Tahun Baru 2020

Tahun baru 2020 masyarakat Jabodetabek digempur oleh banjir disana-sini dengan volume air yang cukup dahsyat. Malam menjelang pergantian tahun, pada umumnya masing-masing keluarga disibukan dengan pesta menyambut tahun baru. Ada yang merayakan secara sederhana (dengan makan bersama keluarga) dan ada yang merayakan secara besar-besaran dengan mengundang teman-teman dan berpesta suka ria, sampai menjelang pagi.

Tidak kalah meriah beberapa stasiun televisi juga live event menanyangkan acara menjelang tahun baru 2020. Waktu pergantian tahun diawali dari daerah Indonesia Bagian Timur (WIT), disusul dengan waktu Indosea bagian Tengah (WITA), dan yang terakhir adalah Waktu

Indonesia.

Persepsi orang untuk merayakan tahun baru kebanyakan masih identik dengan pesta pora. Dari awal aku tidak punya rencana untuk merayakan malam pergantian tahun. Aku dan keluarga hanya di rumah saja, tidak pergi kemanapun. Sore sebelum pergantian tahun sambil lewat aku katakana kepada orang-orang di rumah,

“tahun baru kita tidak usah bakar-bakar”,….biasa-biasa saja.

“biasanya kalau tahun baru ada saja musibah,…”

Seperti tahun 2019 siapa yang menyangka akan datangnya musibah tsunami dari pantai sebelah selatan Banten. Sehingga mendatangkan banyak korban termasuk dari kalangan artis.

Dipenghujung tahun adalah waktunya kita merenung diri dan mengevaluasi hal-hal yang sudah kita lalui dan aktivitas-aktivitas yang kita perbuat.

Setiap pergantian tahun satu hal yang sudah pasti yaitu umur yang semakin berkurang, sementara terkandang pencapaian belum sesuai target. Pencapaian yang dimaksud disini adalah keseimbangan antara dunia dan akhirat.

Seperti di awal tahun 2020 siapa yang menyangka bakal turun hujan demikian lebatnya, sehingga menyebabkan banjir bandang dan longsor di beberapa tempat. Sore hari menjelang malam cuaca masih bersahabat.

Setelah lewat tengah malam hujan turun dengan lebatnya termasuk didaerah perumahan yang aku tempati. Tidak berfungsinya saluran air dengan baik karena sumbatan sampah, dan lain-lain membuat air tergenang tidak bisa kemana-mana.

Walaupun air tidak masuk dari luar tapi akhirnya air mencari jalannya, masuk lewat celah-celah kecil di lantai keramik. Celah–celah kecil tersebut ada karena bekas lubang semut atau karena memang penutupan sambungan lantai keramik menggunakan nut-nya kurang

Walaupun cobaan yang diberikan-Nya tidak sedahsyat saudara-saudaraku yang terkena longsor dan banjir bandang, tetapi sudah cukup membuat seisi rumah terbangun dari tidurnya dan heboh.

Melihat air mengenang 5 cm di beberapa bagian rumah, aku hanya bisa menghena napas dan memandangi air karena memang masih kaget dan bingung harus berbuat apa. Ternyata awal tahun 2020 ini aku juga mendapat hadiah dari Sang Empunya langit dan bumi.

Mencoba berpikir positif, mungkin aku disuruh beres-beres rumah termasuk mengepel lantai yang memang sudah lama belum sempat dipel.

Allah selalu punya cara untuk mengingatkan hambanya. Semoga segala bentuk musibah yang terjadi diawal tahun 2020 ini bisa membawa kita menjadi lebih baik.

Kita yang saat ini memegang tampuk kepemimpinan baik dipusat maupun daerah semoga saja bisa menjalankannya dengan amanah. Membuat terobosan-terobosan agar ditahun tahun yang akan datang, banjir tidak lagi menjadi hal yang tidak diketahui kedatangannya.

Kita sebagai rakyat biasa harus banyak-banyak mengevaluasi diri, mulai membiasakan diri tidak membuang sampah sembarangan dan mulai menanam pohon untuk penyerapan air yang lebih banyak.

Tidak Lagi Saling Menyalahkan, Padahal Kita Bagian Dari Kesalahan Itu.

#tantangan menulis hari ke 3#

#tantangan menulis MG 30 hari#