Eko Adri Wahyudiono

Saya hanyalah seorang guru biasa. Jika bukan pengajar pastilah pendidik dalam tugasnya. Bisa jadi adalah keduanya. Namun, jika bukan keduanyapun, saya pastilah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Terlalu Dalam
dokpri

Terlalu Dalam

Semburat jingga menghiasi cakrawala. Mencipta kolase apik di hamparan kanvas semesta. Sang surya sudah hampir tumbang di kaki langit, berteman riuh kepak sayap burung pipit. Cerahnya hari sebentar lagi terganti oleh malam yang sepi. Namun, Senja masih belum beranjak dari ayunan reot di halaman rumahnya.

Dalam diam Senja mengamati halaman rumah tetangganya. Netranya menyorot nanar pada lelaki jangkung berambut cepak yang tengah mencabuti rumput di seberang. Namanya Bintang, lelaki yang kehilangan sinar akibat mencintai seseorang terlalu dalam.

Tahun lalu, kekasihnya harus berpulang akibat kecerobohan sopir angkutan dalam perjalanan. Bus yang ditumpangi kekasihnya tergelincir dan mengalami kecelakaan. Padahal, kata Bintang, mereka sebentar lagi akan melangsungkan pertunangan. Si kekasih bahkan sudah memesan gaun terbaik di butik ternama demi kelangsungan acara. Namun naas, takdir Tuhan berkata sebaliknya.

Senja tidak tahu bagaimana rasanya menjadi Bintang. Namun ia tahu, seberapa dalam cinta Bintang untuk kekasihnya yang telah tiada. Senja tahu betapa besar rasa sayang Bintang untuk kekasihnya yang telah berpulang. Karena lelaki itu terus memuja sang kekasih setiap bertemu dengan Senja.

Lelaki itu selalu menceritakan betapa bangga dan bahagianya ia mendapat gadis seperti kekasihnya. Setiap bertemu bahkan mungkin setiap waktu, Bintang tidak pernah absen memuji sang kekasih. Kini, Senja bahkan tidak mampu mengira-ngira sebesar apa sakit hati yang ditanggung tetangganya itu.

Sejak setahun lalu, yang dilakukan lelaki itu hanya satu. Setiap petang ia akan pergi ke halaman, mencabuti rumput sambil memutar memori indahnya bersama sang kekasih yang abadi dalam kenangan.

Lelaki itu selalu melamun di sana, memandang kosong pada helai rumput yang ia cabut. Raga Bintang masih utuh, namun separuh jiwanya seolah luruh, ikut terbang bersama ruh sang kekasih.

"Kasihan ya si Bintang. Dia jadi gak punya arah tujuan. Pasti sedih banget deh kalau jadi dia," gumam Senja berempati.

"Aku juga bakalan hancur sih kalau ditinggal pergi kaya gitu. Untung aja aku punya Agra," sambung gadis itu tersenyum lebar.

"Ok, tapi ini udah jam berapa sih kok dia belum datang-datang juga?" gerutu Senja sebal.

Seiring dengan tumbangnya sang surya dan gelegar kumandang adzan yang mengudara, terdengar derit pintu terbuka. Sosok Mama muncul dari balik pintu depan.

"Nak, sudah malam, ayo masuk!" seru sang Mama.

Senja menoleh enggan, "Gak bisa Ma, aku mau nunggu Agra. Dia udah janji mau ngajak Senja jalan hari ini," balasnya.

Mendengar balasan putrinya membuat Mama merasa iba, wanita itu bergegas menghampiri sang putri, dilingkarkan lengannya pada kedua bahu Senja. Kasihan sekali putrinya ini, baru pertama kali mencintai seseorang harus berakhir tragis dan menyedihkan. Sang pujaan hati lebih dulu berpulang karena penyakit mematikan. Sakit, pasti sakit sekali rasanya, mama tau itu. Karena itu, dengan perlahan mama membelai puncak kepala Senja.

"Mau Senja menunggu sampai seribu tahun pun, yang sudah berpulang tidak akan bisa kembali datang, Nak."

Ucapan Mama perlahan menyadarkan Senja. Netra gadis itu berkaca-kaca.

"Ikhlaskan Nak. Agra sudah tenang di alam sana."

"Tapi Agra udah janji mau jalan sama aku, Ma.." sahut Senja pilu.

"Dia– dia janji mau jemput aku sore ini.. dia janji mau bawa aku naik bianglala.. dia janji nggak akan ninggalin aku Ma.. dia udah janji.." racau Senja terisak.

"Manusia bisa berjanji, sayang. Tapi kuasa Tuhan tiada yang mampu menghindari. Sudah, ikhlas ya? Kita doakan Agra sama-sama."

Pecah sudah tangis Senja yang mati-matian ia tahan. Senja tarik kembali ucapannya tadi. Ia tahu bagaimana sakitnya jadi Bintang. Senja tahu bagaimana hancurnya hati tetangganya itu.

Karena Senja juga merasakan, kekasihnya turut berpulang tepat seminggu setelah kepergian kekasih Bintang. Agra meninggalkannya sendirian dengan janjinya pada Senja yang belum selesai lelaki itu tunaikan.

Dalam pelukan Mama, gadis itu terisak sejadi-jadinya. Meratapi kepergian sang kekasih yang terlalu tiba-tiba. Ternyata benar, jangan mencintai seseorang terlalu dalam. Karena jika ia tiba-tiba berpulang, kenangan dan janji yang telah terukir bersama akan sulit pudar. (GNUFM10 EAW MGT91123)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah yang keren

09 Nov
Balas

Betul sekali Pak Eko, keren ceritanya.

09 Nov
Balas

Saya bacanya nyesek, Pak Ingat diri sendiri. Saya tahu pasti rasanya hati Bintang dan Senja....

09 Nov
Balas

Keren ceritanya. Jangan mencintai makhluk secara berlebihan. Sukses selalu Pak Eko.

09 Nov
Balas



search

New Post