Eka Susanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Najwa

Lembayung dilangit berubah warna, garis – garis kemerahan dan ungu mulai beradu, membuat langit luas diatas sana yang awalnya biru terang dengan arahan kapas putih terubah semakin gelap. Angin berembus lebih kuat, terutama setiap kereta yang jalurnya tak jauh dari jalanan yang dipijak Najwa. Jalan raya disisi kanan sana terlihat sangat ramai. Tanda – tanda kemacetan makin terlihat jelas, mobil – mobil berbaris dengan rapi yang disertai motor dan bus yang ikutan berbaris rapih memenuhi ruas jalanan.

Najwa menaikan kacamatanya yang melorot dengan jari telunjuknya, lalu menelan ludah. Ia tak menyadari bahwa kini waktu telah menujukan pukul 17.45 WIB, dengan terburu – buru Najwa berlari menuju sepedanya yang telah terparkir di ujung gang yang tak jauh dari pandangannya. Dengan sekuat tenaga Najwa mengayuh sepeda yang ia gunakan karena hujan mulai turun, Najwa sangat menyukai hujan karena baginya hujan adalah enugerah dari Allah SWT yang haru kita syukuri. Ketika sampai di rumah Najwa segera memarkirkan sepedanya di garasi lalu masuk ke dalam rumah.

“Assalamu`alaikum Wr,Wb Ummi, Abi”ucap Najwa sembari membuka pintu dan menengok kanan dan kiri.

“Walaikum Salam Wr.Wb,”Ucap Ummi terdengar dari arah dapur

Sesegera mungkin Najwa menghampiri Umminya yang ada di dapur.

“Ummi, maaf ya Najwa pulang telat”Ucap Najwa yang bersalaman pada umminya.

“Iya, emang Kakak dari mana ? tumben pulang jam segini ?” Ucap ummi.

“Kakak dari rel kereta Ummi. Maaf ya Najwaengga ijin dulu sama Ummi kalau Najwa tadi kesana.

“Iya, ngga papa Kakak. Tapi lain kali kamu ijin dulu ya sama Ummi kalau Kakak mau kesana, biar Ummi engga khawatir sama Kakak” Ucap Ummi yang merangkul Najwa menuju ruang tamu.

“Ummi, Kakak jadi keinget Safa makanya Kakak tadi ke rel kereta” Ucap Najwa yang mulai berkaca – kaca.

“Maafkan Ummi dan Abi ya Kak, karena Ummi telah lalai membiarkan Safa bermain di pinggir rel kereta. Saat itu Kakak sedang demam tinggi dan Abi yang tak kunjung pulang dari kantor membuat Ummi gelisah dan hanya fokus pada Kakak bukan Safa. Hingga ...... kereta itu”Belum sempat Ummi meneruskan ucapannya Ummi menangis, Najwa yang melihatnya tak tega ia seharusnya tidak membiarkan kenangan 5 tahun lalu teringat kembali oleh Ummi. Ia sesegera mungkin memeluk Ummi lalu mengusap air mata yang turun dari pipi seorang wanita tua yang ia sebut Ummi.

“Maaf Ummi,seharusnya Najwa tak membiarkan Ummi mengingat tentang kejadian itu”

“Engga papa Kakak ini salah Ummi kok yang lalai menjaga Safa sehingga Safa ditabrak kereta”Ucap Ummi yang kembali menangis.

“Sudahlah Ummi tidak usah diinget lagi. Allah sayang Safa makanya Safa dipanggil sama Allah buat pulang duluan dan itu bukan salah Ummi kok”Ucap Najwa yang menenangkan Ummi.

“Iya Kak, makanya Kakak kalau kemana – mana jangan lupa ijin sama Abi dan Ummi ya”Ucap Ummi.

“Iya Ummi Kakak janji bahkan nurut sama Abi dan Ummi”Ucap Najwa dengan wajah gembira.

“Oh ya sana gih Kak ganti baju dulu, takut Kakak sakit kena hujan tadi”

“Andai saja waktu itu Ummi tak lalai menjaga Safa kejadian itu mungkin tak pernah terjadi dan Najwa pasti senang memiliki teman ngobrol di rumah” Batin Ummi dalam hati.

Tantangan Menulis Hari Ke-55

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post