Sawah, Eksistensimu Kini dan Nanti
#TantanganGurusiana
#Day20
Sawah, Eksistensimu Kini dan Nanti
Sawah...., bisakah engkau bertahan ditengah gerusan perkembangan zaman yang makin mendesak dengan dalih geliat pembangunan negara?. Bisakah engkau bertahan dengan perkembangan zaman di era milenial, dimana kaum pemuda lebih tertarik ber-urbanisasi ke kota untuk mencari sesuap nasi dan meninggalkan mu, padahal engkulah nasi yang sebenarnya yang bisa didapat oleh mereka yang menamakan dirinya sebagai kaum pekerja (buruh) kota. Dapatkah keberadaan mu masih bisa dipertahankan karena keserakahan tangan – tangan manusia?.
Keberadaan mu di desa yang merupakan hinterland atau daerah penyokong bagi kota sebenarnya sangat dibutuhkan. Perubahan penggunaan lahan memaksa daerah persawahan berubah fungsi menjadi bentuk lainnya. Perubahan daerah atau areal persawahan menjadi daerah pemukiman, industri, jasa dan sebagainya makin mempersempit areal persawahan di desa. Perbedaan daerah pedesaan dengan perkotaan dapat dilihat secara fisik dan non fisik. Ciri khas yang paling utama daerah pedesaan adalah sebagai daerah agraris – persawahan. Namun kini sawah – sawah itu sepertinya satu per satu hilang, dan ciri khas daerah pedesaan sudah mulai memudar. Lalu bagaimana seandainya sawah – sawah itu benar – benar menghilang?, apa efeknya?.
Sempat berfikir panjang jikalau sawah – sawah di daerah pedesaan hilang satu persatu, maka kemungkinan kita bangsa Indonesia bisa defisit pangan. Hal ini dikarenakan bukan hanya makin menyempitnya areal persawahan tapi juga generasi muda sudah enggan untuk terjun ke sawah. Mereka beranggapan bahwa terjun ke sawah kurang bergengsi, capek, lelah, panas – kepanasan, hujan – kehujanan, kotor, jorok, kurang menghasilkan dan tidak sesuai antara tenaga serta modal yang dikeluarkan dengan hasil yang didapat. Memang tidak dapat dipungkiri dan tidak dapat disalahkan jika generasi muda mempunyai mainstream seperti ini. Para generasi milenial tidak sepertinya sudah apatis dan tidak ada yang terbesit untuk mempunyai cita – cita sebagai seorang petani. Jikalau bisa areal pertanian dapat digarap secara modern. Maafkanlah saya mungkin disini tidak dapat berbuat apa – apa untuk dapat mempertahankan sawah – sawah tersebut. Namun terbesit keprihatinan yang cukup mendalam jika sawah – sawah itu hilang, maka ekosistempun akan berubah
Angka pertumbuhan penduduk di Indonesia juga cukup tinggi. Hal ini memaksa persediaan bahan pangan harus mampu mencukupi seluruh kebutuhan penduduk. Dari sawahlah seluruh bahan pangan dihasilkan, terutama di Indonesia yang masih berbasis padi sebagai bahan pangan pokok utama yang paling banyak digemari. Rata – rata orang Indonesia mengonsumsi padi 136,05 kg per tahun (menurut https://jeda.id/real/bukan-indonesia-yang-jadi-jawara-makan-nasi-1256) di bawah dari Bangladesh. Selain padi masih banyak bahan pokok yang dihasilkan untuk makanan pokok seperti jagung, ubi, gandum dan sebagainya.
Bagaimana caranya untuk tetap dapat mempertahankan keberadaan serta eksistensi sawah di wilayah Indonesia?. Butuh kerjasama antara pemangku kebijakan dengan masyarakat serta semua pihak yang berkompeten.
Ah...entahlah bagaimana eksistensi sawah itu kini dan nanti......?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Betul banget pak generasi milenial gengsi jika menjadi petani. Siswa sy juga sebenarnya banyak anak petani tapi tdk ada yg ingin jadi petani
Banyak anakanak petani yang kurang menyukai bertani bu, kurang prestise