Merdeka Belajar di SMP N 4 Jakarta
Merdeka Belajar Di SMP N 4 Jakarta
Ganti menteri biasanya ganti kebijakan, itulah yang selalu ada di kepalaku dan teman-teman para guru. Sewaktu sesorang menjadi kandidat menteri pendidikan beragam ide dan terobosan digelontorkan.
Angin segar bagi dunia pendidikan selalu ada, masalah pelaksanaannya (?). Sebagai seorang guru yang sehari-hari tugasnya mengajar dan mendidik saya selalu optimis, apapun kebijakan dari para pejabat dinas pendidikan termasuk menteri pendidikan pelaksanaannya bisa disesuaikan dengan situasi belajar di sekolah.
Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim mencetuskan wacana “Merdeka Belajar,” bagi guru dan murid dalam interaksi belajar mengajar. Menteri Nadiem yang notabene adalah salah seorang mencetus ide transportasi berbasis online mempunyai pandangan jauh ke depan.
Beliau punya greget yang sangat, bagaimana caranya dunia pendidikan di Indonesia bisa menyamai negara-negara tetangga. Setidaknya tidak tertinggal jauh.
Melesat bagaikan aplikasi on line, tinggal pencet-pencet tujuan sudah tercapai.
Pertanyaannya “Sudahkah Kita Merdeka belajar ?” saya jawab dengan pasti,…sudah walaupun belum sepenuhnya.
Ada macam-macam cara para guru menginterpretasasikan “Merdeka Belajar,”
1. “Merdeka belajar,” adalah belajar di alam terbuka di sekitar sekolah dan peserta didik dibiarkan berkreasi sendiri.
2. Mengajak peserta didik tour ke beberapa daerah (study tour), sambil mempelajari segala sesuatunya yang menjadi tujuan wisata seperti ke museum, peninggalan bersejarah, dan lain sebagainya.
3. Ada yang mengajak peserta didik untuk berkreasi dalam metode pelajaran di kelas. Contohnya, Guru meramu setiap bab pelajaran yang diampu dengan cara membuat mind mapping, alat demontrasi, dan presentasi di depan kelas.
4. Tutor sebaya, sesama teman peserta didik yang dinilai guru mempunyai kemampuan yang mumpuni untuk menghandel kesulitan temannya dalam hal belajar, boleh unjuk rasa.
5. Tidak memberikan PR yang banyak kepada peserta didik, terutama pada saat libur.
6. Dan lain sebagainya.
Buat saya sebagai guru yang mengajar di sekolah menengah pertama “Merdeka Belajar ,” sudah lama saya lakukan dan tidak teridentifikasi hanya dengan sebuah nama “Merdeka Belajar.”
Untuk mapel yang saya ampu (IPA), point 1, 3, 4, dan 5 sudah saya cobakan. “Merdeka Belajar,” harus juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta latar belakang peserta didik.
Untuk peserta didik di tempat saya mengajar, “Merdeka Belajar,” tidak bisa tanpa pengawasan.
Letak sekolah saya yang kebetulan bisa berjalan kaki untuk mencapai Monas, Lapangan Banteng adalah sarana yang mudah untuk mencapai tujuan “Merdeka Belajar,”
Tetapi membawa peserta didik keluar sekolah tidak semudah yang kita pikirkan. Ada banyak pertimbangan. Selain ijin pihak sekolah, pengawasan yang ketat, kesiapan peserta didik untuk diajak keluar sekolah, termasuk juga kesehatannya.
Sekolah saya berada di ring 1, artinya sangat dekat dengan Istana Presiden. Gaung protokoler istana terasa sampai ke sekolah.
Situasi dan kondisi sekolah harus sangat terjaga dan taat aturan, walaupun tidak tertutup kemungkinan tetap ada kesalahan yang kami buat.
Banyaknya administrasi yang harus dikerjakan para guru disela-sela waktu mengajar juga menjadi beban tersendiri untuk para guru.
Khusus untuk DKI Jakarta ada tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh para guru khususnya walikelas, yaitu mensurvei rumah-rumah peserta didik yang mengajukan untuk mendapatkan Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Beban demi beban administrasi diluar tugas mengajar membuat waktu terasa tidak cukup untuk berinteraksi dengan peserta didik secara maksimal.
Sebagai manusia, kami para guru juga punya keterbatasan,. Rasa lelah karena harus turun naik tangga dari lantai satu hingga lantai empat setiap harinya.
“Merdeka belajar,”…kok banyak mengeluh ??? Begitulah realitasnya di lapangan.
“Merdeka Belajar,” yang digagas Menteri Nadiem Makarim mengupayakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang selama ini harus diprint puluhan lembar menjadi hanya satu lembar saja.
Satu lembar RPP untuk satu kali pertemuan, dan satu kelas itulah idealnya. Karena setiap kelas tentu berbeda kondisinya.
Jargon “Merdeka Belajar,” tetap kami songsong dan kami dukung dengan tangan terbuka dan kelapangan hati.
Tahap demi tahap akan kami upayakan demi terciptanya “Merdeka Belajar ,” dalam arti yang sesungguhnya.
#Lomba Merdeka Belajar Bulan Maret#
Dilahirkan dengan nama Eka Karyanti, meraih gelar sarjana Teknik Kimia. Tempat lahir di Jakarta pada tanggal 7 November 1969. Bekerja sebagai guru di SMP N 4 Jakarta. Alamat email : [email protected]
No Hp/wa : 081318412696
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
mantap
Merdeka... belajar yuk
Merdeka