Eka Susanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Struktur Fisik Puisi Nyanyian Gerimis

Struktur Fisik Puisi Nyanyian Gerimis

No.

Struktur Fisik Puisi

1.

Tipografi

Tipografi yang dipakai pada puisi “Nyanyian Gerimis” sangat terlihat menonjol, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya hingga puisi yang hanya memakai satu tanda tanya. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi meskipun juga bisa hanya sekadar unsur keindahan indrawi. Menggunakan baris-baris yang tidak sejajar satu sama lain dan menggunakan sedikit tanda baca, mungkin mempunyai makna yang mendalam.

Tipografi pada puisi ini menggunakan huruf besar di awal baris dan tanda titik pada baris kedua. Terbukti pada kutipan puisi di bawah ini,

Telah kutulis jejak hutan

Pada rambut dan kulitmu yang basah.

Kuntum

Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu

Tanda titik pada baris kedua puisi “nyanyian gerimis” yang dilanjutkan kata kuntum yang bermakna seorang yang kesepian yang semakin merindu.

Kemudian setelah bait pertama bentuk baris yang tidak rata seperti melengkung, dapat dilihat sebagai berikut:

Sesaat kita larut dalam keheningan

Cinta membuat kita

Betah hidup di bumi

Ekor cahaya berpantulan dalam matamu

Seperti lengkung pelangi

Sehabis hujan

Menyentuh telaga

Dari bait yang tidak rata tersebut melambangkan kata yang terdapat dalam baris itu sendiri, penyair yang menggambarkan sorot mata yang begitu indah seperti lengkungan pelangi, membuat puisi lebih hidup jika baris-baris masih tak beraturan, dapat dilihat sebagai berikut:

Inikah musim semi yang sarat nyanyian

Juga tarian burung-burung itu?

Kerinduan bagai kawah gunung

Berapi

Sarat letupan. Lalu desah

Nafasmu

Adalah puisi adalah gelombang lautan

Yang menghapus jejak hujan

Ketidakberaturannya baris tersebut, selain sebagai keindahan indrawi namun melambangkan maksud yang disesuaikan dengan kata-kata dan isi puisi pada baris tersebut yaitu kata tarian burung, gelombang lautan sehingga tipografinya juga bergelombang dan tidak beraturan.

Selanjutnya pada empat baris terakhir, yang berbunyi sebagai berikut:

Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan

Pada kulit dan rambutmu

Menghapus jarak dan bahasa

Antara kita berdua

Pada empat baris terakhir terdapat tanda titik setelah kata hatiku dan baris itu menjorok dari depan lagi, yang mempengaruhi cara membaca dan maksud penyair yang ingin menekan dan memulai lagi dari kata itu. Kemudian sampai baris terakhir sengaja dibuat baris yang tidak lurus tetapi tersusun, melambangkan penyelesaian yang selaras antara kita berdua.

2.

Diksi

Diksi dalam puisi ini menggunakan kata-kata yang tidak mudah dimengerti dalam sekali baca, butuh kepekaan yang tinggi dalam menganalisis makna puisi ini. Seperti penyair memilih kata berpantulan untuk menggambarkan pancaran yang berbinar-binar. Penyair juga memilih kata tarian burung-burung, yang menggambarkan keindahan yang tak terhingga. Kemudian penyair menggunakan pilihan diksi pantai yang indah digabungkan dengan hatiku menghasilkan makna yang indah pula.

3.

Imaji (citraan)

Delam puisi ini pengarang menggunakan imaji pendengaran dan perasaan juga penglihatan. Yang dapat dibuktikan sebagai berikut:

Pada bait pertama baris pertama, yang secara tidak langsung memunculkan imaji penglihatan.

Telah kutulis jejak hujan

Pada rambut dan kulitmu yang basah.

Pada baris kelima bait pertama, yang memunculkan imaji perasaan yaitu:

Yang saling memahami gairah terpendam

Begitu juga pada Cinta membuat kita betah hidup di bumi dan baris terakhir Menghapus jarak dan bahasa Antara kita berdua yang juga merupakan imaji perasaan.

Kemudian pada baris Sesaat kita larut dalam keheningan dan Sarat letupan. Lalu desah nafasmu yang memunculkan citraan pendengaran.

4.

Kata Konkret

Yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Pada puisi “nyanyian gerimis” terdapat beberapa kata konkret sebagai berikut :

Kuntum Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu yang melambangkan kerinduan yang amat sangat. Yang saling memahami gairah terpendam yang melambangkan seakan saling merasa kerinduan meski tak bertemu tapi seolah bertemu dalam angan. Sesaat kita larut dalam keheningan yang menggambarkan seorang yang membayangkan kekasihnya di suasana sepi dan sunyi. Ekor cahaya berpantulan dalam matamu melambangkan mata sang kekasih yang berbinar-binar penuh bahagia. Kerinduan bagai kawah gunung berapi melambangkan kerinduan yang amat sangat dan meluap-luap.

5.

Majas

Dalam puisi “Nyanyian Gerimis” penyair menggunakan gaya bahasa personifikasi, metafora, dan hiperbola serta simile, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Personifikasi : Telah kutulis jejak hujan

Kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu

Dipetik hangat percakapan

Menghapus jejak hujan

Metafora : Ekor cahaya berpantulan

Simile : Seperti lengkung pelangi kerinduan bagai kawah gunung berapi

6.

Rima dan Irama

Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam mengapresiasikan puisinya.

Rima dalam puisi “Nyanyian Gerimis” tidak terlalu diatur karena lebih mementingkan isi, rima, pada bait pertama yaitu : a-u-u-a-a-a

Telah kutulis jejak hujan (a)

Pada rambut dan kulitmu yang basah.

Kuntum (u)

Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu (u)

Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma (a)

Yang saling memahami gairah terpendam (a)

Dialirkan sungai ke muara (a)

Kemudian pada bait kedua rima juga tidak beraturan, yaitu a-i-u-i-a

Sesaat kita larut dalam keheningan (a)

Cinta membuat kita betah hidup di bumi (i)

Ekor cahaya berpantulan dalam matamu (u)

Seperti lengkung pelangi (i)

Sehabis hujan menyentuh telaga (a)

Pada bait terakhir rima juga tak beraturan dan baitpun tidak jelas jumlah barisnya, rima pada bait terakhir yaitu : a-u-i-u-a-a-a-u-a-a

Inikah musim semi yang sarat nyanyian (a)

Juga tarian burung-burung itu? (u)

Kerinduan bagai kawah gunung berapi (i)

Sarat letupan. Lalu desah nafasmu (u)

Adalah puisi adalah gelombang lautan (a)

Yang menghapus jejak hujan (a)

Pada kulit dan rambutmu (u)

Menghapus jarak dan bahasa (a)

Antara kita berdua (a)

Irama pada puisi “Nyanyian Gerimis” memiliki irama perlahan dan syahdu penuh penghayatan.

Tantangan Menulis Hari Ke-4

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bu eka susanti lanjutkan

07 Jul
Balas

Makasih bu mike...siap....

07 Jul

mantap,Bu can

06 Jul
Balas

Makasih bun...

07 Jul

Aamiin yra... mksih bu Nurhalima

07 Jul
Balas

keren pak, semoga bermanfaat

06 Jul
Balas



search

New Post