Eko Adri Wahyudiono

Saya hanyalah seorang guru biasa. Jika bukan pengajar pastilah pendidik dalam tugasnya. Bisa jadi adalah keduanya. Namun, jika bukan keduanyapun, saya pastilah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sepotong Tahu
Sepotong Tahu. Dokpri

Sepotong Tahu

“Nak ini bekal hari ini ya, maaf Ibu hanya bisa masak lauk seperti ini” ucap Ibu Ayunda yang hanya bisa memasak nasi dan lauk sepotong tahu.

“Iya tidak apa-apa bu, terimakasih ya untuk bekalnya, aku berangkat sekolah dulu” ucapnya sambil memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas lalu ia berpamitan kepada ibunya, dan pergi ke sekolah.

Sesampainya Ayunda di kelas, Ia memulai aktivitas pembelajaran seperti biasanya.

Kriiinngggg…

Bel istirahat pun berbunyi, menandakan bahwa saat nya anak-anak beristirhat dan memakan bekalnya masing-masing.

Ayunda pun mulai mengeluarkan dan membuka kotak bekalnya, “Hahaha, hari gini bawa bekal cuma bawa lauk seperti itu, liat nih bekal ku dibawain ayam dan kentang goreng” ucap seorang anak bernama Gendhis yang memang terlahir di keluarga yang cukup berada.

Sejak dulu, Gendhis memang terkenal sebagai anak yang angkuh dan suka mengejek anak-anak yang lain. Ayunda yang mendengar perkataan gendhis barusan pun hanya tersenyum tipis, dan tetap memakan bekalnya dalam diam.

Bel pulang sekolah berbunyi, dan anak-anak bergegas untuk pulang ke ruahnya masing-masing, begitu juga dengan Ayunda. Ia telah sampai di rumahnya yang begitu sederhana dengan cat tembok yang melapisi rumah tidak berpagar itu terlihat sudah mengelupas.

Dilengkapi dengan kursi kayu panjang yang terletak di teras rumah, juga sebuah pohon mangga di samping rumah Ayunda. memang tampak luarnya tidak begitu menarik, namun dalamnya sudah cukup membuatnya merasa hangat.

Ayunda pun membuka pintu rumah sembari berkata, "Aku pulang, Bu" Ibu Ayunda pun langsung berdiri menghampiri anak semata wayangnya dan tersenyum hangat kepada Ayunda.

"Bagaimana bekal hari ini, Ayunda? enak?" ujarnya. Ayunda yang mendengar suara antusias dari ibunya pun sontak menjawab, "Enak sekali bu, Ayunda suka" Ibu tersenyum semakin lebar ketika mendengar jawaban dari Ayunda, Ibu pun membalas, "Wah! bagus kalau begitu.

Besok Ibu buatkan lagi, ya?" Ayunda hanya merespon perkataan Ibu dengan senyuman tipis, tidak bisa dipungkiri, ia masih sedih dengan perkataan Gendhis tadi siang tentang bekalnya. Perkataan itu memang sepele, namun Ayunda masih saja terbayang-bayang, hingga kapanpun dan bagaimanapun, masakan Ibu adalah masakan terbaik.

Beberapa bulan telah berlalu. Saat jam istirahat, gadis bernama Gendhis terlihat duduk dengan raut wajah yang tampak murung, dengan baik hati, Ayunda pun datang menghampiri Gendhis lalu berkata, “Gendhis, kamu kenapa tumben sekali tampak murung?”

Gendhis pun hanya menggelengkan kepala tanpa berucap apapun, bahkan Gendhis pun masih bersifat angkuh dan sempat mengusir Ayunda, namun setelah Ayunda membujuk Gendhis beberapa kali, akhirnya Gendhis pun mengungkapkan bahwa keluarganya mengalami kebangkrutan yang hebat, hingga Ia membawa bekal saja rasanya tidak sanggup.

Setelah Gendhis selesai dengan ceritanya, Ayunda mengangguk paham dan kemudian Ia pun mengambil kotak bekalnya yang hanya berisi sebuah tahu, tempe, dan nasi putih. Lalu Ayunda berkata, “Ya sudah, apa kamu mau mencoba bekalku? Maaf ya aku hanya mampu membawa seperti ini…ini pun jika kamu berminat untuk mencobanya”

Dengan rasa malu karena pernah menghina bekal milik Ayunda, Gendhis pun dengan hati-hati mencoba bekal ayunda, lalu Gendhis berucap “Wah ternyata benar ya masakan Ibu itu yang terbaik, buktinya bekal kamu enak sekali walaupun sederhana. Bekal ini memang terlihat apa adanya, namun berkat kamu bekal ini terasa hangat karena sikap peduli mu”

Setelah itu mereka pun makan bersama, selang beberapa lama kemudian, Gendhis pun berbicara pada Ayunda, “Ayunda, maaf ya tentang perlakuan ku selama ini ke kamu, aku belajar banyak hal dari kamu.. aku benar-benar berkata tulus tentang ini semua”.

Ayunda pun tersenyum lalu memeluk Gendhis dan menjawab, “Tidak apa, jadikan semua ini sebagai pelajaran hidupmu ya.. seburuk apapun kelihatan nya kita, jika tidak tahu dalamnya sebaiknya kita tidak boleh menghina hal tersebut”

Mereka berdua pun telah berbaikan lalu masing-masing telah mendapat pelajaran tersendiri dalam hidupnya. (StevMars-10 Mgt41123)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang keren. Semoga generasi sekarang bisa mencontoh perilaku Ayunda.

04 Nov
Balas

Pembelajaran yang apik, Bapak. Salam sukses.

04 Nov
Balas

Wah, keren, pelajaran dibalik sepotong tahu.

04 Nov
Balas

Kisah yang menarik. Keren. Sukses selalu Pak Eko.

04 Nov
Balas



search

New Post