EKA NURBULAN

Guru di SDN 10 Panai Hulu, Labuhanbatu, Sumatera Utara. Hobi menulis, membaca, dan menggambar. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku Mencintaimu Dalam Diam (Part 5)

Aku Mencintaimu Dalam Diam (Part 5)

#Hari ke-6

#Tantangan GuruSiana

“Mia…. Mia,..” suara Indri samar-samar menyadarkan ingatanku.

Aku mengingat-ingat apa yang terjadi. Yang kuingat setelah pemanasan, beberapa temanku mulai diambil nilai oleh Pak Ajat guru olahraga. Aku masih duduk di tepi kolam. Ketika beberapa temanku saling dorong mendorong di tepi kolam. Sova yang di dorong Erma, menabrakku, hingga aku tercebur ke kolam. Aku megap-megap tak bisa timbul, gaya batuku membawaku ke dasar. Aku masih mengingat ketika Indri berteriak meminta tolong, seseorang menyeburkan dirinya ke kolam. Lalu semua gelap.

“Untunglah kamu cepat menolongnya,” suara Indri yang cemas terdengar samar-samar.

“Sudah sadar belum?” suara Rijal terdengar keras.

“Kasih napas buatan Di.” ujar Deni semakin menyadarkan ingatanku.

“Awas, jangan berkerumun, kasih jalan Pak Ajat,” teriak Sova.

Aku membuka mata dan melihat Pak Ajat berlutut di sampingku.

“Sudah baikan, Mia?” tanyanya. Aku mengangguk dan berusaha bangun. Pak Ajat mengangkat tubuhku ke kursi di tepi kolam.

“Istirahatlah.”

Aku kembali mengangguk. Indri datang menyodorkan teh manis hangat.

“Untung kamu cepat ditolong, kupikir kamu main-main tadi,” ucapnya penuh kekhawatiran. Aku hanya nyengir.

“Tuh, dewa penolongmu,” dagunya menunjuk seseorang.

“Dodi?!”

“Iya.” Ucapnya sambil melambai pada Dodi. Dodi balik melambai. Aku mengangguk tanda ucapan terima kasihku. Dodi membalas anggukanku. Tentu saja hatiku berbunga-bunga, bagaimana tidak seseorang yang kuimpikan telah menolongku. Andai saja tadi ada pertolongan napas buatan. Aku tersenyum-senyum sendiri.

“Ngayal apa?” suara Indi kembali mengangetkanku. Aku tersenyum dan berusaha duduk, kerika mataku melihat suatu peristiwa yang menyakitkan. Bagaimana tidak, aku melihat Erna merangkulnya dengan manja. Gak tahu malu, masih SMP saja sudah sok-sok mesra, aku mengomel dalam hati. Membuang pandangan kearah lain. Hatiku terasa tercabik-cabik, sakit. Aku segera mengajak Indri berganti pakaian. Tak ada lagi keinginanku untuk terus berada di sini. Lebih baik aku belajar di rumah untuk ulangan esok hari. Jika saja aku bisa berteriak, kan kuteriakkan segala rasa yang ada. Kan kuteriakkan sebuah kata yang tak mampu terucap. Mengapa cinta datang pada orang yang salah. Apakah aku dapat merasakan bahagianya cinta? Ataukah luka yang akan teroreh dan terpatri di hati? Derai airmata yang hanya mampu terurai dan bantal guling jadi saksi bisu perasaan hati Mia.

Apakah Mia berhasil mendapatkan Cinta pertamanya?, simak terus yah cerpen recehan ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post