Ekaningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tata Krama

Tata Krama

#tagursiana (7)

Ketika saya masih kecil,di usia SD, bapak saya selalu mengajarkan unggah ungguh kepada orang yang lebih tua. Misalnya berbahasa kromo alus kepada orang yang lebih tua, berjalan mumbungkukkan badan sembari mengatakan nuwun sewu bila di hadapan orang tua, tidak berteriak saat berbicara dan masih banyak lagi tata krama yang diajarkan orang tua saya. Dan hal itu masih sangat tertanam dalam hati dan perilaku saya. Meskipun pada jaman ini, tata krama semacam itu sudah mulai luntur. Sebagai orang Jawa Tengah, saya mempelajari banyak sekali budaya jawa juga yang berkaitan dengan tata krama atau unggah ungguh. Bagi orang tua makan di depan pintu itu tidak sopan (ora ilok), maka anak-anak pada masanya akan menuruti nasehat mereka jika makan hendaklah di dalam bukan di luar. Itu sebenarnya mengajak anak-anak untuk sopan makan bersama keluarga di dalam rumah. Juga ajakan orang tua yang masih saya ingat. "Le/nduk yen wis surub/ maghrib gek ndang bali." yang artinya le/nduk kalau waktu sudah maghrib atau senja segera pulang. Lalu anak-anak diajak di dalam rumah.Tidak lagi bermain di luar rumah. Di rumah mereka makan bersama atau belajar sambil ditunggui bapak/ibu. Sungguh, budaya yang sederhana namun masih terpatri dalam hati sampai sekarang. Walau anak-anak sekarang tak lagi mengenal atau menyukai hal-hal seperti itu. Bahkan mereka tidak peduli dengan anggapan seperti di atas tadi.

Budaya Jawa mulai luntur? Iya. Budaya Jawa sudah mulai ditinggalkan. Tata krama dan sopan santun sudah jadi sesuatu yang aneh. Anak sekarang hidup dalam gaya hidup modernisasi, serba instan, serba cepat dan mudah. Komunakasi tak usah bertemu langsung. Lebih cepat melalui whatsapp atau Line atau telpon langsung. Maka kromo alus dalam berkomukasi tak diperlukan lagi. bahkan anak muda sekarang tak tahu lagi bagaimana berbicara dengan kromo alus. Lewat di depan orang yang lebih tuapun, tak lagi membungkukkan badan dan bilang nuwun sewu. Ah..kuno. Mereka akan lewat begitu saja tanpa permisi. Pelajaran Bahasa Jawa di sekolah mungkin menjadi pelajaran yang sulit dari matematika, karena mereka tidak akrab lagi dengan bahasa jawa itu. Ironis. Orang Jawa yang tidak mengenal budaya tata krama yang sarat makna.

Bagaimana menumbuhkan kembali? Meski kita masuk dalam dunia digitalisasi yang serba modern, cepat dan instan, saya kira tata krama dalam hidup sehari-hari masih sangat penting. Tata krama tersebut dapat diajarkan dimanapun baik oleh keluarga maupun bapak ibu guru ketika di kelas. Bagi orang tua kiranya mengajak anak-anaknya untuk bersikap lebih santun kepada orang yang lebih tua, baik dalam perkataannya maupun perbuatan. Mulai hal itu dari rumah, mungkin mengajarkan anak berbahasa kromo alus kepada orang tua, mendengarkan nasihat orang tua dan tidak melawan orang tua, . Di sekolah, bapak ibu guru juga bisa selalu mengajak anak didiknya berlaku santun. Misal melalui ajakan yang disampaikan/ diselipkan dalam pengajaran sehari-hari. Seperti ramah terhadap guru, tidak memotong pembicaraan guru dan lain seabagainya. Saya yakin bila ada keteladanan dari keluarga dan guru, anak-anak jaman sekarang bisa memiliki tata krama dan menghargai budayanya. Dengan bersikap santun harga diri seseorang juga akan semakin tinggi. Serta dihormati oleh orang lain.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post