Eka Erawati

Guru SMPN 55 Surabaya ...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEKOLAH ATAU NYANTRI? (PART 1)

SEKOLAH ATAU NYANTRI? (PART 1)

Dua bulan lalu tepatnya 2 Agustus 2020, setelah melewati serangakaian prosedur protokol kesehatan, anak sulung kami resmi tinggal di pondok pesantren. Sebelum memasuki gerbang pesantrean dia dibekali ember merah yang didalamnya terdapat beberapa gantungan baju. Ember merah yang diberikan awal masuk ini seolah bagian dari pesan simbolis dari pondok. Mulai saat itu dia sudah harus belajar mandiri dalam urusan bina diri. Menata baju,almari dan cuci-mencuci nantinya bagian dari pendidikan karakter santri.

Di tengah -tengah kabar beberapa pondok pesantren menjadi cluster baru tersebarnya virus covid 19 , Alhamdulillah pondok pesantren anak kami sejauh ini masih aman. Semoga akan demikian seterusnya. Rasa terimakasih tak terhingga untuk pengelola pondok dan para ustad yang telah mempersiapkan prosedur protokol kesehatan sedemikian ketat untuk menjaga kesehatan para santri.

Awal masuk, santri sudah menjalankan rapid test dengan bantuan dari pemerintah kota. Berbagai peralatan tempur seperti masker, face shield menjadi syarat wajib peralatan yang dibawa. Saat kegaiatn pembelajaran dimulai akan ada pemeriksaan rutin suhu badan sebelum masuk kelas. Kegiatan olah raga, menjemur peralatan tidur senantiasa di unggah rutin oleh pengasuh asrama di grup WA wali santri. Setelah pembelajaran usai nampak foto-foto penyemprotan disinfektan di ruang-ruang kelas dan sekitar sekolah.

Sekolah yang berada satu komplek dengan pondok memungkinkan mereka otomatis isolasi mandiri secara kolektif. Walisantri untuk sementara waktu tidak diizinkan bertemu putra nya selama pandemi. Kami hanya berkesempatan untuk berjumpa secara virtual melalui panggilan video. Panggilan video ini menggunakan call center dari pondok yang digunakan secara bergilir.

Jika ada titipan dan kebutuhan, biasanya para santri akan menuliskan di selembar kertas dan menitipkan pada pengsuh asrama untuk difoto dan dikirimkan ke orangtua masing-masing. Pernah suatu hari anak kami membuat kami senyum-senyum. Pesan yang menunjukkan kalau dia sebenarnya cuma kangen. Isinya :"Assalamualaikum. titip sabun muka buat komedo dan jerawat, belikan aku sabun sampo, dan pasta gigi cadangan untuk bulan oktober". Padahal dia tahu kalau hampir tiap pekan kami ke pondoknya untuk sekedar menitipakan camilan atau susu di pintu gerbang.

Malihat foto-foto kegiatan yang dikirim dari pondok, setidaknya kami merasa lebih tenang. Insyaallah dengan kegiatan terstruktur dan tatap muka anak kami lebih mudah menyerap ilmu dibandingkan saat pembelajaran virtual. Pembiasaan bangun lebih awal yang diawali kegiatan sholat tahajud, akan lebih mudah terbentuk karena dukungan lingkungan. Hidup tanpa HP membuat mereka bisa lebih konsentrasi untuk menghafalkan ayat-ayat suci dan hadist nabi.

Ketika ada seorang kawan bertanya lebih enak mana nyekolahkan anak di pondok dengan nyekolahkan anak di sekolah non pondok? . Saya bilang jawabannya relativ. Kembali pada anak nya juga. Jika anak minat, orangtua niat, insyaallah di pondok adalah pilihan terbaik. Apalagi ketika di masa pandemi. Rasanya tidak mudah mengkondisikan anak bisa betah hingga nanti menunggu pandemi berakhir untuk bisa duduk jenak menimba ilmu di depan layar Hp dan PC.

Mungkin saat ini dia ketinggalan perkembangan teknologi informasi. Tapi insyaallah ketertinggalan ini untuk tipe generasi milenial mudah dikejar. Akan lebih mudah mempelajari tutorial serangkaian pemanfatan alat-alat teknologi terkini melalui you tube dibandingkan dengan mempelajari bahasa arab, bahasa inggris dan menghafalkan kitab-kitab. Ketiga ketarampilan ini diperlukan pembelajaran secara langsung,intensif dan rutin dengan para ahlinya.

Pondok pesantran yang saat ini kebanyakan dikemas dalam bentuk boarding school memungkinkan siswa melanjukan studinya di sekolah umum. Bahkan sejumlah pondok pesantren modern ijazahnya sudah diakui oleh perguruan tinggi negeri. Beberapa PTN bahkan menerima jalur pendaftaran penghafal Al-Quran.

Bagi para orangtua yang kelak ingin putra putrinya melanjutkan di pondok pesantran bekal yang paling utama adalah nit dan ikhlas. Niat yang kuat akan mebuat anak juga merasa mantap menapakkan jejak kaki nya untuk mondok. Ikhlas yang paling utama adalah ikhlas dengan segala bentuk cobaan yang akan dihadapi anak selama belajar di pondok. Karena di pondok pasti akan menemukan beragam cerita suka dan duka.

Walaupun di pondok penekanan pembelajaran kegamaaan lebih diutamakan, namun pondok tetaplah sekumpulan manusia. Terkadang dalam proses menuju baik ada yang masih tergoda melakukan hal-hal yang keluar dari tuntutan agama. Maka saat anak kami menemui teman yang beraneka rupa sifat dan karakter, kami memaklumi bahwa mereka berasal dari lingkungan dan pola asuh yang berbeda. Suatu saat kelak saat keluar dari pondok akan lebih banyak lagi tantangan keragaman karakter manusia yang dihadapi. Saat itulah bekal ilmu agama yang saat ini dipelajari, semoga bisa menjadi pegangan untuk mencari kawan pergaualan yang baik. Akan lebih mulia lagi jika bisa mengajak kawan dan orang di sekitarnya yang salah jalan kembali ke jalan yang lurus. Itulah misi utama nabi diutus " memperbaiki ahlak".

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul bu Eka. Sejatinya manusia diciptakan sbg khalifah.

25 Sep
Balas

Nggih Bu Karyani monimal kita menjadi pemimpim untuk diri sendiri dl

26 Sep
Balas



search

New Post