Eka Karyanti, ST

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MENEMBUS PAGI MENEPIS DINGIN
Banjir yang merugikan banyak orang, ulah siapa ?

MENEMBUS PAGI MENEPIS DINGIN

MENEMBUS PAGI MENEPIS DINGIN

Malam hari tadi hingga pagi menjelang siang hujan turun dengan lebatnya. Dimana-mana terutama di sepanjang jalan air mulai menggenang.

Saluran-saluran air dan got-got yang ada disepanjang jalan utama dan di perumahan-perumahan pada umumnya sudah tidak berfungsi dengan baik. Banyak saluran air yang seharusnya mudah untuk dibersihkan, tetapi ditutup rapat sehingga air sulit untuk bersirkulasi.

Tadi pagi seperti biasa alarm handphoneku berbunyi pukul 04.00 WIB, menandakan kalau aku harus bangun dan segera berbenah diri untuk berangkat menuju sekolah tempat aku mengajar.

Selepas subuh hujan masih belum reda bahkan dari suara air hujan yang turun aku tahu kalau intensitas hujan semakin tinggi.

Ada keraguan dihati untuk tetap berangkat menuju tempat kerja, was-was kalau nantinya hujan tidak berhenti dan akan mengakibatkan rumahku banjir.

Belakangan ini rumahku juga terdampak banjir, walaupun terkadang air yang masuk bukan dari ketinggian air karena curah hujan yang tinggi, tetapi lebih pada air yang tergenang dan akhirnya masuk ke rumah melalui celah-celah keramik yang terkadang tidak tertutup rata.

Rutinitas setiap hari yang aku jalani lebih dari 15 tahun, membuat aku tidak mudah memutuskan untuk absen dari mengajar.

Selain karena memang peraturan yang ketat soal kehadiran, etos kerja dan kondite diri juga menjadi pertimbanganku untuk tidak mudah absen dari pekerjaan.

Kebersamaan dengan murid-murid yang menanti gurunya, untuk saling berinteraksi di dalam kelas mentransfer dan menerima ilmu, juga menjadi bagian terpenting dari aktifitas mengajarku sehari-hari.

Tetapi hari ini sedari pagi sudah banyak pesan masuk ke handphoneku dari beberapa orang tua murid yang mengabarkan kalau anaknya tidak bisa hadir ke sekolah dengan alasan rumah mereka kebanjiran.

Kasihan sekali murid-muridku,…dari foto-foto yang dikirim air masuk dengan ketinggian genangan air yang bervariasi. Dari mulai setinggi mata kaki, selutut, sampai dengan sebetis bahkan sepinggang orang dewasa.

Dalam perjalanan menuju stasiun kereta commuterline hujan tak kunjung reda, untuk masuk ke area stasiun saja aku harus menenteng sepatu dan bertelanjang kaki melewati genangan air setinggi betis.

Kereta commuterline berangkat terlambat dari jadwal biasanya, hal ini sangat dapat dimaklumi karena memang sinyal kereta api listrik sering terganggu jika intensitas hujan turun dengan lebat.

Sepanjang jalan banyak info yang diberikan oleh petugas kereta tentang kondisi stasiun-stasiun yang terdampak banjir sehingga kereta terkadang harus merekayasa lokasi pemberhentian kereta agar perjalanan tidak terhambat.

Hari ini waktu tempuh dari Bekasi ke Jakarta yang biasanya kurang lebih 1jam, ditempuh hampir 3 jam. Kereta beberapa kali ditahan ketika akan memasuki beberapa stasiun pemberhentian karena harus bergantian dengan beberapa kereta yang tiba hampir bersamaan.

Sesampainya di sekolah suasanya terasa dingin dan sepi, dari enam ratus lebih siswa yang terdaftar di sekolahku, yang hadir hari ini hanya kurang lebih lima belas orang.

Salut pada anak-anak yang tetap bersemangat untuk belajar dan tetap datang ke sekolah, walaupun mungkin rumah mereka juga tidak aman dari dampak hujan lebat.

Karena pada umumnya jalan-jalan di Jakarta pagi ini banyak yang tergenang banjir, sehingga akses menuju sekolah banyak yang tidak bisa dilalui.

Terbetik didalam hati kenapa sekarang ini hujan lebih banyak menimbulkan bencana daripada sebagai rahmatNya ?

Selain karena intensitas curah hujan yang sangat tinggi pada musim penghujan, factor kelalaian manusia juga menjadi penyebabnya.

Manusia sudah menganiaya alam dengan cara mendirikan bangunan-bangunan yang tidak memikirkan keseimbangan.

Ambisi untuk selalu meraih keuntungan membuat para “pengembangan” akan terus membangun perumahan, hotel, apartemen, sehingga tidak ada lagi resapan bagi air hujan yang turun.

Mereka bersaing untuk selalu membuka lahan guna mendirikan bangunan, walaupun harus mengorbankan areal hutan dengan segala ekosistem yang ada di dalamnya.

Dampaknya adalah manusia itu sendiri yang merasakan dengan terjadinya banjir hampir setiap musim penghujan di seluruh daerah di Indonesia.

Semoga banjir yang terjadi hanya merupakan “teguran” dari Sang Pencipta, agar manusia mau menekan egonya untuk sebuah persaingan yang berdampak merugikan orang lain.

#tantangan menulis hari ke 37#

#tantangan menulis MG 60 hari#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

iya bunda...terima ksh sdh mampir

26 Feb
Balas

Semoga Banjir Jakarta Segera surut. Kalimantan juga mulai terdampak banjir karena banyak ditebang demi pembuatan tol dan pemindahan ibu kota yang baru.

26 Feb
Balas



search

New Post