Bersosialisasi atau Sosialita?
#TantanganGurusiana
#Day27
Bersosialisasi atau Sosialita?
Dalam ilmu sosiologi dikatakan bahwa manusia hidup dalam masyarakat tidak dapat lepas dari manusia lainnya, kita saling membutuhkan satu dengan lainnya. Sesuai dengan peran dan status social yang melekat pada diri seseorang dalam bermasyarakat. Manusia membutuhkan bersosiaisasi dengan manusia lainnya supaya lebih mengenal. Bersosialisasi dapat dimulai dari menjalin silaturahmi dengan tatangga terdekat di dunia nyata sampai menjalin hubungan pertemanan dengan orang lain di dunia maya seperti yang terjadi di era millennial ini. Bersilaturahmi selain dapat mendekatkan hubungan habluminnanas, juga dapat memperpanjang umur manusia, karena dengan bersilaturahmi maka orang akan merasa bahagia, dapat bertukar pikiran, membawa rezeki tersendiri bagi dua mahluk atau lebih. Bersilaturahmi dapat dilakukan oleh secara individu maupun secara berkelompok.
Bersosialisasi menjadi kebutuhan tersendiri bagi manusia. Namun akhir – akhir ini kata sosialisasi dan sosialita bergeser maknanya. Berawal dari kebutuhan manusia untuk bersosialisasi dengan manusia lainnya, kemudian membentuk kelompok – kelompok tersendiri yang sesuai dengan minat/hobby yang sama sampai gaya hidup. Akhirnya kata sosialisasi berubah menjadi sosialita. Sosialita berawal dari para kaum jet zet yang mempunyai kesamaan gaya hidup yang cenderung gelamor, menghabiskan uang untuk mendapatkan hiburan atau dihibur. Tren yang terjadi di masyarakat Indonesia kaum sosialita saat ini tidak hanya dikenal di kalangan masyarakat kelas atas seperti para kaum selebriti yang mengedepankan gaya hidup yang glamor, tetapi juga masyarakat kelas menengah sampai kelas bawah pun saat ini ikut terimbas dengan adanya genk – genk sosialita. Ditambah dengan perkembangan media social yang makin maju, para kaum sosialita ingin selalu up to date di social media. Apapun yang dilakukan bersama dengan kelompokya selalu di upload di media social mereka.
Sosialita di Indonesia dimulai dari kaum berpunya yang mengedepankan lifestyle yang tidaklah murah. Namun masyarakat kalangan kelas menengah dan kelas bawah pun kini mulai mengikuti gaya hidup mereka. Kaum sosialita biasanya kerap melanda para perempuan dengan dandanan yang trendi, gaya busana yang hampir identic, seperti kesamaan sepatu, tas, bahkan sampai pernak – pernik yang mirip atau bahkan memang sengaja disamakan semuanya.
Jika seandainya Anda datang pada kelompok social yang mungkin tidak sama dengan meraka, maka Anda akan merasa terasing dan menjadi alien diantara mereka. Padahal mungkin niat Anda adalah untuk mengenal dan bersosialisasi dengan mereka. Genk – genk sosialita dapat berupa kelompok arisan, kelompok emak – emak penjemput anak di sekolah, kelompok senam bahkan sampai kelompok pengajian dan yang lainnya.
Genk – genk sosialita biasanya mengadakan acara – acara khusus bagi kelompoknya untuk bisa berkumpul bersama mulai dari makan bersama, out bond bersama, ngerumpi bersama, ngegosip bersama dan bahkan sering melakukan kegiatan yang un-faedah. Cekrak – cekrek selpha – selphi kemudian upload di media social untuk membuktikan eksistensi kelompoknya.
Entahlah saya juga kadang merasa bingung dalam bersosialisasi apakah sudah terjebak pada konsep sosialita atau sekedar berkumpul bersama untuk saling mengenal.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar