EKA NURBULAN

Guru di SDN 10 Panai Hulu, Labuhanbatu, Sumatera Utara. Hobi menulis, membaca, dan menggambar. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Memory di Festival Light

Memory di Festival Light

#Tantangan Hari ke-7

#Tantangan Gurusiana

Malam itu Festival Light Berlangsung meriah. Putri kecilku Nawa berlari kesana kemari dengan senangnya. Lampu-lampu dalam berbagai bentuk bersinar indah. Tanah lapang di Kota Rantauprapat mulai padat pengunjung.

“Mah, kita kesitu mah,” Nawa menarik-narik tanganku sambil menunjuk ke arah air mancur.

“Dari jauh terlihat juga kok,” kataku sambil menahan tangannya. Malas melihat pengunjung yang padat mengelilingi air mancur yang bercahaya.

“Para pengunjung, silahkan merapat ke dekat air mancur. Anda akan melihat tarian air yang indah. Akan dimulai dalam 5 menit lagi,” suara dari spiker membuat Nawa semakin keras menarik tanganku.

“Cepat Mah. Sudah mau di mulai,” ujarnya setengah merengek. Ia melepaskan tanganku dengan cepat, lalu berlari ke arah air mancur.

“Pah, Nawa.” Aku memanggil suamiku dan melangkah dengan cepat mengejar Nawa. Aku takut kehilangan dia, diantara padatnya pengunjung.

Sambil berjalan aku melihat ke belakang, kulihat suamiku ikut melangkah di belakangku. Akhirnya kudapatkan Nawa, kupegang tangannya agar tidak terlepas lagi. Suamiku berdiri di sampingku, santai. Mata semua penonton tertuju pada air mancur yang menari-nari bersama lampu tembak sesuai musik yang di mainkan. Penonton bertepuk tangan mengagumi tontontan tersebut. Akupun ikut bertepuk tangan.

Panitia penyelenggara mengumumkan untuk tarian kedua. Nawa tiba-tiba berjalan menjauh dariku, semakin mendekati kolam air mancur.

Aku mengejar Nawa sambil menarik tangan suamiku. Aku melangkah cepat, suamiku memperat pegangannya. Nawa berlari semakin cepat, menghindariku. Akupun berlari sambil tetap berpengan pada suamiku. Mataku tak mau lepas dari Nawa, karena takut hilang. Akhirnya Ia berhenti di tepi kolam sambil tertawa, kutangkap tangannya dengan tangan kiriku. Dia meloncat-loncat.

“Papah gimana sih, bukannya bantuin ngejar, Cuma ikutan mamah aja,” kataku sambil menoleh kearah suamiku.

Aku terkejut dan melepaskan genggamanku. Seorang anak muda berwajah tampan tersenyum memandangku.

“Kalau masih mau lari-lari, boleh kok pegangan saya lagi,” ujarnya sambil tersenyum.

Ya ampun, malunya aku. Ternyata yang kutarik-tarik tadi tangan ….

“Maaf, mas, de, eh om,” sahutku gugup.

“Gak apa-apa, kak,” sahutnya tetap tersenyum. Wihhh bikin aku makin salah tingkah.

Aku bergegas pergi sambil menuntun Nawa, mencari suamiku. Kulihat dia melambai-lambai di warung rokok. Hadeuhhh pergi kok gak bilang-bilang.

*****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hihihi....aku gak senyum, Buk. Tapi ketawa nih....lucu ya..gandeng tangan ABG lagi, sweet...hehe...

08 Mar
Balas



search

New Post