ekka anggia

Ibu dari tiga anak yang menganggap ibunya sebagai tempat curhat terbaik mereka. Mengajar di rumah dan di sekolah. Happy teacher with happy learning adalah moton...

Selengkapnya
Navigasi Web
You are His Story
Road to Video Making

You are His Story

"Ya, sudah saya merasa senang, kamu merasa sedih, dan kamu, Hilmy, merasa bangga...," kudengar Haidar memberi instruksi pada teman sekelompoknya. Aku hanya memandang sebentar pada Haidar, sang ketua kelompok. Sepertinya dia sangat memahami tugasnya. Kuurungkan niat untuk melakukan pendampingan di kelompoknya. Aku berkeliling lagi mengecek kelompok lain kalau-kalau butuh masukan.

Hari itu siswa kelas Delapan G sedang membuat skrip untuk proyek pembuatan video mereka. Semester ini pembelajaran materi Past Experience atau pengalaman di masa lalu kubawakan sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika sebelumnya pembelajaran materi ini hanya berawal dari pengenalan kata kerja bentuk kedua dan kata keterangan waktu lampau dan berakhir di menyusun kata menjadi kalimat, atau menyusun kalimat menjadi sebuah paragraf. Maka tahun ini pencapaian siswa kubuat lebih panjang, membuat cerita pengalaman dan menceritakannya dalam sebuah video.

Agar tidak terbentur masalah teknis, seperti ketiadaan alat bantu pembelajaran dan gawai pintar, kubuat kelompok kecil berjumlah 4 orang. Dalam kondisi tertentu ada kelompok yang hanya berisi 3 orang bahkan 5 orang. Di luar itu tidak ada. Biasanya karena masalah jumlah siswa dalam satu kelas. Ada 8 kelompok di kelas itu. Dan rupanya sudah ada kemistri yang terbentuk, buktinya pembuatan skrip hari itu cenderung kondisif

Untuk memudahkan mereka membuat cerita, aku membuat beberapa tema besar. Diantaranya pengalaman saat SD, pengalaman saat pertama masuk SMP, pengalaman saat kemping, dan lain-lain. Setiap kelompok bebas memilih tema yang disediakan. Beberapa kelompok memilih tema lain diluar tema yang kusediakan yang lebih seru menurut mereka. Setiap anak dalam kelompok yang sama kuminta mengungkapkan perasaan atau pandangan yang berbeda meskipun temanya sama. Jika siswa A mengungkapkan kebahagiaan saat menjadi siswa baru di SMP, siswa B diminta menngungkapkan kebamggaan. kesedihan, kekecewaan atau bahkan ketakutannya saat pertama menjadi siswa SMP. Dengan demikian diharapkan cerita yang mereka buat akan lebih bevariasi.

Selesai menentukan tema, outlinepun dibuat. Kebanyakan dari mereka dapat membuat outline dengan baik. Hanya lima sampai tujuh orang saja yang dibantu dalam membuat outline. Aku mencoba membuat mindmapping agar memudahkan pekerjaan mereka. Benar saja, keran ide yang sempat macet pun lancar kembali.

Outline yang sudah dibuat kemudian dikembangkan dengan imajinasi masing-masing. Tak bosan-bosan aku berkeliling melakukan pendampingan sambil tak lupa memberi masukan, menyuntikkan ide keren sampai ide konyol agar tulisan mereka tidak monoton. Beberapa siswa kuperbolehkan langsung mengubahnya ke dalam teks berbahasa Inggris. Kusarankan memisahkan kosakata yang sulit dulu untuk dicari di kamus, setelah itu baru menyusun cerita dalam bahasa Inggris.

Cerita bahasa Inggris yang tercipta tentu saja tidak akan sesempurna cerita dalam bahasa Indonesia. Sambil berkeliling kubetulkan struktur kalimat dan ejaan, tidak lupa kutulis masukan dariku. Beberapa siswa yang sudah selesai membantu pekerjaan temannya. Ada juga yang menggunakan google translate. Aku tetap.mendampingi untuk perbaikan struktur kalimat dan ejaan. Kebanyakan siswa melakukan kesalahan pada kata ganti. Mereka kebingungan dengan he/she, him/her, juga his/her. Beberapa kesalahan pada penggunaan kata kerja lampau kutemui. Di tengah-tengah penulisan teks bahasa Inggris, aku menerangkan materi di depan kelas dengan harapan siswa lain bisa ikut mempelajarinya.

Jalan masih teramat panjang. Pertemuan berikutnya adalah belajar melafalkan. Banyak dari mereka kesulitan membedakan bunyi th dalam the dan thought, misalnya. Dalam memberi contoh pelafalan kugunakan gawai siswa untuk merekam suaraku. Kubaca cerita mereka dengan pelafalan yang jelas dan tidak terburu-buru. Sengaja kurekam di gawai masing-masing agar bisa mereka dengar dan tiru di rumah. Beberapa siswa terpaksa meminjam gawai temannya. Indahnya berbagi.

Dua pekan dari pembelajaran pelafalan, video anak-anak diharapkan selesai. Aku membuat rambu-rambu pembuatan video dari pembukaan, perkenalan, isi, penutupan, sampai ke editing. Kutunggu dengan sabar datangnya video dari mereka. Dari tujuh kelas yang kubina, sekira 56 video yang akan kuterima. Wow, betapa ramai beranda youtubeku dengan karya mereka kelak. Terbayang betapa bangga dan bahagia para siswa akan hasil belajarnya.

Well, semoga lelah menjadi lillah...

Aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post