Sosilaisasikan Adaptasi – Mitigasi Bencana Sampai Pelosok Negeri
#TantanganGurusiana
#Day39
Sosilaisasikan Adaptasi – Mitigasi Bencana Sampai Pelosok Negeri
Innalillahi wa innailaihi ro jiun…., turut berduka cita yang sedalam – dalamnya atas musibah yang menimpa siswa SMP N 1 Turi pada hari Jumat, 21 Februari 2020 kemarin. Semoga para korban yang meninggal kusnul khotimah dan diterima disisi Alloh SWT. Banyak pelajaran serta hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa tersebut. Bencana memang dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Hazard dapat terjadi di sekitar kita. Hazard adalah segala sesuatu yang dapat menjadi potensi kecelakaan atau suatu insiden di lingkungan kita. Hazard dapat berupa bencana alam ataupun disebabkan oleh manusia itu sendiri.
Alam telah memberi tanda. Oleh karena itu manusia harus pandai – pandai membaca alam. Namun sayangnya kebanyakan manusia tidak dapat membaca tanda alam tersebut. Bahkan manusia cenderung meremehkan dan bahkan merusak alam tempat dia hidup.
Upaya adaptasi dan mitigasi bencana adalah upaya untuk memperkecil risiko terhadap bencana, sehingga diharapkan dapat meminimalisir jumlah korban yang terjadi. Bukan untuk menghalau atau bahkan menghentikan bencana yang terjadi. Namun pengetahuan akan Adaptasi dan Mitigasi Bencana bagi masyarakat awan di Indonesia masih sangat minim sekali. Mereka menganggap bahwa penanganan bencana hanya diserahkan pada para ahli seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS), Tim Medis dan Tim Palang Merah, Para Voluntir kemanusiaan dan yang lainnya.
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana di seluruh wilayah. Bukannya untuk menakuti – nakuti dan menjadi parno terhadap bencana. Tapi kita harus dapat beradaptasi mulai dari sebelum, saat dan setelah bencana terjadi. Saya berharap tim – tim ahli dalam bidang kebencanaan dapat mensosialisasikan dan memberi edukasi tentang kebencanaan pada masyarakat awam. Sosialisasi dapat dilakukan secara langsung maupun online. Memang sudah banyak upaya yang telah dilakukan oleh BNPB dan instansi lainnya untuk mengedukasi masyarakat tentang cara penanganan terhadap bencana. Namun belum semua generasi mengenal hal tersebut. Terutama untuk generasi yang sudah mulai tua dan kurang berpendidikan.
Belajar dari kejadian hanyutnya para siswa SMP N 1 Turi saat kegiatan pramuka, seharusnya didalam kegiatan tersebut ada prosedur tentang bagaimana cara bertahan hidup di alam atau survival. Namun mungkin karena keterbatasan pengetahuan anak – anak dan kakak kelas sehingga musibah menimpa mereka. Memang benar musibah yang terjadi tidak lepas dari kehendak dari Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Pengetahuan survival di alam terbuka dan P3K dibutuhkan bagi kegiatan outing di luar ruangan. Ada baiknya para pelatih dan pembina memberikan materi dasar kepramukaan lebih mendetail dan pengawasan yang lebih waspada. Sekali lagi tulisan ini bukan bermaksud untuk menyalahkan atau menggurui. Namun sebagai instropeksi bersama.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar