Eka Oviana M

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
CINTA SANTRI BIASA

CINTA SANTRI BIASA

Ponorogo, Juni 2021.

Tatanan bunga dan dekorasi telah memenuhi ruang tamu. Hari ini di kediaman Kyai Anwar Mujahiddin akan berlangsung acara pertunangan antara Gus azriel dan Ning April.

Atas janjiku pada lelaki yang sempat aku harapkan cintanya, meski dengan langkah sendu tetap ku penuhi janjiku untuk menghadiri pertunangannya. Aku yang sudah pulang ke Bandung selepas kegagalanku menjadi finalis duta santri kreatif, harus putar balik kembali ke Pesantren Wahdatul Ummah. Demi membuktikan keikhlasanku melepas Gus Azriel kepada tanggungjawab yang seharusnya beliau jalankan.

Iringan mobil telah tiba di rumah Ning April, sang calon besan menyambut rombongan kami dengan hangatnya. Setelah acara penyampaian niat dan maksud kedatangan Kyai Farid beserta keluarga, Ning April keluar dengan gaun biru mudanya yang tampak anggun, selaras dengan parasnya yang begitu cantik nan menyejukkan.

Aku terus menahan bendungan air mata yang sewaktu-waktu bisa saja menetes. Di samping Umi, aku tak kuasa menyaksikan cincin tersemat dijari manis Ning April. Semua wajah berseri bahagia, namun tidak denganku. Tetapi, ada hal lain yang juga meyita perhatianku. Kenapa Ning April terus melirik pada Kang Saka?.

***

“Tinggallah di Pesantren dulu Nduk, sampai hari pernikahan Bang Azriel, kan sebulan lagi.” Pinta Umi selepas kembali ke ndalem.

Itu adalah hari dimana aku ingin menghilang dari bumi, agar aku tidak harus menyaksikan pernikahan orang yang selama ini ku impikan. “Mohon maaf Umi, Ara harus segera pulang ke Bandung, Ibu sudah menunggu saya.” jawabku ta’dzim.

“Umi ingin jujur sama kamu. Selama ini kami sudah tahu kalau kamu dan Azriel saling mencintai, tapi perjodohan ini sudah ditetapkan sebelum cinta kalian ada. Baik Umi dan Abah tidak bisa membatalkannya, kecuali atas permintaan pihak perempuan. Karena sejak awal, Kyai Anwar lah yang meminang, dan demi keberlangsungan Pesantren.” Tutur beliau menjelaskan. “Umi sudah menganggap kamu seperti anak perempuan Umi, kamu baik, sopan, betapa beruntungnya lelaki yang mendapatkanmu nanti Nduk. Maafkan Umi yang tidak bisa menyatukan cinta kalian.” lanjut beliau dengan berkaca-kaca. Aku memeluk Umi erat, merasakan kasih sayang beliau yang begitu dalam kepadaku.

Setelah berpamitan pada Umi untuk kembali ke asrama putri, aku membelokkan langkah ini menuju taman Pesantren. Duduk terdiam dan merasakan alam menghiburku melalui terpaan angin seraya memejamkan mata. Mencoba menguatkan hati yang entah sudah berapa kali merasakan perih dan kecewa.

“Boleh kutemani?” ujar seseorang membuatku tersadar. “Tidak usah Kang, nanti jadi fitnah kalau kita berdua saja disini.” jawabku pada Kang Saka. Entah sejak kapan dia ada disana.

“Sebentar saja, saya ingin mengatakan sesuatu.” pintanya lalu “Araliya, saya bukan lelaki yang kamu impikan mungkin, tetapi saya ingin kamu tahu kalau saya mencintai kamu. Saya ingin kamu menjadi pendamping hidup saya.” ujarnya mengejutkanku. “Aku tahu kamu menyukai Azriel, bahkan aku mendukungnya saat sebelum tahu kalau gadis yang di cintainya itu kamu. Aku hanya ingin jujur dengan perasaanku selama ini.”

Aku terdiam membeku, apa yang harus kuperbuat dalam keadaan ini?. Lagi-lagi ungkapan cinta yang membuatku terpojokkan, diam membeku. Bagaimana mungkin Kang Saka ternyata menyukaiku?, aku serasa mimpi di siang hari. Aku harus menyikapi ini dengan hati yang tenang, bukan dengan nafsu. Istikharah adalah jalan terbaik dalam memilih dan membuat keputusan yang tepat.

“Akupun tahu kalau Azriel pernah melamarmu malam itu. Karena saya ada disana saat Azriel mengejarmu sampai di depan masjid selepas acara. Maaf, karena dengan sengaja mendengarkan percakapan kalian.” ungkap Kang Saka.

Aku terdiam, masih terbayang bagaimana pilunya hatiku kala itu. “Bagaimana Kang Arsaka yakin terhadap saya?, sedang saya sudah menolak Gus Azriel. Bukan maksud menganggap diri ini istimewa karena dicintai dua lelaki idaman Kang, tetapi saya sadar jika tidak pantas untuk njenengan dan gus Azriel yang begitu saya hormati.” terangku padanya.

“Saya tidak bisa lagi berada di Pesantren Kang, saya akan boyong.” sambungku.

Kang Saka nampak terdiam, “Saya siap apabila pergi ke Bandung dan meminta restu pada Ibumu.” ujarnya tiba-tiba.

***

POV Gus Azriel

Aku tidak sanggup lagi menatap pemilik wajah merah padam tatkala dirinya merasa canggung denganku dulu. Hatinya sudah sekian kali kusakiti, kenapa dia jatuhkan cintanya padaku? jika tahu kita tak bisa bersama. Allah Ta’ala mengetahui sebatas mana kekuatan hambanya menahan cobaan, mungkin dengan ini menjadikanku untuk lebih bisa memaknai kehidupan. Perih dan sakitnya cobaan di dunia, tetap tak ada tandingannya siksa di akhirat. Na’udzubillah, semoga kami dijauhkan dari siksa api neraka.

“Zriel, maafkan aku. Aku mengungkapkan perasaanku pada Araliya.” ujar Saka saat kami berdua duduk di balkon kamar. “Kamu tahu aku juga mencintainya. Kenapa sejak awal kamu tidak bilang kalau gadis yang pernah kamu ceritakan itu dia?.” tambahnya meminta kejelasan.

“Buat apa Sak. Aku dengannya sudah tidak ada hubungan apapun, bahkan sejak dulu tidak ada.” Jawabku pasrah. “Kamu benar. Kita tunggu saja jawaban Araliya tentang lamaranku, jangan mencoba untuk mempengaruhinya lagi.” ujar Saka lalu melangkah pergi.

***

Tujuh hari telah berselang, kini jawaban Araliya sudah akan dipastikan. Aku harus benar-benar siap menerima kenyataan jika nantinya dia menjadi istri sepupuku sendiri. Dihadapan Abi juga Umi, Araliya nampak gugup dan menundukkan kepalanya. “Ara, putriku. Abah minta maaf sebelumnya karena tidak bisa menyatukan kamu dengan putra Abah, Azriel. Tapi sebagai gantinya, Arsaka yang sudah Abah anggap seperti putra kedua Abah telah menyampaikan niatannya ingin menkhitbahmu. Insya Allah secara agama mereka sama kemapuannya, secara fisik juga sepadan, mereka juga sejak kecil sudah dididik di Pesantren. Sekarang, kami menunggu jawaban kamu. Apakah kamu menerima lamaran dari Arsaka atau tidak?.” Tutur Abi memulai percakapan.

“Saya, me me...” jawabnya masih tersekat.

Bersambung...

Kira-kira apakah Araliya akan menerima lamaran itu?, betapa beruntungnya ia dicintai dua lelaki yang sudah nampak ke sholehannya. tunggu kisah selanjutnya dari mereka.

#Masih belajar jadi penulis, bagi pembaca yang berkenan memberikan kritik dan saran bisa tulis dikolom komentar ya. Nuhun Sanget.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post