Ini cerita bagi yang beruntung , siapa yang beruntung itu?. Masa kecil adalah fase dimana kita merasa bebas bermain tanpa beban pikiran dan prasaan, itu bagi yang beruntung. Bagi yang tidak beruntung terpaksa harus berusaha sendiri untuk mengisi perut dan keperluan lainnya.

Namun disini kita bercerita untuk yang beruntung. Bukan tidak mau bercerita tentang yang tidak beruntung, hanya saja penulis malas bercerita tentang kesedihan. Tidak kuat rasanya jika harus menuliskan kisah sedih (bukan kisah sedih dihari minggu ya). Air mata sudah mengering guys.

Masa kecil yang indah itu memang benar tanpa Gadget kenapa? Karena kita puas dan bebas menggunakan bahasa lisan bukan bahasa tulisan seperti yang ngetop sekarang ini lewat aplikasi sejenisnya.

para orang tua juga tidak sibuk dengan gandget seperti belakangan ini banyak yang bercerai karena gadget. Orang-orang yang masa kecilnya hidup di zaman old lebih bahagia, lebih banyak bercengkrama dengan sekitarnya apalagi di tengah keluarganya. Mereka semua bahagia tanpa beban harus mengisi kuota. Mereka semua bahagia jika berkumpul bersama keluarga tanpa adanya kesibukan di gadget masing-masing.

ya, itu pemikiran sebelum pandemik Covid-19. Tapi setelah pandemi covid-19, punya gadget dan punya kuota itu sangat beruntung. Kenapa, karena sejak adanya pandemik ini kita semua jaga jarak dan takut keluar rumah kecuali terpaksa. Gadget sangat di butuhkan, apalagi yang mendadak tidak bisa pulang ke kampung halamannya karena adanya lockdown dan zona merah. Anak sekolah mendadak belajar di rumah dengan menggunakan aplikasi tertentu yang bisa di unduh di gadget masing-masing.

Sebenarnya, Kita selalu saja beruntung jadi warga +62 selalu ada kalimat "untung aku tidak begini atau begitu", "untung dia begini atau begitu". Ya, apapun itu hidup bersyukur saja, biar jelek beruntung masih bisa nafas, biar bebal beruntung masih tampan atau cantik. Ops, jangan cerita tentang yang tidak beruntung. Penulis tidak kuat, itu berat.