Eka Oviana M

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
CINTA SANTRI BIASA

CINTA SANTRI BIASA

Ponorogo, Februari 2021.

Kami bergegas menuju ndalem untuk mengantar makanan. Lampu terlihat masih terang, namun disana tampak sepi. Belum lagi ricihan air kolam yang menambah kesunyian.

Salam keduapun tak kunjung terjawab. Sampai terdengar suara dari balik pintu. “Wa’alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh.” jawab Umi.

“Mohon maaf Umi, kami mau mengantar makanan.” ujarku sembari memberikan kresek putih yang kubawa.

“Terimakasih ya mbak.” tutur beliau. “Oh tunggu sebentar mbak, saya punya oleh-oleh dari krapyak kemarin.” lanjutnya.

Aku dan Kiya saling bertukar kode begitu Umi masuk ke dalam. “Asyik dapet oleh-oleh dari calon mertua. hihi” ujar Kiya berbisik. Ku arahkan jari telunjuk ke bibir mengisyaratkan Kiya untuk diam.

Tak lama pintu terbuka lagi, dan membuat kami sedikit terkejut karena Gus Azriel yang muncul di depan kami. “Mbak ini ada jilbab, tadinya mau dikasih ke Ning April sebelum kembali ke Pesantren, tapi kelupaan. Jadi kata umi, buat mbak pondok aja.” tuturnya menjelaskan.

Mendengarmu menyebut namanya, membuat tubuhku layaknya jatuh kedalam jurang tanpa dasar. Inikah rasanya cinta yang tak terbalaskan. Saat ku ulurkan tangan ingin menerimanya, tangan Kiya menyalip dengan cepat. “Terimakasih Gus, bagus banget jilbabnya.” ujar Kiya dengan senyum malu malu. Dengan cepat kukatakan ingin pamit karena sudah malam, dan bergegas kembali ke asrama.

***

Hujan di bulan Februari bertambah deras saja. membuat rasa rindu ini semakin pekat, menjadikan waktu berjalan lambat dan jemuran basah pun semakin meningkat.

Semenjak Gus Azriel mengajar kitab fiqih di kelas madrasah malam beberapa hari lalu, sosoknya menjadi topik utama dalam tiap obrolan santri putri saat ini.

Perigainya yang humoris nan manis memang sudah menyita perhatian santri putri, terlebih di Pesantren wahdatul Ummah ini mayoritas santrinya pelajar mahasiswa. Sudah barang tentu mereka mengidamkan pasangan ideal layaknya Gus Azriel. Begitu juga diriku. Tapi aku sadar, tak mungkin seekor pungguk berubah menjadi cinderella?.

Aku masih ingat, pada bulan November lalu, Kyai Anwar Mujahiddin bertamu ke Pesantren Wahdatul Ummah. Tentu saja pertemuan itu dimaksudkan untuk menjalin hubungan keluarga dengan Kyai Farid. Menjodohkan Gus Azriel dengan Ning April yang saat ini hampir menyelesaikan hafalan qur’annya di Pesantren Yanbuul Hikmah, Kediri. Aku turut bahagia dengan kabar itu, tapi sejak beradu tatap dengannya, ada bunga yang tumbuh mekar dihatiku.

Waktu awal Gus Azriel datang, aku berdiri tepat di depan pintu mobilnya yang berhenti. Ia menoleh padaku saat kaca mobilnya terbuka, spontan saja kuarahkan pandanganku padanya. Sorot matanya menenangkan, senyum manisnya mengembang dan membuat wajahku memerah padam. Jantungku tiba-tiba berdetak tak wajar, dalam waktu sepersekian detik itu, aku serasa melayang.

Memang, perjodohan antar sesama putra Kyai sudah menjadi tradisi dilingkup Pesantren. Alasannya demi keberlangsungan pondok Pesantren ke masa yang akan datang. Selain itu, dengan menikahkan putra Kyai dengan saudara terdekatnya dapat dipastikan sudah sama-sama paham dan memaklumi. Antara Kyai Farid dan Abah Ning April pastilah memiliki hubungan yang baik dan sudah cukup dekat sejak lama.

Sekufu menjadi syarat dalam memilih pasangan yang ideal. Maka Gus Azriel dan Ning April sudah memenuhinya. Gus Azriel memilik senyum termanis yang pernah ku ketahui. Hidungnya tidak terlalu mancung, tapi lingkar matanya bagaikan lukisan yang hidup. Alisnya juga tidak terlalu tebal dan ada kumis tipis diatas ukiran bibir merah muda itu. Rambutnya hitam terbelah samping dan posturnya tinggi. Selaras dengan Ning April yang berparas cantik, kulit bersih, hidungnya tidak mancung, tapi tampak cantik saat ia tersenyum dengan gigi yang berbaris rapi.

Aku pernah melihatnya sekali, bahkan sebelum perjodohan itu ditetapkan. Ia menolongku saat banyaknya barang yang harus kupindahkan ke kantor Pesantren. Saat itu, Ning April hanya sekedar berkunjung ke Pesantren katanya.

***

Bersambung...

Perasaan yang Araliya rasakan memang benar cinta atau hanya sekedar kagum pada Gus nya saja? ada di cerita selanjutnya, ditunggu yaa...

#Masih belajar untuk jadi penulis, bagi pembaca yang berkenan memberikan kritik dan sarannya bisa tulis di kolom komentar. Nuhun Sanget.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

19 Feb
Balas

Bagus sekali cerbernya, Bun. Cakep deh. Sukses selalu untuk Bunda Eka.

19 Feb
Balas

Mantap bunda ceritanya salam literasi dan izin follow

19 Feb
Balas

Nice banget ceritanya. Ditunggu up selanjutnya bu

19 Feb
Balas



search

New Post