Eka Oviana M

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
CINTA SANTRI BIASA
Real pict Santri Ponorogo

CINTA SANTRI BIASA

Ponorogo, April 2021.

Khuliqotil mar’atu min dhila’, Perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. A’wajuhu wa a’laha, tulang rusuk yang paling bengkok yang atas. Idza akhotta akomtaha kasartaha,. Kalau kamu berusaha meluruskannya maka dia akan patah dan bila dibiarkan dia tetap bengkok.”

“Jadi untuk para kang santri, kalau nanti sudah menjadi Imam rumah tangga, harus bisa membimbing istrinya, mengajari bagaimana menjadi istri yang baik dan patuh pada suami. Jangan malah dimarahi terus, jangan dibentak, apalagi dipukul. Jika dia salah, benarkan, ditegur secara halus, supaya istri itu paham. Perempuan itu sensitif, kalau ingin membenarkan dia, harus dengan cara yang halus, yang baik. Seperti tulang rusuk tadi, jangan dipaksakan lurus, nanti bisa patah.” tutur Abah Kyai dalam pengajian shubuh pagi ini.

Para santri mendengarkan dengan ta’dzim meskipun dengan jiwa yang setengah tersadar. Rasa kantuk sering kali mengahampiri para santri saat pengajian seperti ini, dan akan segar kembali bila kata ‘Wa Allahua’lamu Bisshowwab’ terucap. Karena itu pertanda pengajian telah usai.

Seperti biasa, tugas di ndalem sudah menantiku. Dalam mengemban amanah ini, aku tak luput dari sebuah masalah. Mulai para santri menggunjingku karena bisa menjadi abdi ndalem. Mereka berkata jika aku hanya ingin mencari perhatian Gus Azriel. Dijuluki sebagai burung Pungguk, dan sebagian mereka menjauhiku. Pada tahap ini aku tersadar, siapa teman dan siapa lawan. Aku berfikir, mereka yang berbicara buruk dibelakangku, hanya merasa iri pada posisiku saat ini. Maka hal ini kujadikan semangat untuk mengemban amanah Umi dengan lebih baik lagi.

***

Hari Minggu waktunya bagi para santri untuk keluar Pesantren. Seluruh santri menyebar ke penjuru kawasan Ponorogo. Menikmati suasana kota dengan julukan kota Santri ini memang menyenangkan. Bersama Kiya dan Adinda, kami sudah menapaki beberapa toko buku dan pakaian di sekitar Alon-alon kota. Meski panas terik, kami tak keberatan untuk terus berjelajah, dan menikmati semangkuk es dawet jabung yang terkenal itu.

“Gimana Ra, rasanya jadi santri ndalem?.” tanya Adinda.

“Pastinya seneng lah Din, kan ketemu Gus Azriel terus.” sahut Kiya. Kami tertawa bersama.

“Bukan cuma itu, aku bisa belajar banyak dari Umi, cara menjadi menantu yang baik. hahaha” kataku girang. Disambut ekspresi datar oleh mereka.

Selesai menghabisakan dua mangkuk es dawet, kamipun berniat untuk kembali, dan barang yang kami inginkan juga sudah didapat. Saat aku berjalan, seseorang dengan paksa menarik tas ranselku dan membawanya kabur. Spontan kami berteriak “copet, copeet, tolong ada copet.” Kami berlari mengejarnya, namun lajunya cukup cepat, ditambah gamis panjang ini menyusahkanku untuk bergerak.

Kami terjebak ditengah kerumunan orang-orang yang berlalu lalang di pasar dadakan. Tiap hari Minggu biasanya seluruh jalan area alon-alon akan ditutup akses kendaraan karena kegiatan masyarakat. Kami kebingungan mencari arah larinya laki-laki berjaket hitam tadi. “Ara itu kesana orang nya.” teriak Kiya. Kami bergegas menyusulnya.

Pada pertikungan jalan kami bisa menangkapnya. “Kembalikan tas saya.” teriakku. Sambil mengambil langkah untuk memukulnya

“Eh, eh..tunggu tunggu tunggu. saya bukan copet. itu orangnya udah kabur. tadi saya yang ambil tas kamu dari dia. Bukannya bilang makasih malah dipukul.” ujar lelaki itu mengomel.

“Habis jaketnya sama, ya saya kira pencopet tadi.” jawabku merasa bersalah.

“Emang tampang saya kayak pencuri apa?” katanya lagi.

“Iya mas, tapi kamu pencuri hatiku.” sahut Kiya dengan genit. Dan mendapat senggolan dari Adinda. “Kiya, nggak bisa lihat orang ganteng dikit apa.” gerutu Adinda pelan.

“Ya sudah, saya minta maaf karena menuduh kamu tadi, dan terimakasih sudah menolong saya, permisi. Assalamu’alaikum” ujarku padanya lalu bergegas pergi.

***

Karena kejadian kemarin, lelahnya masih terasa meremukkan tulang-tulangku. Belum lagi aksi kejar-kejaran dengan pencopet itu membuat kakiku terasa bengkak. Aku jadi teringat dengan lelaki yang aku kira pencopet kemarin, eh..kenapa jadi kepikiran dia sih?. benakku bersuara. Lebih baik segera kuselesaikan menyapuku lalu segera merebahkan tubuh ini.

Terdengar deru mobil berhenti di depan rumah ndalem, aku menuju pintu saat setelah mendengar salam diucapkan. Ku tarik kebawah pegangan pintu dan membukanya.

Dia. Aku mematung saat tahu siapa yang bertamu.

Bersambung...

Waah, siapa nih kira-kira yang bertamu? penasaran kan. tunggu cerita selanjutnya.

#Masih belajar jadi penulis bagi pembaca yang berkenan memberi kritik dan saran bisa tulis dikolom komentar ya. Nuhun Sanget.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post