JARAN
Apa yang muncul dalam benak Anda saat mendengar kata "Jaran" sebagai judul artikel di atas tersebut? Benar, itu adalah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti hewan kuda.
Saya juga yakin pasti, akan terbersit satu image hewan yang dipergunakan untuk sarana transportasi dari zaman dulu dari pikiran Anda. Hanya saja, harus hati-hati karena mungkin kata " Jaran" di situ yang membuat mereka yang mendengarnya jadi merasa jengah.
Ya, kata itu berasal dari bahasa Jawa, yang dalam bahasa Indonesia, kita acap menyebutnya "Kuda". Bedanya, di saat orang mengatakan "Jaran", makna yang ditangkap adalah bersifat negatif atau dianggap umpatan, tetapi kebalikannya, bila ada orang berucap "Kuda", makna yang tersampaikan adalah positif atau bersifat memuji.
Hal yang aneh lainnya adalah jika dihubungkan dengan "Gender". Apabila, kata "Jaran" dilekatkan pada kaum Adam, itu merupakan hal yang luar biasa. Pria itu bisa disebut sebagai orang yang bertenaga kuat, fisiknya tangguh dan bentuk fisiknya sempurna. Tidak pernah mengenal lelah serta terjaga stamina dan semangatnya.
Namun, bila kata itu ditujukan pada gender kaum Hawa, justru muncul makna konotatif negatif yang seolah-olah membeberkan sisi buruk dari seorang wanita. Bisa jadi dianggap binal, atau mewakili tuduhan "pelakor", atau bisa juga untuk memberikan gambaran pada sosok wanita yang tidak pernah merasa puas akan apa pun.
Terlepas dari penyebutannya dan bersifat adil atau tidak, simbol "Kuda" dipakai pada hal apa saja, seperti merk mobil, kejantanan pria, merk pakaian olahraga, nama regu dalam pramuka atau militer dan juga untuk menggambarkan kekuatan kapasitas mesin mobil dalam akselerasinya. Horse Power (HP), atau Daya Kuda (DP) untuk istilah ilmiahnya.
Katakan lah, mobil Anda 1.200 C.C, artinya mobil Anda punya sekitar 100 dk (Daya Kuda). Ibarat kereta kuno yang ditarik 100 ekor kuda untuk menggambarkan kecepatannya. Saya jadi ingat saat menjadi tenaga sukarelawan dan mengajar anak-anak yang putus sekolah atau mereka yang belum sempat sama sekali untuk mengenyam pendidikan dasar di satu desa di atas gunung di kota tercinta saya tinggal.
Mengenalkan alfabet dan membaca huruf serta mengucapkan suku kata bagi mereka semua adalah dua hal yang berbeda. Saat melatih dan mengajari mereka, metode Audio (mendengarkan) dan Visual ( materi gambar) harus disertakan agar mereka bisa cepat memahami dan mengusai materi.
Pada kasus ada gambar hewan dan di sebelahnya ada kata KUDA, serta tertulis suku kata "KU" - "DA" untuk berlatih dalam melafalkannya, akan tetapi, entah kenapa diajari berapa kali pun, mereka akan selalu membacanya dengan satu kata, yang meskipun benar akan tetap dianggap salah, yaitu "JA-RAN".
Salam
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Artikel yang luar biasa Pak Eko .... 'kuda' dalam bahasa Jawa kuno disebut 'Turangga' sebagai simbol tahta ... atau jabatan. Sehingga dalam filosofi Jawa kita juga sering mendengar 3 istilah, yaitu: Kukila (burung), Turangga (kuda), dan Warangka (wadah keris). semua adalah simbol harta, tahta, dan wanita ....
Keren, cadas Bapak. Salam literasi
Wah, info yg menarik nih.. Saya sering dengar jaran itu kuda. Tapi makna konotasinya yg baru tahu ini Pak..
Keren menewen Pak. Mantap pokoknya
pembahasan kudapun jadi menarik wah keren pokoknya
Keren banget ulasannya pak Eko, selalu menarik tulisannya, salam sukses selalu
A y a m dibaca pitik
Keren sekali tayangannya, mantap, sehat dan sukses selalu Pak Eko