Kadang otak terjebak oleh rutinitas; lalu jenuh menghinggapi pikiran. Setiap subuh angin dingin menyergap tubuh, menciptakan enggan. Begitu senang berselimut, dikuatkan oleh gayutan kantuk.

Kurasa penyakit ini mulai berjangkit usai libur tahun lalu. Semangat yang menggelora, idealisme entah mengapa tak lagi kumiliki. Apakah akibat adanya kesibukan lain di luar mengajar, apakah karena waktu kerja guru sekarang begitu menyita waktu, atau oleh situasi yang telah jauh berubah, dinamika perubahan karakter rekan kerja, atau mungkin juga ini akibat yang disebut tua? Kalau karena merasa tua, bukankah semakin tua harus makin bersemangat berkarya, berbuat untuk kepentingan orang banyak? Mengapa malah harus jafi malas? Mengapa jadi terjebak dan terpengaruh oleh keadaan?

Di sinilah pentingnya berdoa, merecharge spirit, meluruskan niat, merenung, mengkaji kembali ayat tentang apa itu dunia, kehidupan, dan tujuan Tuhan menciptakan manusia. Harus dirasa rasakan kembali betapa nikmat segala rizki, betapa sempurna kenikmatan bila kita menerimanya dengan syukur, berpikir positif serta berpikir optimis.

Begitulah, ada waktunya diri menjadi lemah; namun diri pula yang harus menjadi kekuatan untuk melawan penyakit ruh. Karena hidup, terlalu berharga untuk dipandang dari kacamata negatif. Jadi jangan lupa basmalah, semangat selalu karena Illah.

Cbl, 14 Februari 2019