Kata antonimi berasal dari kata Yunani kuno, yaitu onoma yang artinya nama, dan anti yang artinya melawan. Maka secara harfiah antonim berarti nama lain untuk benda lain pula.

Secara semantik, Verhaar (1978) dalam Abdul Chaer (2009:89) mendefinisikan sebagai ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain.

Misalnya : kata bagus ˃˂ buruk

besar ˃˂ kecil

Antonim bisa disebut dengan oposisi. Berdasarkan sifatnya oposisi dapat dibedakan menjadi :

a. Oposisi Mutlak

Contoh : hidup dan mati

Antara hidup dan mati terdapat batas yang mutlak, sebab sesuatu yang hidup tentu tidak (belum) mati, sedangkan sesuatu yang mati tentu sudah tidak hidup.

b. Oposisi Kutub

Makna kata – kata pada oposisi kutub ini pertentangannya tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat gradasi. Artinya terdapat tingkat – tingkat makna pada kata – kata tersebut.

Contoh : kata kaya dan miskin.

Kata – kata yang beroposisi kutub ini umumnya adalah kata-kata dari kelas adjektif. Seperti jauh – dekat, panjang – pendek dan sebagainya.

c. Oposisi Hubungan

Makna kata-kata yang beroposisi hubungan (relasional) ini bersifat saling melengkapi.

Contoh : menjual – membeli

Suami – istri

d. Oposisi Hierarkial

Makna kata – kata yang beroposisi Hierarkial

Makna kata – kata yang beroposisi hierarkial ini menyatakan suatu deret jenjang atau tingkatan. Oleh karena itu kata-kata yang beroposisi hierarkial ini adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi), nama satuan hitungan dan penanggalan, nama jenjang kepangkatan, dan sebagainya.

Contoh : meter - kilometer

Kuintal – ton

e. Oposisi Majemuk

Contoh : mati – hidup

Jauh - dekat

Tantangan Menulis Hari Ke-51

#TantanganGurusiana