Eka Karyanti, ST

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

DESA MENGGAMAT (KLUET UTARA), Desa KKN

DESA MENGGAMAT (KLUET UTARA)

(Desa KKN)

(Bagian ke 6)

Tantangan hari ke 11

Kamar mandi seadanya pada umumnya penduduk desa punya, berupa sebuah sumur yang hanya dibatasi dinding bilik setinggi orang dewasa. Dari bilik mandi ini ada cerita yang cukup heroik yang terjadi pada Zahra.

Desa-desa di Aceh Selatan pada saat itu masih diselimuti cerita-cerita mistis. Penduduk desa banyak yang masih mempercayai dan menganut ilmu hitam atau perdukunan.

Untuk jaman modern seperti sekarang ini hal-hal seperti itu hampir sulit dipercaya. Tapi pada kenyataannya pada saat Zahra dan teman-temannya KKN di desa Menggamat dan desa-desa sekitarnya cerita tentang praktek perdukunan menyebar dari mulut ke mulut.

Kebenaran cerita perdukunan di desa Menggamat dan sekitarnya sulit juga dibuktikan karena biasanya praktek-praktek ilmu hitam seperti itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Zahra dan teman-temannya cukup waspada untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Misalkan dengan tidak pernah jajan sembarangan, artinya apa yang Zahra dan kelompoknya makan harus hasil masakan mereka sendiri.

Untuk kebutuhan konsumsin sehari-hari Zahra dan kelompoknya mengumpulkan uang untuk diberikan kepada bapak kepala desa untuk dibelikan beras, lauk pauk dan keperluan lainnya. Sayuran biasanya ada yang bisa kami ambil di hutan belakang mushola seperti sayur jenis paku-pakuan.

Sayur jenis paku-pakuan yang kami ambil dari hutan masih hijau segar sehingga kalau dimasak akan terasa manis karena memang diambil langsung dari habitatnya. Sayur jenis paku-pakuan ini biasanya kami gulai dengan santan atau buat urap.

Setelah dua minggu lebih menjalani KKN di desa Menggamat, Zahra dan teman-temannya hampir mempercayai cerita-cerita mistis yang beredar.

Desa Menggamat pada saat itu sekitar tahun 1995 masih jauh dari sarana dan prasana sebagai sebuah desa yang maju. Listrik di desa setiap harinya mulai hidup dari jam enam sore sampai jam duabelas malam. Setelah itu listrik akan mati. Hanya menunggu pagi sambil berharap sang mentari masih mau menyinari bumi Menggamat.

Menyiasati listrik yang terbatas, baju yang sudah kering langsung dilipat dan ditaruh dibawah bantal supaya ketika dipakai licin seperti sudah digosok. Jika ada yang bertanya, memangnya bisa….? Bisa….karena bantalnya keras seperti batu.

Untuk kebutuhan mandi dan cuci kami menggunakan air sumur jika tidak sempat ke sungai. Karena sungai yang digunakan masyarakat desa sebagai sarana MCK jaraknya kurang lebih satu kilometer dari rumah tempat kami tinggal. Bisa dibayangkan jika tengah malam sakit perut harus pergi ke sungai yang jauh dan tanpa penerangan.

Jika pergi ke sungai biasanya kami membawa senter dan bersama-sama dengan teman lain yang perempuan. Disepanjang jalan menuju sungai banyak terdengar suara-suara burung-burung hutan yang kadang bikin bulu kuduk merinding.

Isu ilmu hitam lainnya adalah cerita tentang seorang nenek tua yang tinggal seorang diri di desa Menggamat. Konon kabarnya jika sudah mendapatkan mangsanya maka nenek tua itu akan naik ke gunung dan nanti turun lagi jika akan mencari mangsa atau korbannya.

Adalah suatu hari diambang magrib, antara waktu ashar dan menjelang magrib ada kejadian yang sangat membuat Zahra ketakutan. Tanpa memberitahukan atau mengajak teman-teman perempuannya, sore itu Zahra memutuskan untuk pergi mandi seorang diri.

Zahra tidak pergi mandi ke sungai seperti biasanya, selain jalannya jauh waktu yang menjelang magrib juga menjadi pertimbangannya.

Sebuah sumur disamping rumah dikelilingi bilik bambu setinggi orang dewasa, dimana bilik-bilik bambu tersebut sudah banyak rusak dan bolong-bolong.

Dengan ukuran bilik yang hanya setinggi orang dewasa, ketika mandipun kita bisa melihat sekeliling kita dan orang-orang yang lewat disamping sumur.

Tentu saja Zahra harus mandi menggunakan “bahasan” yaitu kain yang dililitkan untuk menutupi tubuh sebatas lengan. Meskipun mulai membersihkan badan dengan sabun sebenarnya hati Zahra tidak tenang karena tidak terbiasa mandi ditempat terbuka seperti itu.

Semburat jingga hampir gelap makin terlihat jelas karena memang hampir magrib, Zahra mulai merinding. Entah kenapa tiba-tiba mata Zahra tertuju pada sebuah lobang dibilik tepat di depan Zahra.

Ada mata yang mengintip Zahra mandi sambil agak membungkuk. Zahra melihat bahwa yang mengintip itu adalah seorang nenek dengan rambut putihnya.

Tatapan mata nenek tersebut menatap tajam kepada Zahra yang sedang mandi. Tanpa pikir panjang dengan badan yang masih penuh sabun, Zahra berlari ke dalam rumah menuju kamar dan menangis sejadi-jadinya.

Rasa takut benar-benar menghantui Zahra, cerita-cerita mistis yang beredar nampaknya mengendap dialam bawah sadarnya sehingga muncul dalam bentuk ketakutan yang spontan manakala ada hal-hal yang mendukung kejadiannya.

Bersambung….

#tantangan menulis MG hari ke 11#

#tantangan menulis MG 30 hari#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Penasaran dengan sambungannya, bikin bulu kuduk berdiri

30 Jan
Balas

Keren Bu ,kehidupan desa pada umumnya ,masih ada mistis ,MCK yang kurang memadai .Keren ceritanya

30 Jan
Balas

lanjutannya .... ? penasaran

30 Jan
Balas



search

New Post