Eko Adri Wahyudiono

Saya hanyalah seorang guru biasa. Jika bukan pengajar pastilah pendidik dalam tugasnya. Bisa jadi adalah keduanya. Namun, jika bukan keduanyapun, saya pastilah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Siti Sulastri, Guru SMAN 1 Magetan Ditimpa Musibah yang Barokah di LN
Siti Sulastri, M.Pd di Masjid Putra, KL

Siti Sulastri, Guru SMAN 1 Magetan Ditimpa Musibah yang Barokah di LN

Rasanya aneh juga dengan judul di atas ya? Kok bisanya atau memangnya ada, mendapat musibah yang membawa barokah selama lawatan ke luar negeri?

Bila direnungkan, hal itu memang benar adanya bagi ibu Siti Sulastri, M.Pd, seorang guru bahasa Inggris yang berkesempatan untuk melawat ke luar negeri untuk yang pertama kalinya selama berkarir menjadi seorang pendidik.

Guru ramah yang dilahirkan pada bulan April 1967 ini selama sepekan di luar negeri, beliau tiga kali mendapat musibah karena kecerobohannya sendiri, yaitu kehilangan barang berharganya.

Saat berada di Singapura dan berkesempatan untuk melaksanakan salat duhur di Masjid Sultan, yaitu salah satu masjid terkuno dan terbesar di sana, beliau lalai dengan handphonenya.

Bisa jadi saking khusyuknya beliau beribadah atau faktor lain seperti euphoria selama berada di luar negeri sehingga banyak agenda yang harus dipikirkan satu persatu. Kealpaan itu biasa terjadi bagi banyak orang bila bepergian jauh karena belum terbiasa dengan multitasking dalam menyelesaikan semua urusan secara berurutan.

Ibu Siti baru menyadari bahwa handphonenya hilang setelah kendaraan yang membawa rombongan akan siap berangkat selepas beribadah di Masjid itu. Jeda antara kehilangan handphone dan saat menyadarinya terhitung lumayan lama juga, yaitu sekitar satu jam.

Setelah dicari di mobil, tas, jaket atau di mana saja, namun tidak diketemukan. Beliau baru sadar bila meninggalkan androidnya di dalam Masjid Sultan.

Tanpa menunjukan wajah panik, beliau kembaii masuk ke area Masjid dan tidak lama beliau keluar sambil tersenyum bahwa handphonenya masih tergeletak di karpet masjid tanpa ada orang yang mengambilnya.

Saya tidak berani membayangkan bila handphonenya hilang. Padahal di dalamnya ada banyak data aplikasi mulai e-absensi, e-banking, dan aplikasi lainnya yang sangat penting sebagai seorang guru atau ASN. Saya hanya berandai-andai bila hal itu terjadi di masjid kita sendiri.

Musibah yang kedua adalah saat beliau berada di Negara bagian Johor Bahru, Malaysia. Kok bisa-bisanya selama di rest area jalan tol, beliau ketinggalan tas jinjingnya yang berisi dompet, handphone, paspor dan dokumen lainnya.

Hebatnya, saat kembali lagi ke toilet umum di Johor tersebut, tas kecilnya masih ada beserta isinya juga masih lengkap di dalamnya yang tergeletak di sebelah wastafel di dalam toilet umum tersebut.

Terakhir, selama di Kuala Lumpur, dalam perjalanan pulang, harusnya tas jinjing yang berisi barang berharga seperti souvenir atau lainnya itu dibawa masuk ke dalam kabin pesawat. Entah mengapa, beliau dengan santainya meletakannya untuk masuk ke dalam bagasi pesawat terbang.

Dampaknya, tas tersebut bisa dinyatakan hilang atau katakanlah ketlisut. Sekali lagi dengan santainya hanya melapor pada petugas dan keesokan harinya, ada konfirmasi dari maskapai bahwa tas jinjingnya sudah ditemukan serta dikirim ke rumahnya di Indonesia.

“ Sungguh amal shodakoh ibu Siti Sulastri ini pasti luar biasa banyaknya sehingga semua barangnya yang hilang pun masih tetap kembali pada si empunya. Itu bisa disebut musibah yang barokah! ”.

Itu adalah kalimat saya untuk menggoda beliau saat mengetahui musibah yang menimpanya dan membuat guru-gurunya tertawa lepas untuk meledeknya bahkan juga dengan mengatakan "Kok jadi tambah cantik selama di luar negeri!". agar beliau tetap tenang.

Guru yang berhobi memasak dan berolahraga ini mengaku bahwa lawatannya ke luar negeri untuk kerjasama di bidang peningkatan kualitas pendidikan mampu memberikan kontribusi di tanah air seperti hal kedisiplinan dan birokasi yang tidak menyulitkan guru atau pun anak didik serta orangtua murid.

Beliau kagum dengan kedisiplinan, etos kerja orang Singapura maupun di Malaka serta Malaysia yang terlihat giat bekerja agar Negara mereka menjadi Negara maju di kawasan Asia.

Seperti biasa, kelebihan berat pada kopernya selama proses di imigrasi juga menjadikan pengalaman yang lucu, unik dan geram bagi beliau karena pernah secara random diperiksa agak lebih lama di imigrasi.

Sedangkan untuk makanan dan cuaca bukanlah hal yang berat bagi beliau. Hanya harga barang dan makanan yang harus selalu dihitung kurs kita. Jika tidak, bisa running out of money sebelum pulang ke tanah air.

Namun semua itu merupakan sebuah proses pembelajaran bagi ibu Siti Sulastri di masa depan demi memberikan kisah yang menginspirasi bagi anak didiknya tentang bagaimana satu proses sebuah Negara menjadi maju.

Catatan Lawatan Singapura-Malaysia 2024

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post