduki ranking tiga negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. Pada tahun 2016 jumlah perokok mencapai 90 juta jiwa. Indonesia menempati urutan tertinggi prevalensi merokok bagi laki-laki di ASEAN yakni sebesar 67,4 %. Data Komisi Nasional (Komnas) perlindungan anak menunjukkan, jumlah perokok anak di bawah usia 10 tahun mencapai 239.000 orang.
Kondisi di atas tentulah sangat memprihatinkan kita semua. Gambaran yang ironis karena ditengah keterbatasan ekonomi, orangtua dari kalangan menengah kebawah banyak yang memprioritaskan membeli rokok daripada memenuhi gizi anak-anaknya. Bahkan budaya yang permisif terhadap rokok sudah mengakar urat pada masyarakat kita. Misalnya memberikan tips tambahan pada pekerja atau karyawan dengan pesan “ini untuk uang rokok”.
Mengenai dampak rokok bagi kesehatan kiranya sudah banyak dibahas para ahli kesehatan. Untuk mewujudkan Indonesia sehat, perlu dilakukan gerakan pencegahan dan pengentasan secara massif dan intesif sejak dini. Sekolah dan orangtua bisa saling bekerjasama untuk melakukannya.
Berikut beberapa upaya pencegahan dan pengentasan remaja merokok yang bisa dilakukan sekolah:
1. Melalui program Bimbingan dan Konseling (BK) diadakan konseling terhadap siswa-siswa yang terindikasi merokok. Koseling bisa dilakukan secara individu atau kelompok. Para konselor sekolah bisa menerapkan berbagai metode konseling atau psikoterapi. Seperti konseling behaviorisme, Rational Emotif Believe therapy (REBT), konseling Clien centerd therapy, dan lain sebagainya.
2. Bekerjasama dengan lembaga-lembaga kesehatan penyedia layanan konseling berhenti merokok. Mereka biasanya terdiri dari tim ahli seperti dokter spesialis paru, dokter umum, dokter gigi dan psikiater. Terapi yang diberikan bisa berupa edukasi, hipnoterapi dan terapi medis dengan obat-obatan.
3. Melalui program konselor sebaya. Para konselor sebaya bisa diambil dari pengurus osis, ketua-ketua ekstrakurikluer, petugas PMR, pramuka dan kader UKS. Mereka bisa melakukan kegiatan kreatif seperti membuat pin, pamflet, ex banner, majalah dinding dan berbagai media informasi penyampai pesan lainnya dengan tema anti rokok.
4. Membuat peraturan tegas yang melarang merokok bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya di lingkungan sekolah.
5. Datangkan para mantan pecandu rokok yang sudah menjadi tokoh berpengaruh di lingkungan sekitar sekolah atau para tenaga medis untuk menjadi Pembina upacara.
Adapun upaya pencegahan dan pengentasan konsumsi rokok pada anak yang bisa dilakukan oleh orangtua di rumah antara lain :
1. Pengenalan bahaya rokok sejak dini melalui berbagai media. Misalnya memutarkan video tentang bahaya rokok bagi kesehatan
2. Senantiasa melatih anak dengan sikap asertif. Yakni berani untuk berkata tidak pada ajakan merokok walaupun itu dari teman dekatnya.
3. Jika ada anggota keluarga yang merokok, buat kesepakatan untuk tidak merokok di depan anak-anak.
4. Ajak anak memeriksakan kesehatan di puskesmas atau rumah sakit. Biasanya di tempat-tempat seperti itu banyak gambar dan himbauan anti rokok. Ajak mereka berpikir mengapa rumah sakit atau puskesmas tidak menyuruh orang merokok seandainya memang merokok itu bikin sehat.
5. Ajak anak berpikir tentang keuntungan-keuntungan yang bisa didapat dari uang yang dibelanjakan rokok seandainya mereka merokok.
6. Ajak anak pada kegiatan sosial yang menanmkan kesadaran bahwa uang yang dibelikan rokok bisa menolong banyak orang untuk masa depannya. Misalnya membantu anak tidak mampu untuk membeli baju atau buku sekolah.
Untuk memperkuat gerakan pencegahan merokok sejak dini, sekolah dan para orangtua siswa bisa saling berkolaborasi dengan membuat kegiatan yang bertema anti rokok. Kegiatan bisa berupa parenting, jalan sehat, atau bakti sosial. Sekolah juga bisa menggandeng para tokoh masyarakat untuk turut mensukseskan program pencegahan rokok pada anak. Misalnya berkoordinasi dengan RT/RW, Kelurahan, kecamatan guna menertibkan lingkungan yang permisif terhadap rokok. Lingkungan yang berpotensi permisif seperti warung kopi (warkop) , tempat cangkruk anak-anak muda, atau taman bermain. Buat himbauan agar tempat-tempat tersebut tidak memberi tempat bagi anak-anak yang merokok di bawah umur.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Super sekali. Mantap tips dan ulasannya
Mantaps nian paparannya Bund. Sukses selalu dan barakallah fiik
Super sekali, Bu.. semangat!