Salam Pramuka!, adalah sapaan yang pas untuk sosok guru muda yang cantik dan pendiam ini. Semangatnya dalam mengajar karakter disiplin melalui kegiatan Pramuka pada anak didiknya patutlah diapresiasi tinggi. Selepas kuliah dengan beasiswa penuh dari Universitas Negeri Malang (UM), beliau langsung bergabung dengan sekolah tempat menimba ilmunya dulu, yaitu SMA 1 Magetan.

Senyampang memperingati ke 62, Hari Pramuka Indonesia, artikel ini akan menyajikan profil sosok pembina pramuka tersebut. Jelasnya, sebelum mengulas lebih jauh, sosok guru cerdas nan cantik ini masih lajang lho!, alias belum menikah. Saat diwawancarai santai, katanya sih belum punya pacar (kekasih). Semoga info itu (bukan) hoaks guys! Sehingga masih adanya peluang bagi yang masih bujangan (single) dan tentunya ingin berkenalan. Dengan catatan, untuk menjadi sahabat saja lho ya!?

Putri Wahyu Setyaningsih, Guru cantik ini dilahirkan di Magetan, 19 September 1996. Beliau merasakan bahwa passion-nya adalah suka mengajar, makanya memilih menjadi guru. Mungkin alasannya sedikit klise tapi memang benar itu yang saya rasakan saat mengajar dara jelita ini saat masih menjadi murid saya di Smasa Magetan. Saya sedikit terkejut saat dia menjelaskan bahwa cita-citanya adalah menjadi seorang guru.

Rasanya sungguh sayang bila bu Putri, panggilan guru fisika ini menjadi guru. Itu karena kepandaiannya dalam bidang sains dan komputer, terutama mapel Matematika dan Fisika. Beberapa kali semasa menjadi murid, sering mewakili sekolah untuk mengikuti OSN ( Olimpiade Sains Nasional), bahkan tembus sampai tingkat Provinsi.

Saya sebagai gurunya, saat itu, menyarankan untuk melanjutkan kuliah di sekolah kedinasan, seperti STIS ( Sekolah Tinggi Ilmu Statistik) atsu STAN ( Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Saya cegah keras agar jangan menjadi guru. Itu karena saya tahu bahwa nasib, status dan penghasilan sebagai seorang guru belumlah secermerlang yang dibayangkan oleh masyarakat kita.

Akan tetapi, nasehat saya itu, saya rasakan, sungguh sangat tidak bijaksana. Saya lupa bahwa panggilan hati ibu Putri menjadi seorang guru itu lebih mulia dan berharga dibanding dengan tujuan mendapatkan income semata. Kepuasan mengajar dan mendidik generasi juniornya adalah takdir dan nasib adalah satu profesi mulia yang dipilihkan oleh Allah SWT dan bukanlah semata satu pekerjaan biasa.

Sebagai anak pertama dari 3 bersaudara, tanggung jawab beliau sangatlah berat. Harus bisa membimbing, memotivasi dan memberi suri tauladan pada kedua adiknya. Dulu, saya adalah guru baginya, dan dia seorang murid, namun sekarang, kami berdua menjadi sahabat sesama guru yang saling asah, asih dan asuh.

Selamat membimbing anak didikmu, bu Putri! Yakinlah, bahwa cita-citamu menjadi guru itu sangatlah mulia. Guru yang akan menjadi ujung tombak dalam menyiapkan dan pembentukan profile pelajar Pancasilais pada generasi penerus!

You Are The Chosen One!