Eka Erawati

Guru SMPN 55 Surabaya ...

Selengkapnya
Navigasi Web
MEMBANGUN IMUNITAS SOSIAL SISWA FULLDAY SCHOOL

MEMBANGUN IMUNITAS SOSIAL SISWA FULLDAY SCHOOL

Oleh: Eka Erawati

(Repost tulisan saya di Metropolis, jawapos, 13 Pebruari 2009)

Fullday school menjadi pilihan bagi banyak walimurid di kota-kota besar karena

dianggap ‎lebih “aman” dan banyak menyediakan program tambahan yang menambah wawasan anak. Fungsi pragmatis dari fullday school adalah “tempat menitipkan anak”, karena kebanyakan para walimuridnya meniti karir fulldaywork. Di bawah pengawasan guru anak dianggap lebih aman dibanding dibawah pengawasan Baby Sitter. Walaupun

‎mereka harus membayar lebih mahal (setidaknya penyelenggara terbanyak adalah

‎sekolah-sekolah swsta favorit ).

‎Mahalnya biaya seimbang dengan kenyaman fasilitas yang disediakan. Para siswa

‎mendapatkan banyak kemudahan dalam proses pembelajaran melalui multi media. ‎Mereka juga berada di wilayah aman karena perlindungan security yang super ketat dan ‎akses antar jemput pribadi atau dari sekolah. Sepintas kita melihat inilah pendidikan

ideal ‎yang berhak dinikmati setiap anak di negeri ini. Namun kita perlu melihat

lebih jeli, ‎bahwa Fulldayschool memiliki beberapa kelemahan.

Pertama, anak-anak berada pada wilyah steril tapi tidak imun. Mereka steril dari

‎kebiasaan masyarakat “kampung” yang berada di sekililing mereka, karena umumnya

‎tinggal di perumahan, regency atau kompleks tanpa struktur budaya lokal. Kedua, mereka

‎terbiasa hidup hampir tanpa tantangan (di rumah dilayani oleh PRT) sehingga gampang

‎rapuh menghadapi sedikit persolan hidup. Ketiga, mereka menjalankan sekolah bukan

‎sebagai kebutuhan belajar tetapi sebagai trade mark komunal yang harus dijalankan oleh

‎anak seusia mereka di lingkungan yang sama. Keempat, situasi ekonomi yang homogen

‎menurunkan kepekaan dan kepedulian social.

‎Melihat kelemahan diatas, fulldayschool bukan harus dihilangkan tetapi bagaimana

‎memperbaiki kelemahan yang ada menjadi sumber kekuatan.Mengingat waktu interaksi yang terbatas dengan masyarakat, pelajaran harus mengintegralkan siswa dengan lingkungan social di sekitarnya . Misalnya siswa diberi tugas untuk mengenal dan kepada bapak RT, RW hingga camat tempat dia tinggal. Kedua, hadir dan mengikuti kegiatan rutin RT minimal satu smester sekali. ‎Agar anak-anak tidak menjadi anak yang rapuh mereka diberi tantangan-tantangan ‎kehidupan harian. Semisal belajar berlatih naik angkot atau sepeda menuju rumah atau ‎suatu tempat belajar. Dan berilah tugas observasi jalanan.

Karena jalanan adalah tempat ‎pendidikan terluas, ada banyak gambaran corak

masyarakat di sana. Mereka akan ‎mengenal beragam karakter, sifat dan gaya hidup.

‎Suasana, teman belajar, gaya hidup yang homogen bisa diseimbangkan dengan pertukaran pelajar. Pertukaran dengan sekolah-sekolah umum yang secara ekonomi jauh di bawah mereka akan memperluas pergaulan lintas komunitas. Lintas komunitas ini bisa

‎dilanjutkan terbentuknya peargroup (kelompok sebaya) yang memungkinkan terjalinnya

‎komunitas ke tiga (di luar sekolah dan rumah) yang lebih heterogen. Lebih lanjut

‎mereka bisa menjadi sahabat dan bertukar pengalaman kehidupan. Program-program

ini ‎bisa diambil saat jam-jam sekolah siang-hingga sore hari. Pagi mereka mendapat

tugas ‎‎“mengejar” target kurilum, siang dan sore mereka belajar bermasyarakat.

‎Kegiatan ini diharapkan bisa merubah “menara gading” fullday school. Pendeknya waktu

‎berinteraksi dengan lingkungan diimbangi dengan kebijkan sekolah yang mendekatkan

‎mereka dengan lingkungan. Adanya jarak dalam gaya hidup diimbangi dengan meng

‎hetrogenkan diri bergaul. Sterilnya kehidupan bisa diimbangi dengan mengimunkan

diri ‎melalui tantangan-tantangan jalanan dan magang hidup di jalanan. Mungkin ini

memang ‎utuh waktu, karena guru akan berhapan dengan orang tua yang menuntut lebih

pada ‎keamanan anak. Dan tugas guru atau penyelenggara pendidikan serupa meyakinkan

‎orangtua bahwa mengamankan masa depan anak jauh lebih penting daripada ‎membiasakan mereka dibawah bayang-bayang security (petugas keamnan, rumah dengan pagar menjulang dan sekolah tanpa gangguan).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantul bu,...

24 Mar
Balas



search

New Post