CINTA SANTRI BIASA
Ponorogo, Maret 2021.
Taman Pesantren menjadi pilihan kami berkumpul usai menyelesaikan hukuman hari ini. Rindangnya pohon mangga yang sudah kuncup bunga menambah sejuk udara diwaktu menjelang siang ini. Kala hari Minggu tiba, taman ini biasa dipenuhi santri putri. Di taman ini kami bisa membaca buku, hafalan qur'an bagi santri hafidz dan atau sekedar jalan-jalan juga tak kalah mengasyikan. Lahannya cukup luas dengan rumput hijau yang menutupi permukaan tanahnya, juga jalan setapak yang melingkari taman ini nampak cantik dengan hiasan bunga kecil ditepiannya.
Aku bersandar pada bangku taman karena memang belum ada bahu seseorang untuk tempatku bersandar. Haha...bercanda. Aku sedang menunggu kedatangan Kiya dan Adinda, dan tak lama berselang, mereka datang bersamaan.
"Ini gara gara kamu sih Ra, coba kita nggak pulang telat, kan nggak bakal dihukum. Mana ndalem Abah Arifin kamar mandinya ada 4 lagi. Capek banget aku." protes Kiya yang sudah duduk di samping kananku.
" Jangan salahin Ara dong, kemarin kan emang ada tugas. Kalau kamu nggak mau ikut kita telat, yaudah kan kamu bisa pulang duluan kemarin." saut Adinda yang duduk disamping kiriku dengan nada sedikit meninggi.
"Udah nggak usah berantem, iya ini salah aku, maaf deh udah bikin kalian jadi kena hukuman juga. Maafin aku ya Ki, Din." serkaku menengahi.
"Ki, aku tuh tau kamu anaknya disiplin banget, tapi apa kamu tega lihat Araliya dihukum sendiri?. Kita kan temenan udah lama, harusnya sesama teman harus punya rasa solidaritar dong." ujar Adinda.
Aku teringat saat itu, Zakiya atau yang sering ku panggil Kiya ini hampir dihukum karena lupa membawa pita merah saat Ospek. Untung waktu itu aku punya 2 pita, akhirnya kuberikan padanya sebelum ke lapangan. Meski barang kecil, tapi itulah yang membuat senior punya alasan untuk menjatuhkan hukuman pada juniornya. Dan dari situlah perkenalkan kami dimulai.
"Perkenalkan namaku Diah Ayu Zakiya Putri Mulyaningtyas. Panggil aja Kiya. Aku dari Solo, kamu siapa?" ujar Kiya kala itu. Aku tertegun karena namanya yang begitu panjang.
Orangnya memang berani, dan suka asal saat berbicara. Tapi Kiya orang yang baik, suka membantu orang lain dan punya kemauan kuat untuk mewujudkan apapun keinginannya.
Beda sama Adinda, dia orang yang selalu memperhatikan penampilannya. Kalau di Pondok, dia yang paling rajin setrika baju, yang punya koleksi jilbab segala warna, juga yang selalu rapi dan wangi dalam kondisi apapun. Tapi Adinda tipe orang yang pemalu dan tidak terlalu bertingkah. Aku kagum padanya, meski waktu belajarnya padat, tapi dia mau mulai menghafalkan Al Qur’an sejak setahun lalu.
Beda jauh sama aku. Jangankan untuk menghafal 30 juz Al qur'an, juz 30 aja aku belum hafal semua. Maka do'a yang selalu kupanjatkan tatkala usai sholat maktubah ialah, Ya Allah, berikanlah jodoh terbaik yang bisa membimbing hambamu yang bandel ini ke jalan yang benar ya Rabb. Hamba sadar, banyak sekali kekurangan diri hamba, maka itu, sandingkanlah hamba dengan seseorang yang bisa melengkapi kekurangan hamba. Aamiin.
Ketika aku tahu siapa hamba-Nya yang ku inginkan, maka berdo'a di sepertiga malam adalah caraku untuk medapatkan hatinya. Walau entah berapa hati yang juga mengirimkan Al fatihah untuknya, aku selalu menerima persaingan itu.
***
Kami bertiga berteman sejak awal masuk Pesantren. Dalam jangka waktu selama itu, persahabatan kami selalu diwarnai canda gurai, perselisihan, marahan walau sekejab, juga menangis bersama.
Definisi sahabat menurutku adalah saat daya tak mampu menahan perihnya asa kehidupan, ada tangan mereka untukku genggam erat dan menguat. Untuk menampik surut dan terbitkan gelora dipusaran kabut. Sahabat, ialah mereka yang mendekat, menerobos sekat, merangkul kuat disaat titik nol kelemahan diriku.
"Iya deh, aku juga minta maaf ke kalian. Tau sendiri sifatku tuh gimana. Jadi, kita nggak usah bahas ini lagi yah, lagian udah bersih juga tuh kamar mandinya.” Ujar Kiya. Kami pun tertawa bersama-sama setelahnya.
“Eh, aku denger kabar katanya tanggal pernikahan Gus Azriel sama Ning April udah ditentukan ya.” ujar Dinda tiba-tiba.
Deg. Jantungku serasa berhenti berdetak.
Bersambung...
Aduh, kasihan Araliya. Bagaikan disambar petir ditengah terik matahari. :D
gimana kisah selanjutnya ya? ditunggu aja...
#Masih belajar jadi penulis, bagi pembaca yang berkenan bisa kasih kritik dan sarannya di kolom komentar ya. Nuwun Sanget.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar