PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KANTIN KEJUJURAN
A. PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 menempatkan Pendidikan karakter sebagai landasan utama Pendidikan untuk mempersiapkan Generasi Emas 2045 yang selain cerdas juga memiliki karakter yang unggul yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, dan nilai-nilai universal tradisi budaya bangsa serta menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa. Implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter yang dicadangkan pemerintah merupakan fondasi dari pembangunan karakter bangsa yang mentrasformasi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar, akan tetapi juga melalui kegiatan pembiasaan (habituasi) dalam keseharian yang bukan hanya mengajarkan aspek kognitif untuk membedakan mana yang benar dan salah, akan tetapi diharapkan juga mampu merasakan aspek afektif yang baik dan tidak baik serta bersedia melakukannya yang melibatkan aspek psikomotorik dari lingkup yang terkecil seperti keluarga sampai lingkup yang terluas di masyarakat.
Pendidikan karakter melibatkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan sekolah sebagai pelaksana kebijakan tersebut. Kepala sekolah sebagai manajer sekolah bertugas mendesain budaya sekolah yang menjadi ciri khas dan keunggulan sekolah tersebut dan guru sebagai ujung tombak keberhasilan Pendidikan karakter diharapkan dapat mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran dikelas dan mampu mengelola manejemen kelas selain keterlibatan public guna meningkatkan peran orang tua dan masyarakat, dimana Penguatan Pendidikan karakter sebagai program Pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetika), olah piker (literasi dan numerasi) dan olah raga (kinestetik). Oleh karena itu, sekolah memiliki peranan yang besar sebagai pusat pembudayaan melalui pengembangan budaya sekolah (school culture).
Penyelenggaran Penguatan Pendidikan karakter (PPK) pada satuan Pendidikan melalui jalur Pendidikan formal terintegrasi pada kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di dalam dan/ atau diluar lingkungan Satuan Pendidikan Formal. Penyelenggaraan PPK dalam kegiatan intrakurikuler merupakan penguatan nilai-nilai karakter melaui kegiatan penguatan materi pembelajaran, metode pembelajaran sesuai dengan muatan kurikulum berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pada permen yang terkait. Sedangkan penyelenggaraan PPK dalam kegiatan Kokurikuler dilaksanakan untuk pendalaman dan / atau pengayaan untuk memperdalam materi dan kegiatan ekstrakurikuer. Dalam lingkup intrakurikuler peserta didik diberikan perangkat pembelajaran yang berintegrasi pada semua mata pelajaran yang dilaksanakan secara intensif menggunakan perencanaan Pendidikan karakter, pelaksanaan Pendidikan karakter dan evaluasi Pendidikan karakter yang diharapakan membawa dampak positif bagi kepribadian peserta didik, diantaranya: anak menjadi termotivasi untuk selalu berbuat jujur, menghormati yang lebih tua dan menyayangi sesama, bersyukur, melatih jiwa kepemimpinan, melatih berpikir kreatif dan peduli terhadap lingkungan.
Pada kegiatan Ekstrakurikuler, dapat diprogramkan pada kegiatan keagamaan dan kegiatan lainnya. Kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang menguatkan kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan yang dipilih sesuai minat dan bakat peserta didik melalui bimbingan guru dengan dukungan dari orang tua dan masyarakat, contohnya kegiatan keagamaan, olahraga PMR, pramuka, paskibraka, kesenian, KIR, Bahasa dan sastra, jurnalistik, dsb. Sedangkan contoh kegiatan non kurikuler adalah pembiasaan Pendidikan karakter melalui pelaksanaan upacatra bendera setiap hari senin, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu-lagu nasional, berdoa sebelum memulai kegiatan pembelajaran, membaca buku-buku literasi.
SMPN 1 Limboto Barat sebagai salah satu sekolah yang telah menjalankan kurikulum 2013 merumuskan kegiatan PPK dalam beberapa bentuk kegiatan baik intrakurikuler, kokurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler yang implementasinya terintegrasikan keseluruh mata pelajaran yang tertuang dalam RPP dan juga dilaksanakan melalui program-program dan tata tertib sekolah yang disepakati dalam forum guru. Sejalan dengan program pemerintah daerah yang merumuskan pelaksaan Full Day School (FDS) peraturan dan program sekolah di SMPN 1 Limboto Barat dirumuskan berdasarkan tuntutan Penguatan Pendidikan Karaktek (PPK) , diantaranya membentuk sikap social peserta didik agar menjadi baik.
Kebiasaan baik yang rutinitas dilakukan setiap harinya di SMPN 1 Limboto Barat adalah pembiasaan “3 S “: “senyum,sapa dan salam”, yang dilakukan peserta didik ketika memasuki gerbang sekolah, ketika guru menyambut mereka sebelum mereka melakukan tugas kebersihan. Di bidang keagamaan, pelaksanaan sholat Dhuha dan sholat Dzuhur berjamaah, dzikir dan kultum bertujuan membentuk karakter religius, yang sejalan dengan visi dan misi sekolah.
Salah satu Pendidikan karakter yang penting dimiliki oleh seluruh warga sekolah adalah kejujuran, penanaman sikap kejujuran yang merupakan sikap positif yang perlu ditanamkan sejak dini pada peserta didik. Untuk membentuk karakter tersebut di SMPN 1 Limboto Barat dicanangkan melalui “kantin kejujuran” dimana dalam pelaksanaannya seluruh warga sekolah sebagai konsumen melakukan transaksi tanpa adanya orang yang mengawasi, mereka memilih dan mengambil kebutuhan mereka dan menghitungnya serta menyerahkan pembayaran pada kotak yang telah disediakan ,jika memerlukan uang kembalian, maka tinggal ambil sendiri sesuai dengan harga dan uang yang kita bayarkan dengan sistem self service.
Kantin kejujuran yang digagas oleh pihak sekolah merupakan implementasi pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang bersumber pada budaya sekolah yang bertujuan untuk menerapkan budaya anti korupsi dan upaya preventif dalam menangkal terjadinya tindakan korupsi sejak dini pada peserta didik, melatih peserta didik untuk bersikap jujur baik terhadap dirinya sendiri, orang lain dan kepada Tuhan YME, selain itu kantin kejujuran juga dapat memberikan konstribusi dalam mengaplikasikan teori matematika “Aritmetika’ yang melibatkan teori jual beli dan untung rugi.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, tulisan ini membahas mengenai bagaimana membentuk karakter peserta didik melalui kantin kejujuran di SMPN 1 Limboto Barat, dengan tujuan penelitian adalah adalah untuk mendeskripsikan mengenai bagaimana membentuk karakter peserta didik melalui kantin kejujuran. Dengan harapan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan Pendidikan untuk melatih dan membentuk karakter jujur peserta didik dalam kehidupannya
B. KAJIAN PUSTAKA
a. Pengetian Pendidikan Karakter
Karakter berasal dari bahasa Inggris yaitu Character yang berarti watak, karakter atau sifat, karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identic dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Dapat diartikan karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atay budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan indivu lain. Dalam Grand Design Pendidikan Karakter Kemndiknas oleh Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas (2010), dinyatakan bahwa Pendidikan karakter merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik agar memiliki nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter yang dilakukan melalui tri pusat Pendidikan, yaitu : Pendidikan di kelurga, Pendidikan di sekolah dan Pendidikan di masyarakat. Pada masing-masing pusat Pendidikan terpusat harus terjadi sinergi, dan tidak boleh saling kontradiksi yang membuat upaya Pendidikan karakter menjadi tidak efektif dan kontra produktif. Menurut Ratna Megawangi (2004:95) Pendidikan karakter adalah sebuah usaha mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekanya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada lingkungannya.
Pendidikan karakter melalui jalur Pendidikan formal di sekolah dapat dilakukan melalui integrasi nilai-nilai karakter dalam kegiatan pembelajaran yang tertuang didalam Rencana Proses Pembelajaran (RPP), melalui program pengembangan diri yang terintegrasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dan dimanestifasikan dalam tata pergaulan dan budaya sekolah. Walaupun dalam pelaksanaan penerapan Pendidikan karakter melalui jalur formal di sekolah, sering menghadapi beberapa kendala, yang diakibatkan oleh: (a) program yang dibuat tidak tepat bagi peserta didik, (b) pendidik atau guru yang kurang kompeten, (c) tidak adanya teladan yang baik dari pendidik, (d) tidak ada komunikasi dan kurangnya dukungan dari orang tua peserta didik, (e) sekolah atau pendidik tidak mampu mengevaluasi programnya secara .
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang Tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,berjiwa patriotic, dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Tantangan dan Urgensi PPK: (1) Harmonisasi pengembangan potensi peserta didik yang belum optimal antara olah hati (etik), olah piker(literasi) , olah rasa (estetik) dan olah raga (kinestitik). (2) Belum optimalnya sinergi tanggungjawab terhadap Pendidikan karakter anak antara sekolah, orang tua dan masyarakat. (3) Besarnya populasi peserta didik, guru dan sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia. (4) Tantangan globalisasi pengaruh negative teknologi informasi dan komunikasib terhadap gaya hidup remaja seta pudarnya nilai-nilai religiusitas dan kearifan local bangsa. (5) Terbatasanya pendampingan orang tua mengakibatkan krisis identitas dan disorientasi tujuan hidup anak. (6) Keterbatasan sarana belajar dan infrastruktur prasarana dan sarana sekolah, sarana transfortasi, jarak antaa rumah peserta didik ke sekolah
b. Pengertian Kantin Kejujuran
Kantin kejujuran merupakan salah satu strategi praktek Pendidikan antikorupsi bagi peserta didik di lingkungan sekolah yang bertujuan untuk melatih kejujuran dan sikap tanggungjawab peserta didik Peran guru sebagai pendidik di sekolah tidak hanya sebatas rutinitas mengajar (transfer of knowledge) pengetahuan yang dimiliki kepada peserta didik yang keberhasilannya ditandai dengan hasil belajar yang baik, melainkan lebih dari itu guru diharapkan mampu mendidik (transfer of attitude) sehingga demikian guru harus memberikan bimbingan mengenai nilai-nilai positif yang berlaku di dalam kehidupan (Suwati, 2008: 19). Sehingga peran guru tersebut nantinya dapat mewujudkan strategi tujuan dari Pendidikan, yaitu berkembangnya potensi peserta diddik agar mampu menjado manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Arifin: 2003 :37).
Kegiatan pengembangan diri merupakan kegiatan Pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian internal dari isi kurikulum sekolah, dimana kegiatan pengembangan diri yang terintegrasikan melalui kegiatan layanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler merupakan wadah yang disediakan oleh satuan Pendidikan untuk menyalurkan minat, bakat , hobi dan kreativitas peserta didik yang merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian.
Pelaksanaan Pendidikan karakter melalui pengembangan diri yang di programkan SMPN 1 Limboto Barat diwujudkan dalam bentuk kegiatan pembiasaan karakter jujur yang terprogram melalui kantin kejujuran.
Kantin kejuran dilaksanakan melalui kegiatan terprogram dan terarah yang bertujuan untuk mengembangakan nilai karakter jujur dan bertanggung jawab yang bertujuan untuk memberikan Pendidikan kejujuran dan anti korupsi sejak dini kepada peserta didik. Tak dipunkiri bahwa virus korupsi merupakan penyakit yang banyak merugikan bangsa dan negara telah menjadi mata rantai yang sulit umtuk diputuskan menjadi problema bangsa yang mengerogoti di semua aspek kehidupan. Budi Yowono dalam bukunya yang berjudul “SQ Reformation” menyebutkan karakter individu yang jujur yaitu tabiatnya selalu bersikap objektif sesuai dengan kebenaran yang diketahuinya dan tabiatnya menunjukkan individu yang mempunyai prinsip dan integritas sehingga dipercaya oleh banyak pihak (Yuwono, 2010 :212).
Penanaman nilai-nilai kejujuran melalui kantin kejujuran merupakan model pembelajaran simulasi. Menurut Hamzah B. Uno ada empat langkah dalam model pembelajaran simulasi social yang dapat dilakukan oleh guru, antara lain : 1) menyiapkan peserta didik menjadi pemeran dalam simulasi. 2) guru menyusun scenario dengan memperkenalkan peserta didik terhadap aturan, peran, prosedur, tujuan, dan lain-lain. 3) pelaksanaan dari simulasi itu sendiri. 4)Debriefing, yaitu guru mendiskusikan tentang hasil simulasi (Uno, 2010: 30). Model pembelajaran simulasi ini menganggap peserta didik sebagai suatu system yang dapat mengendalikan umpan balik sendiri (self regulated feedback). System kendali umpan balik ini mempunyai tiga fungsi, antara lain : 1) menghasilkan tindakan system terhadap target yang diinginkan (untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan); (2) membandingkan dampak dari tindakannya tersebut, apakah sesuai atau tidak dengan rencana yang seharusnya (mendeteksi kesalahan); (3) memanfaatkan kesalahan untuk mengarahkan kembali ke arah /jalur seharusnya. (Uno, 2010 : 28).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kantin kejujuran merupakan sistem control yang dapat mengarahkan tindakan peserta didik dan memperbaiki tindakannya dengan mendasarkan tindakannya pada umpan balik, pada kantin kejujuran peserta didik sebagai simulator akan menjadi perilaku koreksi diri (self corrective behavior) khususnya koreksi diri dalam hal kejujuran mereka ketika membeli sesuatu di kantin kejujuran.
Peran guru dalam pelaksanaan kantin kejujuran adalah sebagai motor penggerak ide dalam kegiatan simulasi pelaksanaan kantin kejujuran, antara lain : (1) guru menyiapkan skenario dengan memperkenalkan peserta didik terhadap aturan, peran dan prosedur dan tujuan pelaksanaan kantin kejujuran, (2) guru menyiapkan peserta didik sebagai pembeli pada kantin kejujuran, (3) guru melaksanakan simulasi dalam bentuk kantin kejujuran, (4) guru mendiskusikan hasil simulasi dalam bentuk kantin kejujuran kepada peserta didik.
Tujuan pelaksanan kantin kejujuran : (1) Melatih peserta didik untuk berperilaku jujur, (2) Menanamkan nilai kemandirian kepada peserta didik, (3) Melatih peserta didik untuk bertanggungjawab dalam setiap tindakan, (4) Melatih peserta didik untuk taat terhadap tata tertib dan aturan yang dibuat. Adapun Manfaat adanya kantin kejujuran, adalah : (a) Bagi peserta didik :Dapat melatih kejujuran, kemandirian dan sikap tanggungjawab yang diberikan (b) Bagi guru: Sebagai sarana mengaplikasikan nilai-nilai kejujuran yang diajarkan di dalam kelas, (c) Bagi sekolah: Terbentuknya perilaku dan lingkungan yang jujur di sekolah.
METODE
Penelitian ini dilakukan melalui studi kasus di SMPN 1 LImboto Barat dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang diselenggarakan dalam setting alamiah dan menempoatkan peneliti sebagai instrument pengumpul data.
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan studi pendahuluan atau observasi, dan dalam pengumpulan data ada tiga teknik yang digunakan yaitu, teknik wawancara, teknik observasi dan teknik analisi dokumentasi. Sumber data utama berasal dari hasil wawancara dengan kepala SMPN 1 Limboto Barat, guru yang menjadi penanggung jawab kantin, dan pengelola kantin yang berjumlah 4 orang. Terdapat tiga siklus dalam analisi data yaitu; (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan kesimpulan.
Penelitian ini dijabarkan menjadi tiga tahap, yaitu (1) tahap persiapan, dimana peneliti menyusun kerangkan dan instrument penelitian, (2) tahap pelaksanaan, dimana peneliti melakukan observasi dan wawancara, dan (3) tahap akhir, dimana peneliti mengolah dan menganalisis data untuk kemudian menyusun laporan hasil penelitian..
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, pelaksanaan penilaian atau evaluasi mengenai keefektifan kantin kejujuran dalam menanamkan karakter jujur telah dilaksanakan dengan beberapa cara, di antaranya mengaktifkan pengurus OSIS dalam membantu pengelolaan kantin kejujuran terutama dalam menjaga kebersihan kantin dan membantu pengelola kantin mempersipkan jualan sebelum kantin di buka. Melalui kegiatan apel dan penyuluhan dari guru bimbingan konseling diumumkan hasil pencapaian prosentase pelaksanaan kantin kejujuran.
Adapun dalam prakteknya, Mekanisme kantin kejujuran adalah : (1) Pembeli mengambil sendiri barang yang diinginkan, (2) Pembeli meletakan sendiri uang pembayaran di kotak uang yang telah di sediakan, (3) Pembeli mengambil sendiri uang kembalian (bila ada), (4) Bila uang yang terdapat dalam kotak uang kembalian tidak mencukupi, maka peserta didik dapat menukar di tempat yang telah di sediakan, (5) Bila terdapat peserta didik yang belum/lupa/tidak membayar berdasarkan selisih jumlah barang yang terjual di bandingkan dengan uang yang diterima, maka esoknya pengelola mencantumkam pengumuman yang berbunyi “Ada peserta didik yang lupa membayar”
Pada pelaksanaan kantin kejujuran, diawali dengan kegiatan simulasi dimana setelah peserta didik diberikan sosialisasi mengenai kantin kejujuran mereka diarahkan untuk bertransaksi di kantin kejujuran dengan pantauan dari beberapa guru dan pengelola kantin. Untuk pelaksanaan selanjutnya peserta didik dibiarkan mandiri, di mana peserta didik ataupun guru sebagai pembeli memanfaatkan kantin kejujuran dengan mengambil dan mencatat sendiri makanan dan minuman yang dibutuhkan dan melakukan pembayaran tunai di kotak yang disediakan tanpa ada yang mengawasi mereka. Dan jika membutuhkan uang kembalian, mereka dapat menukarnya di kotak penukaran atau mengambil pengembalian sesuai dengan perhitungan sisa kembaliaan.
Secara umum program kantin kejujuran berjalan baik meskipun banyak permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaannya, berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola dan observasi penulis, permasalahan yang ditemui dikelompokan menjadi dua aspek yaitu hambatan dalam penanaman karakter jujur dan hambatan dalam teknis pengelolaan kantin kejujuran.
Permasalahan yang ditemui dalam upaya penanaman karakter jujur kepada peserta didik, melalui kantin kejujuran, antara lain masih terdapat sekelompok peserta didik yang belum dapat berperilaku jujur dalam melakukan transaksi di kantin kejujuran, yang ditandai dengan terdapatnya selisih antara pendapatan kantin dengan barang yang terjual setiap harinya. Untuk memecahan permasalahan tersebut, di tempuh melalui keterlibatan pengurus OSIS dan pengelola dalam pemantauan selama kantin kejujuran di buka. Dan didapatkan, bahwa selain teridentifikasi peserta didik yang bersikap curang dan ditindaki melalui bimbingan konseling, didapatinya juga ternyata terdapat peserta didik yang kurang teliti dalam pembayaran ataupun pengambilan uang kembalian.
Masalah lainnya adalah masalah teknis pengelolaan kantin kejujuran antara lain : (1) pemodalan, (2) kurang bervariasinya jualan yang disediakan, (3) kantin tidak dapat menampung jumlah peserta didik yang banyak dalam waktu yang bersamaan, (4) masih ada peserta didik yang bersikap tidak jujur, (4) kembalian, (5) kantin terlihat jorok, diakibatkan peserta didik tidak tertib dalam membuang sisa makanannya, (6) peserta didik tidak disiplin dalam mengantri dalam mengambil makanan dan membayar. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut , pihak sekolah selaku penanggung jawab membenahi manajemen pelaksanaan kantin kejujuran bekerjasama dengan pengelola kantin. Beberapa cara yang di tempuh adalah : (1) Menambah modal dengan cara menambah pengelola kantin sebagai penyedia jualan, (2). Menambah variasi jualan dari tiap pengelola, dengan membedakan jenis yang dijual untuk tiap pengelola, (3) lokasi kantin di tambah, dengan pengelola yang berbeda, (4). Bekerjasama dengan guru matematika dalam mengaplikasikan materi aritmetika pada kantin kejujuran, (5). Mensosilisasikan pada kegiatan apel ataupun spsnduk-spanduk “jagalah kebersihan” dan “membuang sampah pada tempatnya’’, (6). Mensosialisasikan mengenai pentingnya mengantri dan tertib pada kegiatan apel ataupun spanduk yang di pajang di kantin.
Tindak lanjut dari hasil evaluasi yang dilakukan pihak sekolah melalui cara mengontrol keberadaan kantin kejujuran baik dari segi penataan ruangan, penyajian makanan yang higienis dan sehat, dan prosentase kejujuran peserta didik selaku pembeli yang ditandai dengan pendapatan yang di terima sesuai dengan banyaknya jualan yang terjual.
Berkat kerjasama dari semua pihak, baik kepala sekolah, guru, pegawai, peserta didik dan para pengelola kantin, SMPN 1 Limboto Barat mendapat apresiasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo melalui Kejaksaan Tinggi Kab. Gorontalo untuk mengikuti Lomba “Kantin Kejujuran” tingkat Kab. Gorontalo pada tahun 2018 dan alhamdulillah SMPN 1 Limboto Barat dapat meraih “Juara 1 Kantin Kejujuran Tingkat SMP “ pada tahun 2018.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kantin kejujuran memiliki peran penting bagi pengembangan budaya jujur peserta didik sejak usia dini sebagai modal awal mengembangkan perilaku-perilaku positif dalam membangun antikorupsi. Budaya jujur yang tercermin dalam sikap dan perilaku merupakan perilaku yang secara terus menerus harus di sosialisasikan kepada peserta didik sehingga menjadi suatu kebiasaan.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) SMPN 1 Limboto Barat telah mengembangkan budaya jujur berbasis kantin kejujuran yang terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran dan praktik di keseharian peserta didik. Tingkat keefektifan penyelenggaraan kantin kejujuran sebagai wadah pembentukan karakter jujur dapat dikatakan efektif, melalui kantin kejujuran peserta didik dikondisikan untuk selalu bersikap jujur. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan perilaku peserta didik yang berlaku curang menjadi lebih baik setelah dilakukan pembinaan (2) masih terdapat permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan kantin kejujuran terutama dalam manajemen kantin kejujuran dan penanaman karakter kejujuran yang belum optimal oleh pihak sekolah dan pengelola kantin kejujuran yang harus selalu dibenahi.
Faktor pendukung suksesnya pelaksanaan kantin kejujuran adanya kerjasama dari seluruh pihak, baik kepala sekolah seluruh guru, pengelola kantin maupun orang tua selaku masyarakat dalam melakukan kontrol pengelolaan kantin, baik dari segi pemodalan maupun melakukan pengawasan terhadap perilaku peserta didik.
Manfaat yang diperoleh dari diterapkannya kantin kejujuran adalah: bagi sekolah terbentuknya perilaku dan lingkungan yang jujur serta sarana mengaplikasikan nilai-nilai kejujuran oleh seluruh warga sekolah . Bagi peserta didik dapat melatih sikap jujur , tanggung jawab dan mandiri. Bagi orang tua dapat memberikan motivasi dan pembinaan terhadap anak-anaknya agar selalu bersikap jujur baik di rumah maupun di sekolah , dan manfaat bagi masyarakat adalah dapat mendidik generasi muda untuk selalu berperilaku jujur dan berakhlak mulia di segala aspek kehidupan \.
Hasil kajian ini masih sangat memungkinkan untuk lebih dikembangkan, sekolah perlu melakukan inovasi maupun sistem pengawasan yang terencana agar tercipta suasana yang menunjang peserta didik untuk bertindak dan terbiasa berperilaku jujur. Selain itu diperlukan dukungan dari seluruh guru dalam melakukan pembinaan karakter kepada peserta didik dan dukungan dari dinas terkait dalam memfasilitasi sarana dan prasarana kantin kejujuran.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus bu...Semoga sukses. Salam kenal..
Maksih suportx bu Erna, kbtln best practise ini smpt dipresentasikan saat semnas di Solo.
Keren
Terima kasih suportya pak Asep...salam kenal