Eko Adri Wahyudiono

Saya hanyalah seorang guru biasa. Jika bukan pengajar pastilah pendidik dalam tugasnya. Bisa jadi adalah keduanya. Namun, jika bukan keduanyapun, saya pastilah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Trickster
dokpri

Trickster

Langkah kaki terdengar di tengah rintikan hujan. Suara tangisan- tidak, suara isakan menggema di sepanjang jalanan yang basah. Terdengar seperti suara perempuan. Setelah beberapa menit, suara itu perlahan berhenti bersamaan dengan redanya hujan. Merasa penasaran, Valyn mencoba mendekati sumber suara itu. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan Rania, teman sekelasnya sekaligus sahabatnya.

Valyn mendekatinya untuk melihat apa yang terjadi padanya. Kemudian, tatapan mereka bertemu, Valyn bisa merasakan kesedihan yang Rania alami. Tatapannya sendu dan matanya sembab oleh air mata dengan bibir yang cemberut dan berkedut, seolah dia berusaha untuk menahan tangisannya. Di tangan kanannya, dia menggenggam robekan kertas ujian yang basah entah oleh hujan atau air mata. Rania menatap Valyn dengan tatapan sendunya sambil duduk meringkuk.

“U-Um…” Gumam Valyn. Ia merasa gugup dan bingung, namun sebagai sahabat Rania, Valyn merasa bahwa ini merupakan kewajibannya untuk menghibur sahabatnya tersebut.

“Rania, kamu kenapa? Apa yang terjadi?” Tanya Valyn sambil duduk disampingnya dan mengelus punggungnya. Rania menatapnya sekilas sebelum menunduk lagi.

“Kamu nggak bakal paham…” Rania bergumam dengan nada sendu. Dia terlihat sangat terpukul, Valyn belum pernah melihatnya seperti ini sebelumnya. Ia pun tersenyum lembut untuk meyakinkannya sembari menggenggam tangannya.

“Ayolah… Aku ini sahabatmu, aku sangat siap untuk mendengarkanmu.” Ujar Valyn. Rania meliriknya lagi, tatapannya sedikit berubah, dia mulai merasa sedikit nyaman dengan Valyn.

“Valyn, orang tuaku… mereka jahat sekali… Mereka selalu menuntutku untuk mendapat nilai sempurna di setiap mata pelajaran.” Ucapnya sambil mengusap air matanya sebelum melanjutkan ucapannya.

“Hari ini aku mendapat nilai jelek di mapel Bahasa Inggris, mereka marah dan merobek kertas ujianku sambil memaki-makiku” Lanjutnya.

Valyn yang mendengar itu langsung merasa geram dengan perilaku orang tuanya. Dia pun dengan sigap berusaha untuk menghibur sahabatnya.

“Walaupun mereka orang tuamu, harusnya mereka nggak berhak menuntutmu ini itu! Kamu pasti tertekan banget selama ini…” ucap Valyn dengan perasaan geram.

“Sudahlah… Tidak usah dipikirkan, makasih ya udah dengerin aku.” Ujar Rania.

“Sama-sama! Kamu jangan sedih lagi loh ya, aku yakin pasti orang tuamu bakal sadar dan berubah!” Valyn mengusap punggung Rania lagi untuk menyemangatinya.

Keesokan harinya, Rania berangkat sekolah terlalu pagi karena ia masih merasa canggung dengan orang tuanya. Dia menenteng tasnya dan berjalan menuju kelas. Rania merasa sangat gelisah karena beberapa hari lagi akan ada pembagian rapor, Dia takut jika tidak bisa memenuhi ekspektasi orang tuanya dan mengecewakan mereka untuk yang kedua kalinya.

Ketika Rania melewati ruang guru, sekilas dia melihat ada seseorang disana, lebih tepatnya di meja wali kelasnya. Rania mendekat untuk memastikan siapa itu dan alangkah terkejutnya ketika ia melihat Valyn, sahabatnya sedang mengutak-atik komputer wali kelasnya. Karena merasa penasaran, Rania pun mencoba untuk mendekati sahabatnya tersebut dan menepuk pundaknya.

“Valyn, kamu lagi ngapain pagi-pagi buta kaya gini di ruang guru?” Tanya Rania sambil menggaruk kepalanya. Rania pun mencoba untuk mendekat lagi untuk melihat layar komputer dengan jelas. Valyn hanya bisa terkekeh mendengar pertanyaan Rania.

“Ngotak-ngatik nilai rapotku Ran, pumpung belum ada guru yang datang.” Jawab Valyn dengan santai. Rania yang mendengar ucapan Valyn pun langsung merasa was-was, ia mencoba untuk melihat sekitar ruangan untuk mengecek kalau ada yang memergoki mereka.

“Hah?? Kamu ini gila ya? Kalau ketahuan guru bagaimana? Kan bisa saja kalau ada CCTV disini…” Ucap Rania dengan lirih sambil menengok kebelakangnya. Valyn malah tertawa dengan keras melihat perilaku Rania, ia malah masih melanjutkan untuk mengotak-atik komputer wali kelas mereka.

“Hahahah! Ada-ada aja kamu Ran. Yakali sekolah bisa memfasilitasi CCTV, komputer sekolah aja masih komputer jadul, masih Windows 7 pula! Apalagi setengahnya aja gak berfungsi.” Jawab Valyn dengan sedikit nada sinis. Rania hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya dengan keheranan melihat perilaku sahabatnya tersebut.

Rania awalnya menganggap rendah perbuatan sahabatnya tersebut sebelum ia mendapatkan ide. Reaksi orang tuanya saat pembagian rapot masih terbayang-bayang di kepalnya, hal tersebut membuatnya merinding. Ia pun menepuk pundak Valyn beberapa kali.

“Valyn… kamu mau bantu aku tidak?”

***

Hari pembagian rapot pun tiba, betapa senangnya Rania saat ia mendapatkan nilai bagus dan respon yang postif dari orang tuanya. Valyn juga bernasib sama, rapotnya juga mendapatkan hasil yang bagus, ini semua berkat sahabatnya yang mengotak-atik komputer wali kelasnya.

Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama, karena beberapa hari kemudian, mereka mendapat panggilan dari wali kelas untuk mendatanginya di kantor guru.

Dan benar saja, mereka mendapat teguran yang keras dari para guru, beserta kepala sekolah yang kecewa dengan perbuatan mereka. Apalagi reaksi orang tua mereka, yang lebih keras dibandingkan dengan guru-guru. Tak lama kemudian, mereka pun mendapat skors dan dikeluarkan dari sekolah. (AWA1-LS20 EAW7 MGT61123)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pelajaran berharga bagi orang tua juga si anak.Pakde tidak pernah menuntut nilai bagus kepada 2 anak yang kini sudah dewasa.

06 Nov
Balas

Keren Pak Eko, semoga itu menjadi pelajaran bagi siswa lainnya

06 Nov
Balas

Perbuatan tak terpuji, memang pantas mendapatkan sangsi. Keren kisahnya Pak Eko.

06 Nov
Balas

Siip kisahnya, Bapak. Karena takut dimarahi, terjadilah perbuatan itu. Kisah yang patut direnungkan.... Salam sukses, Bapak.

06 Nov
Balas



search

New Post