NEGERI PARA DEWA
NEGERI PARA DEWA
Bagian ke 8
Tantangan hari ke 34
Melewati Jalan Legian seakan-akan berada di luar negeri, karena hampir semua wisatawan yang berkunjung ke Jalan Legian adalah turis asing.
Banyaknya hiburan malam dan letaknya yang dekat dengan Pantai Kuta, membuat jalan Legian menjadi salah satu tujuan wisata yang popular di Bali.
Untuk mengenang tragedi “bom Bali 1,” pemerintah daerah Bali membangun sebuah Monumen Panca Benua atau Monumen Ground Zero Bali.
Kawasan Jalan Legian yang sangat padat, membuat kami yang membawa mobil sendiri sangat sulit untuk mencari tempat parkir. Beberapa kali jalan tempat beradanya Monumen tersebut terlewati, maka kami harus memutar kembali kendaraan menyusuri jalan secara perlahan agar lokasi tidak lagi terlewat.
Di Monumen Ground Zero Bali kita dapat melihat nama-nama dari korban dan negara asal negara korban.
Kami berfoto beberapa kali di Monumen tersebut, sambil memanjatkan doa semoga “kejahatan kemanusiaan,” seperti yang pernah terjadi tidak terulang lagi.
Walaupun belum semua destinasi wisata di Bali kami kunjungi karena keterbatasan waktu, berjalan-jalan dengan mengendarai mobil sendiri ada kepuasaan tersendiri.
Malam hari ada sesampainya di hotel ada kejutan untuk kami, teman suamiku yang ternyata juga berada di Bali, malam itu mengundang kami ke Pantai Kuta.
Jadilah kami kembali lagi menyusuri jalan menuju pantai Kuta. GPS kembali kami gunakan untuk mencari lokasi pantai yang dimaksud.
GPS selalu membawa kami pada beberapa hotel, rupanya pantai yang dimaksud terletak dibelakang hotel-hotel tersebut dan hanya bisa dicapai dengan jalan kaki melewati hotel.
Mencari lokasi pantai yang lumayan sulit, menjadikan suamiku harus turun naik mobil untuk selalu bertanya kepada satpam hotel. Dari peristiwa itulah timbul tragedi yang tidak diinginkan.
Setelah bertemu dengan teman suamiku di Pantai Kuta, kami menikmati suasana malam di pantai. Life musik menemani gelapnya malam di Pantai Kuta. Beberapa orang wisatawan manca negara duduk-duduk didekat kami menikmati malam dengan caranya.
Beberapa dari mereka menghisap Shisha yang memang disewakan. Shisha yaitu merokok gaya Timur Tengah. Cara merokok shisha berbeda dengan menghisap rokok tembakau pada umumnya.
Shisha menggunakan tabung atau pipa yang berisi air dengan wadah sebagai tempat asap, mangkuk, pipa dan selang. Di dalam tabung itu, terdapat tembakau yang dibuat khusus dan dipanaskan dengan ditambahkan dengan rasa buah-buahan. Tabung shisha dilengkapi dengan selang untuk menghirup asap yang dihasilkan.
Pertemuan di pantai Kuta tidak berlangsung lama. Setibanya di hotel barulah ketahuan kalau sandal kesayangan suamiku (karena harganya juga lumayanlah) terjatuh sebelah. Jadilah kami mencari sandal itu sepanjang jalan yang pernah dilewati menuju pantai Kuta.
Hampir mirip dengan pangeran yang mencari sepatu cinderella yang tertinggal sebelah karena sudah jam duabelas malam. Tapi dalam ini pangeranku mencari sandalnya sendiri yang terjatuh. Berhenti ditempat-tempat yang diduga dan bertanya-tanya dan tidak ketemu.
Pangeranku kembali ke hotel dengan perasaan galau. Pesan-pesanpun dititip kepada satpam san resepsionis siapa tahu sandal itu bisa ditemukan.
Sandal yang sebelah lagi sampai saat masih tersimpan di rumah kami, berharap suatu saat ada cinderella dari Bali yang menemukannya (ada,…ada,…aja segitu-nya).
Pagi setelah sholat subuh kami cek out, kembali menyusuri jalan-jalan di Bali menuju pelabuhan Gilimanuk. Pagi itu tampaknya masyarakat di Bali juga akan merayakan upacara adat,…entah apa Namanya.
Untung kami cepat keluar dari wilayah perkotaan karena setelah itu jalan-jalan utama ditutup dan dijaga oleh pecalang.
Menuju pelabuhan Ketapang kami bertemua dengan segerombolan bule-bule berbadan besar berkonvoi mengendarai motor gede (moge). Persis ala-ala di Amerika sana.
Bule-bule tersebut berhenti di pinggir pantai yang indah sebelum sampai di pelabuhan Ketapang. Kamipun menghentikan mobil dipantai tersebut.
Dengan Bahasa Inggris seadanya aku menyapa bule-bule berbadan besar tersebut,
“Hello,…am sorry,…may I take a picture with you”, ….kataku tanpa memikirkan grammar.
“oh yes,…of course,…jawab bule-bule tersebut, ternyata mereka sangat ramah dan menamakan kelompoknya ‘ The Legend’. Jadilah kami crak,…crek,…dengan ‘The Legend” serasa di Amerika.
Siang hari kami kembali menyebrang dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Pelabuhan Ketapang. Selamat tinggal Bali,…tidak ada kata bosan untuk kembali lagi mencari sandal yang hilang.
Kapal ferry tidak lama menunggu, setelah para penumpang dan mobil-mobil naik, ferry segera bertolak ke arah Banyuwangi.
Belum puas mata ini memandangi laut dan kapal ferry yang berlayar di Selat Bali. Ferry yang kami tumpangi sudah merapat di pelabuhan Ketapang.
Wuuuiiiihhhh,….sungguh perjalanan yang spektakuler. Tinggal lagi menyediakan energi untuk perjalanan pulang. Dan kami masih punya rencana menyusuri beberapa destinasi wisata lagi di pulau Jawa.
#tantangan menulis hari ke 34#
#tantangan menulis MG 60 hari#
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mntul