Eka Karyanti, ST

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

DESA MENGGAMAT (KLUET UTARA), DESA KKN

DESA MENGGAMAT (KLUET UTARA)

(Desa KKN)

(Bagian ke 6)

#Tantangan Menulis hari ke 14#

Satu persatu tugas yang menjadi program di desa terselesaikan. Pada saat kami berlima memberikan penomoran di rumah-rumah penduduk desa, maka tibalah saatnya harus menomori rumah nenek tua yang diisukan mempunyai ilmu hitam dan selalu mencari korban. Pada saat akan mengecat dinding rumahnya dengan pilok dan cetakan angka yang terbuat dari karton, nenek tua itu keluar rumah dan menawari kami masuk rumahnya untuk makan dan minum apa yang sudah disuguhkan.

Bukannya masuk rumah nenek tua tersebut, Zahra dan teman-temannya yang notabene seorang mahasiswa semester akhir dengan kisaran umur diatas duapuluh tiga tahun-an malah lari tunggang langgang seperti layaknya anak kecil yang ketakutan meninggalkan rumah nenek tua tersebut. Menumpang mobil bak yang kebetulan bakal lewat depan rumah dan tidak jadi menomori rumah nenek tua tersebut.

Ketakutan yang timbul pada saat ini bukan ketakutan yang dibuat-buat, tetapi rasa takut yang memang timbul dari hati sanubari. Mengingat kami di desa tersebut hanya berlima sesama mahasiswa.

Cerita mistik lainnya adalah jika kita bertamu ke rumah seseorang atau pergi ke suatu pesta keramaian, jangan sembarangan minum. Sebelum minum maka kita harus mengengok dulu kedalam gelas. Jika didalam gelas yang berisi air tersebut tidak ada bayangan kita maka minuman tersebut jangan diminum karena mengandung racun.

KKN di desa Menggamat ngeri-ngeri sedap,….ngeri karena banyak cerita tentang masih banyaknya ilmu hitam di Menggamat dan desa-desa sekitarnya.

Jauh sebelum menginjakan kaki di bumi Menggamat, ada cerita tentang ilmu hitam yang hampir bisa pertanggung jawabkan kebenaran. Ini terjadi di Aceh Selatan ke arah Tenggara. Konon ceritanya seorang pejabat polisi yang hendak bertugas di daerah tersebut memberikan kata sambutan.

Di podium disediakan segelas air putih, ketika pejabat polisi tersebut meminum air putih yang disediakan maka beliau muntah darah dan tewas di tempat.

Kami sesama mahasiswa KKN walaupun tidak satu desa paling tidak satu kecamatan. Dan kadang kamu saling berkunjung ke desa teman mahasiswa lainnya sekedar silaturahmi dan menghibur diri.

Tinggal selama empat puluh lima hari di desa Menggamat yang terisolir (setidaknya itu yang dirasakan Zahra dan teman-temannya) membuat hidup menjadi terasa monoton dan waktu berjalan sangat lama.

Desa Menggamat merupakan bagian dari propinsi Nanggro Aceh Darussalam, tetapi bahasa yang digunakan bukan bahasa Aceh yang biasa kita dengar dan bisa kita pahami sedikit-sedikit. Bahasa setempat yang digunakan di desa Menggamat sama sekali tidak kami pahami. Di desa tersebut bahasa Indonesia juga tidak semuanya paham, hanya segelintir orang muda yang paham bahasa Indonesia.

Mungkin keterbatasan infrastruktur yang membuat desa Menggamat dan desa-desa sekitarnya terisolir, sehingga menghambat kemajuan perekonomiannya. Hal itu dibuktikan dengan hanya satu kali mobil bak terbuka turun membawa barang dari desa dan sore hari satu kali mobil bak naik untuk kembali ke desa. Diluar itu aktivitas sepi hanya ada aktivitas di desa masing-masing.

Desa tempat Zahra dan teman-temannya KKN bernama desa Menggamat, setelah itu ada desa yang namanya Pulo Air, setelah itu ada yang namanya desa Bakongan. Hanya dua desa yang searah dengan Menggamat yang diketahui Zahra.

Pada saat Zahra dan teman-temannya berkunjung ke desa Bakongan, ada lagi cerita yang masih bernuansa mistis. Di desa Pulo Air yang letaknya antara Menggamat dan Bakongan, tidak ditempatkan mahasiswa KKN di desa tersebut. Pertanyaannya kenapa ada satu desa yang dilewati ????

Kabar yang beredar kepala desa di desa Pulo Air tidak bisa menjamin keselamatan mahasiswa KKN di desa tersebut. Cerita yang cukup menyeramkan,….membuat bergidik yang mendengarnya.

Lanjut berkunjung ke desa Bakongan juga disebut-sebut sebagai desa yang lebih mistis dari pada Menggamat, dimana praktek perdukunan sangat kental di desa tersebut.

Itulah makanya jika sedang berjalan-jalan kami menemukan kumpulan orang-orang memakai jaket dan topi hijau, kami akan merasa sangat gembira. Seolah-olah bertemu saudara senasib sepenanggungan, maklum hidup jauh dari keramaian dan dihantui dengan cerita-cerita mistis yang menyeramkan.

Zahra dan teman-teman mahasiswanya akan turun ke kecamatan satu minggu sekali berkumpul untuk bersama-sama mengevaluasi hal-hal yang sudah dan yang belum dikerjakan.

Hal yang sangat menyenangkan dirasakan oleh para mahasiswa KKN, karena setelah pertemuann di kecamatan biasanya kami akan berjalan-jalan dengan kelompok teman masing-masing. Misalkan pergi ke pasar atau bahkan pergi ke tempat rekreasi air terjun sekedar mencari hiburan dan bersenang-senang.

Bersambung….

#tantangan menulis hari ke 14#

#tantangan menulis MG 30 hari

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ditunggu lanjutannya. Salam kenal

02 Feb
Balas

Go on writing, sir. I am eager of reading your next story

02 Feb
Balas

Please follow back :)

02 Feb
Balas



search

New Post