Eka Nurul Hidayati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Si Mossas
Gambar di unduh dari : https://1freewallpapers.com/mountain-goat-silhouette-night/id (15/09/2020)

Si Mossas

Si Mossas

1/

Hari masih diselimuti oleh gemintang di angkasa, kabutpun masih terasa tebal menusuk hingga tulang – belulang persendian. Saat semua orang masih asyik diperaduannya masing – masing, semua mata terpejam dibuai impian yang tak sama antar anak manusia. Ardian terbangun karena dia teringat harus menunaikan tugas rutinnya.

Gemercik air yang mengalir dari kran sepertinya sudah hafal betul dengan sapaan lembut si bocah yang kini beranjak remaja. Diambilnya air untuk membasuh muka dan berwudhu. Entah rutinitasnya tiap lingsir wengi hanya sekedar kebiasaan hidupnya sehari – hari atau memang dia membutuhkan sesuatu untuk menyandarkan permintaan hatinya yang entah kapan bisa terkabul, yang ia tahu “pokoknya aku melakukan tugas ku agar emak senang”. Ardian tidak mau melihat Emak yang makin hari banyak menanggung beban hidup dirinya sendiri dan juga anak – anaknya.

Sehabis menunaikan munajatnya, maka ia bergegas membantu pekerjaan emak di dapur. Selepas subuh, saat sang mentari mulai nampak malu – malu menyemburatkan warna lembayung yang elok tapi terasa pedih di mata jika terlalu lama dipandang. Ardian mencari peralatan untuk merumput.

Si Mossas, kambing kesayangannya memang selalu dibawa ke tegalan untuk mencari rumput yang masih fresh. Si Mossas tau betul kalau dia akan dibawa jalan – jalan oleh si empunya. Tuannya memang memperlakukannya dengan baik sekali dan sering diajak komunikasi. Sehingga Mossas selalu mengikuti langkah kaki Sang Tuan. Mossas sudah biasa digembalakan oleh tuannya di balik bukit, dia juga bisa pulang sendiri ketika Sang Tuan menyuruhnya pulang jika dirasa Mossas sudah kenyang.

2/

Masa pandemi ini memang sungguh berat terasa bagi keluarga Ardian. Belumlah kering pusara tanah bapaknya, kini dia harus membantu perekonomian keluarganya. Emaknya hanya petani serabutan yang kadang untuk menyambung hidup saja susah.

Pengumuman dari sekolah tampaknya tak membuat Ardian girang seperti kawan – kawannya. Jikalau kawan – kawannya merasa bahwa masa pandemi ini bisa dikatakan libur sekolah. Tapi bagi Ardian justru sebaliknya. Dia harus banting tulang membantu mencari nafkah demi Emak dan adiknya.

Pembelajaran jarak jauh yang dilakukan hampir di seluruh pelosok negeri ini, makin memberatkan hidupnya. Pasalnya mau tak mau dia harus mengikuti pembelajaran agar tidak tertinggal dari teman – temannya. Ardian kini masih duduk dibangku SMK kelas 12. Harapannya sebentar lagi dia bisa lulus dan dapat bekerja disektor formal.

Pembelajaran jarak jauh mau tak mau mengharuskan Ardian mempunyai gawai yang upgrade. Ardian bingung bagaimana caranya bilang ke Emak untuk meminta gawai. Dia sadar betul bahwa emak tak mungkin bisa membeli gawai yang keren seperti teman – temannya. Sebenarnya Si Emak juga menyadari bahwa putra sulungnya membutuhkan sarana untuk belajar. Tapi apalah daya Emak juga tak bisa berbuat banyak.

Satu – satunya harta yang mereka punyai adalah Si Mossas. Maka Ardian memberanikan diri untuk bicara dengan Emak untuk menjual Si Mossas. Ardian sangat sedih jika harus kehilangan Si Mossas yang selalu menemaninya tiap fajar menyingsing. Hati Emak juga sebenarnya tak kalah sedih melihat putranya harus menanggung derita seperti ini.

“Ardian, apakah kamu benar – benar telah ikhlas jika harus berpisah dengan Si Mossas?”.

“Iya Mak, aku rela jika harus menjual Si Mossas. Mudah – mudahan dia bertemu dengan pemilik yang baik hati ya Mak…”.

Emak hanya bisa menghela nafas panjang, tak mampu untuk ungkapkan kata dan rasa.

3/

“Selamat tinggal Mossas…., kamu sekarang bukan milikku lagi”. Kata Ardian pada Mossas”.

Akhirnya transaksi pun terjadi di pasar hewan. Kini Mossas sudah berpindah tangan, dan dibawa Sang Tuan yang baru. Mossas adalah kambing yang sangat cantik, terawat, tubuhnya gempal, kulitnya bersih.

Mossas pun ternyata menitikan air mata saat berada di atas colt.

“Selamat tinggal Ardian….terimakasih kita pernah bersama selama ini….”

#BerlatihMenulisCerpen

#KelasMenulisCerpen

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Essip bunda... Barokalloh...

21 Sep
Balas

Keren Bu

15 Sep
Balas

Terimakasih bu Erni

15 Sep

Terimakasih bu Erni

15 Sep

Terimakasih bu Erni

15 Sep

Selamat tinggal, Mossas.

23 Oct
Balas

Cabtik-cantik

15 Sep
Balas

Terimakasih bu kholipah, mencoba genre yg diberikan oleh pak pemred kita

15 Sep

adduhhh..kasihan si mosass..kena dampaknya di masa pandemi ini

05 Oct
Balas

Keren Bunda ceritanya. Fakta yang ada di sekitar kita. Kisah itu sama persis dengan kisah teman guru yang terpaksa harus membeli gawai baru untuk daring dengan menjual kambing satu-satunya. Kita ketemu lagi di kelas yang sama. Salam kenal.

15 Sep
Balas

Terimakasih bu atas apresiasinya. Iya ini bisa disebut faksi

15 Sep



search

New Post