Halo Effect dan Evaluasi Hasil Belajar Anak Didik
Halo Effect dan Evaluasi Hasil Belajar Anak Didik
Pernahkah Anda mendengar istilah Halo Effect? Jika belum, siapa tahu Anda,atau kita semua pernah melakukannya meskipun belum pernah mengetahui definisinya. Oleh karena itu, kali ini, sedikit ulasan bagaimana istilah Halo effect dihubungkan dengan penilaian hasil belajar atau raport bagi anak didik.
Menurut verywellmind.com, definisi dari halo effect adalah “,,.a type of cognitive bias in which our overall impression of a person influences how we feel and think about their character..”. Jika diterjemahkan bebas adalah penilaian terhadap sesuatu atau seseorang dari kesan pertama bertemu.
Istilah halo effect itu pertama kali diperkenalkan oleh Edward L.Thorndike sekitar tahun 1920 untuk menilai mereka yang akan ditempatkan pada suatu jenis pekerjaan berdasarkan karakternya. Sampai sekarang, kenapa setiap orang melamar pekerjaan apapun, selalu ada tahap interview dan dari hasil wawancara itu, kesan pertama dari sosok si pelamar akan mempengaruhi diterima atau tidaknya mereka untuk mendapatkan satu pekerjaan.
Maka tidaklah mengherankan jika tahap interview, biasanya diletakkan pada bagian akhir dari suatu kegiatan seleksi. Para pelamar akan berusaha untuk tampil maksimal dan menjawab pertanyaan dalam wawancara secara normatif. Padahal karakter aslinya tidak sesempurna saat kesan pertama bertemu. Kita pernah mendengar slogan atau iklan yang menyampaikan pesan bahwa kesan pertama begitu menggoda dan kesan berikutnya terserah Anda.
Bagaimana bila Halo effect dihubungkan dengan Evaluasi hasil belajar siswa?
Sebagai guru, cobalah menjawab secara jujur dalam hati, apakah pernah memberikan penilaian hasil belajar berdasarkan bias kognitif pada kesan pertama bertemu anak didik? Pemberian nilai yang tidak berdasarkan pada murni hasil evaluasi belajar anak didik?
Dalam hal ini bisa pemberian nilai bagus atau jelek dikarenakan halo effect anak didik pada kategori mereka. Misalnya, murid penurut-pembakang, cantik/tampan-jelek, rajin-malas, dan lain sebagainya sehingga muncul kesan istilah like and dislike, bahkan ada yang menjadi murid kesayangan guru (teacher’s pet). Halo effect lainnya, bayangkan bila Anda sebagai guru, ternyata mengajar dalam kelas di mana ada anak kandung sendiri, atau anak kepala sekolah, anak bupati setempat.
Diakui atau tidak, dampak Halo effect ini pasti ada dalam pemberian nilai hasil belajar anak didik. Terlepas hasil murni pencapaian hasil belajar mereka, pengaruh Halo effect dengan melihat kesan yang ada pada anak didik, akan berbias pada nilai rapot mereka. Hal utama yang tetap menjadikan perhatian pastilah sikap anak didik (attitude) itu sendiri . Setelah melihat semangat belajar, tingkat kerajinan, daya juang, rasa keingin tahuan mereka dan faktor lain tentunya.
Jika ada pertanyaan apakah nilai tinggi pada hasil nilai belajar pada raport anak didik itu penting, jawabannya tentulah variatif. Sesungguhnya, nilai hasil evaluasi akhir anak didik itu merupakan cerminan dari penguasaan materi keilmuan pada anak didik yang diberikan oleh para guru. Jika pemberian nilai hasil belajar di raport tidak berazazkan kemampuan penguasaan materi, keadilan dan keterbukaan, itu artinya Pengaruh Halo effect sudah mendominasi dalam diri seorang guru.
Guru sebagai insan individu juga tidak mau disalahkan total. Mereka ada di dalam sistem. Semua sekolah dan guru mengetahui adanya KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dalam memberikan nilai. Bisa jadi juga karena semua pihak menginginkan nilai maksimal pada hasil evaluasi belajar pada raport termasuk orang tua murid. Terutama lagi pihak Universitas sebagai penerima calon mahasiswa/siswi baru dari para lulusan dengan nilai raport dan kemampuan yang maksimal.
Jadi tidaklah salah bila semua sekolah berlomba memberikan nilai tinggi agar banyak anak didiknya dterima melalui jalur SNMPTN Undangan atau PMDK. Dengan begitu, akan mengangkat nama sekolah itu di mata masyarakat. Saat ini yang menjadi pertanyaan di hati kita adalah bagaimana bila angka dalam nilai raport anak didik tidaklah mencerminkan daya serap atau penguasaan materi pelajaran yang diberikan?
Apalagi di saat pandemi Covid-19 yang belum diketahui sampai kapan usainya. Kegiatan belajar mengajar online harus disikapi dengan hati-hati dan bijaksana dalam proses evaluasi hasil belajar anak. Mereka harus diajak aktif untuk mengetahui hasil pencapaiannya. Guru juga harus berani terbuka dan berdiskusi dengan anak didik akan proses perolehan nilai raportnya sebagai feed back.
Sendi utama di dalam pendidikan di seluruh dunia adalah kejujuran. Jika hal itu hilang, pendidikan kita akan kehilangan jati diri dan rohnya.
Salam hormat
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Halooo...? Di situlah saya jadi bertanya...ulasannya menyesakkan dada Pak
Terkadang sebagai guru mengalami kondisi yang demikian dimana kita harus memberikan hasil yang sesuai dengan kriteria minimal yang sudah ditetapkan sehingga untuk tetap menerapkan kejujuran upaya-upaya prosedural tetap harus dilakukan seperti perbaikan/pengayaan, observasi, dan komunikasi/interview dalam upaya menggali informasi dari peserta didik dan atau orang tua sehingga ditemukan solusi yang tepat untuk tetap mengutamakan kejujuran dalam penyampaian hasil belajarnya.
Keren ulasannya
Mantao ulasannya Pak.
Keren sekali ulasannya
Mendidik sangat pak. Mencerahkan buat yang pikirannya masih dipengaruhi "Hellow Effect." Disitulah kejujuran guru dipertanyakan?
Sulit sekali memberikan nilai dengan kejujuran semata. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan selain akhlak, proses, keinginan untuk menguasai kompetensi, hingga rasa solidaritas jika anak itu adalah putra rekan guru kita. Mudah-mudahan saja segala pertimbangan yang bisa jadi sedikit banyak menyertakan Hallo Effect didalamnya, senantiasa beroleh ampunan dan rida-Nya. Niatkan untuk mengantar anak-anak mencapai masa depan yang lebih baik.
Masya Allah, setuju Pak..kita kebanyakan hallo effect dalam evaluasi..haha..
Eh..kesan pertama begitu menggoda ya Pak De
Saya selalu menekankan kepada anak-anak nilai berupa angka itu penting, tapi itu hanya bertahan pada sebatas nilai itu dipergunakan, yang terpenting adalah akhlak dan karakter yang akan bertahan sepanjang masa. Karena kebanyakan orang tua masih melihat angka-angka sebagai acuan akan sulit memberikan nilai secara jujur. Dan sampai sekarang saya selalu tidak jujur dalam memberikan angka-angka. Yang terpenting doa kita semua semoga anak-anak itu akan sukses dengan caranya dan jalannya masing-masing. Terima kasih pak Eko.
Mantap, Pak. Kejujuran hal utama. Semoga sukses selalu. Salam literasi.
Terima kasih sudah berbagi ilmu...alam semesta mengajarkan kita pada sebuah kejujuran... suatu saat pendidikan pun menuju kesana... tinggal bagaimana kita semua menyikapinya... salam semangat.
Saya sering kecele dengan kesan pertama pak Eko hehhehe..
Ulasan yang keren pak
Ulasan yang mantap memberikan informasi yang penting dan bermanfaat
Sangat setuju sekali.. hny miris saja melihat kondisi saat ini yg mengenyampingkan kejujuran
Baru tahu namanya Halo effect, selama ini sering kita lakukan. Apalagi anak guru ya atau kepala sekolah, wah ini pasti berlaku Pak. Nggak mungkin di bawah KKM ya. Jadinya kita nggak jujur ya Pak
Ulasan yang bagus pak. Jujur sebagai guru saya tak bisa seratus persen menilai berdasarkan nilai akademis saja.
Ulasan yang bagus pak. Jujur sebagai guru saya tak bisa seratus persen menilai berdasarkan nilai akademis saja.
Mantap ulasannya..
Sangat setuju dengan ending dari ulasan tentang halo effect. Salam literasi.
Seringkali idealisme seorang guru terbentur dengan pihak-pihak lain dengan kepentingan tertentu. Di sana guru akan dilema tentang sebuah kejujuran dan penilaian proses. Pandemi yang mengajarkan kita akan pentingnya nilai proses harus dikesampingkan dengan prestise dan standar keberhasilan yang diukur hanya dengan angka kognitif bahkan cenderung tak memedulikan cara mendapatkannya.Pak Eko, dijadikan buku bagus nih tentang keresahan guru di Indonesia.Keren, Pak.
Saya merasa, Pak. Saya harus komentar jujur tentang ketidak jujuran saya.
Alinea terakhir, setuju banget. Apa kabar Pak Eko...Semoga sehat selalu.. Salam literasi
MashaaAllah semoga kita semua menjadi jiwa jiwa yang amanah
Keren dan mencerahkan ulasannya.. Terimakasih Pak Eko.
Terima kasih mendapat pencerahan, juga refleksi mendalam seorang guru. Ulasan yang apik, super mantap.
Sendi utama di dalam pendidikan di seluruh dunia adalah kejujuran. Jika hal itu hilang, pendidikan akan kehilangan jati diri dan rohnya. Sendirian itu tidak enak pak.
Penilaian tergantung skornya pak. Untuk mengangkatnya memakai konversi hehehe. Biar tidak pilih kasih
Penilaian tergantung skornya pak. Untuk mengangkatnya memakai konversi hehehe. Biar tidak pilih kasih
Penilaian tergantung skornya pak. Untuk mengangkatnya memakai konversi hehehe. Biar tidak pilih kasih
Penilaian tergantung skornya pak. Untuk mengangkatnya memakai konversi hehehe. Biar tidak pilih kasih
Ya ini yg kami alami.Biarlah aku jg akan nil dg jujur ats ketidakjujuran saya, Pak Adri..sehat n sukses sll nggih
Ulasan yang keren pak. Salam kenal dan salam literasi
Terimakasih ilmunya Pak, harus diakui meskipun telah berusaha memberikan nilai secara objektif, namun harus berani jujur juga mengakui bahwa kadang kesan pertama, like dan dislike muncul mempengaruhi penilaian yang dilakukan.