Struktur Fisik Puisi Nyanyian Gerimis
No.
Struktur Fisik Puisi
1.
Tipografi
Tipografi yang dipakai pada puisi “Nyanyian Gerimis” sangat terlihat menonjol, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya hingga puisi yang hanya memakai satu tanda tanya. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi meskipun juga bisa hanya sekadar unsur keindahan indrawi. Menggunakan baris-baris yang tidak sejajar satu sama lain dan menggunakan sedikit tanda baca, mungkin mempunyai makna yang mendalam.
Tipografi pada puisi ini menggunakan huruf besar di awal baris dan tanda titik pada baris kedua. Terbukti pada kutipan puisi di bawah ini,
Telah kutulis jejak hutan
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Tanda titik pada baris kedua puisi “nyanyian gerimis” yang dilanjutkan kata kuntum yang bermakna seorang yang kesepian yang semakin merindu.
Kemudian setelah bait pertama bentuk baris yang tidak rata seperti melengkung, dapat dilihat sebagai berikut:
Sesaat kita larut dalam keheningan
Cinta membuat kita
Betah hidup di bumi
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
Seperti lengkung pelangi
Sehabis hujan
Menyentuh telaga
Dari bait yang tidak rata tersebut melambangkan kata yang terdapat dalam baris itu sendiri, penyair yang menggambarkan sorot mata yang begitu indah seperti lengkungan pelangi, membuat puisi lebih hidup jika baris-baris masih tak beraturan, dapat dilihat sebagai berikut:
Inikah musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan bagai kawah gunung
Berapi
Sarat letupan. Lalu desah
Nafasmu
Adalah puisi adalah gelombang lautan
Yang menghapus jejak hujan
Ketidakberaturannya baris tersebut, selain sebagai keindahan indrawi namun melambangkan maksud yang disesuaikan dengan kata-kata dan isi puisi pada baris tersebut yaitu kata tarian burung, gelombang lautan sehingga tipografinya juga bergelombang dan tidak beraturan.
Selanjutnya pada empat baris terakhir, yang berbunyi sebagai berikut:
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada kulit dan rambutmu
Menghapus jarak dan bahasa
Antara kita berdua
Pada empat baris terakhir terdapat tanda titik setelah kata hatiku dan baris itu menjorok dari depan lagi, yang mempengaruhi cara membaca dan maksud penyair yang ingin menekan dan memulai lagi dari kata itu. Kemudian sampai baris terakhir sengaja dibuat baris yang tidak lurus tetapi tersusun, melambangkan penyelesaian yang selaras antara kita berdua.
2.
Diksi
Diksi dalam puisi ini menggunakan kata-kata yang tidak mudah dimengerti dalam sekali baca, butuh kepekaan yang tinggi dalam menganalisis makna puisi ini. Seperti penyair memilih kata berpantulan untuk menggambarkan pancaran yang berbinar-binar. Penyair juga memilih kata tarian burung-burung, yang menggambarkan keindahan yang tak terhingga. Kemudian penyair menggunakan pilihan diksi pantai yang indah digabungkan dengan hatiku menghasilkan makna yang indah pula.
3.
Imaji (citraan)
Delam puisi ini pengarang menggunakan imaji pendengaran dan perasaan juga penglihatan. Yang dapat dibuktikan sebagai berikut:
Pada bait pertama baris pertama, yang secara tidak langsung memunculkan imaji penglihatan.
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Pada baris kelima bait pertama, yang memunculkan imaji perasaan yaitu:
Yang saling memahami gairah terpendam
Begitu juga pada Cinta membuat kita betah hidup di bumi dan baris terakhir Menghapus jarak dan bahasa Antara kita berdua yang juga merupakan imaji perasaan.
Kemudian pada baris Sesaat kita larut dalam keheningan dan Sarat letupan. Lalu desah nafasmu yang memunculkan citraan pendengaran.
4.
Kata Konkret
Yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Pada puisi “nyanyian gerimis” terdapat beberapa kata konkret sebagai berikut :
Kuntum Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu yang melambangkan kerinduan yang amat sangat. Yang saling memahami gairah terpendam yang melambangkan seakan saling merasa kerinduan meski tak bertemu tapi seolah bertemu dalam angan. Sesaat kita larut dalam keheningan yang menggambarkan seorang yang membayangkan kekasihnya di suasana sepi dan sunyi. Ekor cahaya berpantulan dalam matamu melambangkan mata sang kekasih yang berbinar-binar penuh bahagia. Kerinduan bagai kawah gunung berapi melambangkan kerinduan yang amat sangat dan meluap-luap.5.
Majas
Dalam puisi “Nyanyian Gerimis” penyair menggunakan gaya bahasa personifikasi, metafora, dan hiperbola serta simile, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Personifikasi : Telah kutulis jejak hujan
Kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan
Menghapus jejak hujan
Metafora : Ekor cahaya berpantulan
Simile : Seperti lengkung pelangi kerinduan bagai kawah gunung berapi
6.
Rima dan Irama
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam mengapresiasikan puisinya.
Rima dalam puisi “Nyanyian Gerimis” tidak terlalu diatur karena lebih mementingkan isi, rima, pada bait pertama yaitu : a-u-u-a-a-a
Telah kutulis jejak hujan (a)
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Kuntum (u)
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu (u)
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma (a)
Yang saling memahami gairah terpendam (a)
Dialirkan sungai ke muara (a)
Kemudian pada bait kedua rima juga tidak beraturan, yaitu a-i-u-i-a
Sesaat kita larut dalam keheningan (a)
Cinta membuat kita betah hidup di bumi (i)
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu (u)
Seperti lengkung pelangi (i)
Sehabis hujan menyentuh telaga (a)
Pada bait terakhir rima juga tak beraturan dan baitpun tidak jelas jumlah barisnya, rima pada bait terakhir yaitu : a-u-i-u-a-a-a-u-a-a
Inikah musim semi yang sarat nyanyian (a)
Juga tarian burung-burung itu? (u)
Kerinduan bagai kawah gunung berapi (i)
Sarat letupan. Lalu desah nafasmu (u)
Adalah puisi adalah gelombang lautan (a)
Yang menghapus jejak hujan (a)
Pada kulit dan rambutmu (u)
Menghapus jarak dan bahasa (a)
Antara kita berdua (a)
Irama pada puisi “Nyanyian Gerimis” memiliki irama perlahan dan syahdu penuh penghayatan.
Tantangan Menulis Hari Ke-4
#TantanganGurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren bu eka susanti lanjutkan
Makasih bu mike...siap....
mantap,Bu can
Makasih bun...
Aamiin yra... mksih bu Nurhalima
keren pak, semoga bermanfaat