EKA NURBULAN

Guru di SDN 10 Panai Hulu, Labuhanbatu, Sumatera Utara. Hobi menulis, membaca, dan menggambar. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku Mencintaimu Dalam Diam (Part 1)
Mylukisan

Aku Mencintaimu Dalam Diam (Part 1)

#Hari ke-1

#Tantangan GuruSiana

Lagi-lagi jantungku berdegup kencang, dengan segera aku menghentikan langkah, memejamkan mata sejenak, menarik napas dengan perlahan. Kubuka netra perlahan, yup dia sudah tidak ada disana. Seperti biasa, dia akan berdiri di pintu kelas memandang kearah lapang. Dia bukan menatapku, tetapi menatap lapangan yang dipenuhi siswa yang asyik bercanda ria di saat jam istirahat. Dia kini sudah menghilang ke dalam kelasmya atau mungkin melangkah ke lapangan, ketika mataku terpejam.

Aku mempercepat langkah, berharap melewati kelas ini dengan secepatnya, tapi arah kantin harus melewati kelasnya.

“Mia,” suara Indri sahabatku.

Aku menghentikan langkah dan menoleh, menunggunya.

“Tumben, kamu gak ngajak aku,” ucapnya sambil memajukan bibir tipisnya. Aku tertawa.

“Kamu tadi sibuk bicara sama Sova.”

“Jadi kamu ikut berenang besok?’ tanyanya sambil menggandeng tanganku.

“Tapi aku gak berenang yah, ikut aja,”

“Pak Ajat mau ambil nilai loh, setiap jam pelajaran renang kamu tidak pernah datang, hanya bayar patungan saja sama ketua kelas. Kali ini harus renang Mia, walaupun cuma masuk kolam terus gerak-gerak gitu,” Indri nyerocos tak berhenti, aku mencubit bibir tipisnya.

“Stop biacaranya, iya-iya aku besok ikut,” sahutku.

“Nah gitu donk, sahabatku,” ujarnya sambil kegirangan memelukku.

Aku garuk-garuk kepala, oh my god bagaimana ini. Aku hanya bisa gaya batu, masuk air dan tenggelam membatu. Kenapa juga Pak Ajat mesti mengambil nilai renang, yang lain kek, kasti, senam, sepak bola, ahhh .. aku mengomel dalam hati.

“Grubakk… prang ….” Aku terkejut bukan main, aku telah menabrak seseorang hingga ia terjatuh bersama bawaannya.

“Ma .. ma … maaaaf … maaf…,” tanganku terulur membantunya, tetapi segera kutarik kembali.

Ia menatapku keheranan. Lalu berdiri, tak sepatah katapun terucap darinya. Ia berjalan kearah penjual bakso kantin,

“Maaf Mas Mul, botol dan mangkoknya pecah,” ujarnya sambil menyodorkan uang.

“Sudah, sudah … tidak apa-apa, bakso dan teh botolnya kan sudah bayar tadi. Kalau mangkok dan botol sudah resiko mamang,” Mas Mul menolak uang tersebut.

Dia mengangguk,”Terima kasih Mas.”, kemudian berjalan keluar kantin melewatiku.

Aku hanya terpaku melihat kejadian itu. Bagai patung tak bernyawa, diam seribu bahasa. Aku tersentak dan tersadar ketika Indri menjawil tanganku.

“Ayo bantu Mas Mul,” ujarnya sambil mengambil serok dan sapu. Bergegas aku membantunya. Duh bodohnya aku.

***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap, Bu Eka. Sukes selalu

01 Jul
Balas

Trims bu

02 Jul

Mantabs, sukses berkarya bersama gurusiana. Salam literasi. Sukses selalu.

01 Jul
Balas

Terima kasih pak

02 Jul

Keren Bund. Cantiknya bikin cerpen. Yang ke 2 sudah ku baca juga. Ku tunggu lanjutannya ya.

02 Jul
Balas

Trims bu

02 Jul



search

New Post