Eko Adri Wahyudiono

Saya hanyalah seorang guru biasa. Jika bukan pengajar pastilah pendidik dalam tugasnya. Bisa jadi adalah keduanya. Namun, jika bukan keduanyapun, saya pastilah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dalam Kebisuan
dokpri

Dalam Kebisuan

Kala sang surya mulai terbangun dan menduduki singgasananya, secercah cahaya mulai menembus celah jendela kamar seorang gadis.

Namanya Rara Maheswari. Gadis yang mempunyai rambut hitam bergelombang itu mulai terusik, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, Rara menengok pada jam dinding di kamarnya.

Waktu telah menunjukkan pukul 06.30 WIB, gadis itu segera mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Setelah bersiap, Rara bergegas untuk pergi menuju sekolah, ia pun berlari dengan di temani semilir angin yang membuat rambutnya terkibas.

" Teng...teng....teng.."

Lonceng pun berbunyi, menandakan waktu masuk di kelas.

"Huft... akhirnya sampai juga." Hampir saja gerbangnya ditutup. Dengan langkah tergesa-gesa, Rara berjalan melewati lorong sekolah.

Pada saat Rara masuk ke dalam kelas tatapan nya langsung tertuju pada Kia Argentia. Gadis itu mempunyai julukan kutu buku dan pendiam.

"Aku yakin, dia pasti sudah siap untuk ulangan hari ini." Gumam Rara sambil melemparkan tatapan malas pada Kia.

"Selamat pagi anak-anak." Sapaan itu membuat Rara terkejut dan langsung segera duduk di bangkunya ,dimana bangku nya bersampingan dengan Kia. Menyadari kedatangan Rara ,Kia pun menyapanya " Selamat pagi Ra."

"Pagi." Jawab Rara dengan ketus. Guru mulai membagikan kertas soal ulangan harian nya , Semua murid terlihat sangat siap menghadapi ulangan itu kecuali Rara.

"Pasti Kia bisa mengerjakan soal itu, berbeda dengan ku, walaupun sudah belajar, melihat soal ini saja rasanya sudah membuatku pusing." Batinnya sambil menatap kertas ulangan nya .

"Kapan ya aku bisa seperti nya? dia sering di puji karena pintar dan langganan Juara umum." Lamunan Rara kembali tertuju kepada Kia. "Hidup Kia pasti enak serba ada sedangkan aku mau minta sesuatu harus menabung dan menunggu ibu mendapatkan uang dari hasil dagangannya."

"Seandainya aku jadi Kia, terlahir dari keluarga kaya, dan memiliki semuanya. bisa ikut les ,punya perlengkapan sekolah yang sangat lengkap ,punya kamar yang ada AC dan punya fasilitas lainnya." Kini pikiran Rara tak lepas dari Kia.

"Bruak" gebrakan meja membuyarkan lamunan Rara.

"Rara! Apa yang kamu lakukan ,waktunya sudah hampir habis kenapa kamu belum mengisi jawaban nya!" Ucap Bu Lia

Rara terkejut dan melihat kertasnya yang masih bersih. Sesegera mungkin ia kerjakan, ia sangat gelisah pandangan nya selalu menengok ke kanan dan kiri untuk mengode teman nya agar mau memberikan contekan padanya.

Waktu terus berjalan dan tersisa 5 menit, tak sempat diberi contekan membuat Rara semakin gelisah, karena waktu nya memang hampir habis, Rara kemudian menjawab secara asal asalan.

Selesai mengerjakan ulangan, lonceng tanda istirahat berbunyi. Rara membuka bekal yang sudah di siapkan ibunya di tas. Saat dibuka, isinya hanya ada ikan asin dan juga sambal bawang. "Kenapa sih lauknya ini terus! Aku kan bosan." Gerutunya sebal. Karena kehilangan nafsu makannya, Rara pun memutuskan tidur sebentar di kelas.

"Rara...Rara..." Ada suara lembut yang sayup-sayup terdengar di antara tidur Rara. Suara itu begitu manis. "Rara ayo bangun, Ra!" Terdengar lagi panggilan itu disertai tepukan halus di pipi Rara. Betapa terkejutnya dia melihat sosok yang membuatnya kesal.

"Kia?" Ucap Rara. Kia mengulas senyum manisnya. "Maaf ya aku membangunkan mu ,tadi aku melihat mu belum memakan bekal, bagaimana kalau kita makan bersama?" ajak Kia. "Kamu saja, aku tidak lapar." jawab Rara dengan ketus.

Terlihat kebohongan yang disampaikan oleh Rara dan diketahui Kia. " Kenapa kamu tidak memakan nya, tadi kamu kan datangnya agak terlambat dan mungkin tadi pagi kamu belum sarapan, kalau lapar jangan ditunda tidak baik lho bagi kesehatan."

Benar juga ucapan Kia, membuat Rara takut bila jatuh sakit akibat menunda makan, tetapi bagaimana lagi terlihat dia sangat bosan memakan bekal itu.

Ketika melihat bekal Kia, Rara jadi tergiur, kemudian sebuah ide terlintas di benak Rara, ia berniat mengajak Kia untuk saling menukar bekal. "Kia, kamu kan selalu di bawain bekal yang enak sedangkan aku sudah bosen dengan bekal ku, boleh nggak kalau hari ini kita saling tukar bekal?" Kia pun mengangguk, tanda bahwa ia setuju menukar bekal nya.

"Memangnya tidak apa-apa?" Rara memastikan bahwa Kia itu serius. Kia mengangguk lagi, tanpa berpikir lama Rara memberikan bekalnya pada Kia. "Maaf ya bekal ku cuma pake ikan asin."

Tanpa merasa jijik, Kia langsung melahap bekal Rara, bahkan memuji masakan ibu Rara. "Walaupun ini sederhana tetapi jika dimasak seorang ibu, ini akan terasa sangat enak."

"Tapi kenapa bagiku biasa saja ya? Toh cuma ikan asin sama sambal."

"Walaupun menu nya biasa saja, tapi ibu mu telah menyiapkan semua ini buat kamu dan aku senang bisa mencoba memakan bekal buatan seorang ibu."

"Memang selama ini kamu jarang di masakin mamah kamu?" tanya Rara dengan penasaran.

"Bukan jarang, tetapi tidak pernah, jadi yang sering menyiapkan bekalku adalah pelayan di rumahku, jujur saja selama ini aku iri dengan kehidupan mu Ra, walau sederhana tetapi kedua orang tua mu selalu mendukung mu, tidak seperti ku, walau aku tinggal di rumah besar dan punya fasilitas yang mendukung, bagiku itu kurang, karena sebenarnya dari dulu aku ingin punya keluarga yang harmonis seperti keluargamu. Aku lebih memilih bahagia tidak memiliki segalanya, tetapi mama dan papa ku selalu ada bersama dengan ku."

Tak terasa, air mata Kia mulai membasahi pipi halusnya. Seketika Rara memeluk dan mengusap punggung nya, "Maafin aku Kia, aku tidak tahu hal itu."

"Gapapa kok Ra! Aku senang sekarang kita bersahabat" Ujar Kia tersenyum lembut sambil mengusap air matanya. Perasaan hangat menyelimuti mereka berdua. Dua gadis yang mempunyai latar belakang berbeda ini pun menyadari, hidup bukanlah seindah yang mereka bayangkan. (J19S34 EAW8 MGT1511)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah yang inspiratif, Bapak. Orang hanya melihat luar saja... Salam sukses.

15 Nov
Balas

Kisah yang menarik.. inspiratif. Semoga sehat dan sukses selalu Pak Eko.

15 Nov
Balas

Menarik

16 Nov
Balas



search

New Post