ZONA NYAMAN
ZONA NYAMAN
Pernah dengar istilah atau seseorang menyebutkan “Zona Nyaman”? Saya yakin semua sering mendengarkanya namun hanya seperti tak ambil peduli dan mengabaikannya. Sebetulnya istilah itu sering identik dengan Zona Aman. Tempat dalam tanda kutip bisa diarahkan pada semua aspek kehidupan nyaman kita semua.
Bisa jadi, aspek pekerjaan, rumah tangga, status, pendidikan, ekonomi, hobi dan masih banyak lagi yang bisa Anda sebutkan satu-persatu. Di saat semua hal itu tidak ada masalah atau kendala dan kita menjalaninya dengan senang hati baik di masa lalu, masa sekarang atau masa depan, itulah yang di artikan dalam istilah Zona Nyaman di artikel ini.
Namun jangan melihatnya dari perpektif kacamata diri sendiri pada kehidupan zona nyaman orang lain dengan membandingkannya pada satu atau lebih dari orang lain bahkan pada diri sendiri. Sesuatu yang nyaman dan aman bagi diri kita belum tentu diterima sama dengan orang lain dalam menjalani semua aspek kehidupan di dunia ini.
Sebagai cerita, saya punya teman yang menurut saya, kehidupannya sangat sempurna dan saya ingin memiliki semua aspek kehidupan yang dianugerahkan padanya. Bayangkan, dia mempunyai otak cerdas, menyelesaikan S2 dan S3 nya di luar negeri dengan mendapatkan beasiswa penuh. Pekerjaannya adalah seorang peneliti dan juga sebagai dosen di Universitas negeri ternama. Beliau seorang pegawai negeri dengan seorang istri sebagai dosen juga serta dianugerahi putra putri yang tampan dan cantik serta cerdas semua. Putra-putrinya juga mendapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri.
Ternyata, kabar terakhir, beliau resign dari pegawai negeri, juga keluar menjadi dosen. Demikian juga istrinya. Semua kemewahan dunia dan gelarnya doktornya dianggap hal yang biasa saja. Rumah mewah yang dimilikinya dikontrakkan dan dia membeli rumah di pinggiran desa serta membuka usaha kecil. Sampai sekarang beliau hidup sederhana dan bahagia dengan keluarganya.
Mau tahu lainnya? Pernah dengar Agus Mustofa? Sosok lulusan S3 dari Univeristas di Jepang dan ahli nuklir. Beliau tinggalkan semua tawaran dan fasilitas yang ditawarkan. Dia lebih memilih memperdalam ilmu agama serta menjadi penulis buku yang termasuk terlaris di tanah air. Lagi, ada banyak artis dan aktor yang meninggalkan dunia akting dan memilih untuk berada di dunia sosial, dakwah, bisnis atau usaha.
Juga, rekan guru di kota saya, sudah mengantongi surat keputusan mejadi kepala sekolah dan menjalaninya beberapa bulan saja, namun dia kembalikan SK tersebut dan memilih pindah menjadi guru biasa saja di sekolah lain. Sebetulnya masih banyak contoh lainnya, namun yang terpenting adalah mengapa mereka semua berani meninggalkan “Zona Nyaman” atau “Zona Aman” pada jaminan kehidupan mereka? Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, bahwa jangan pernah menilai semua itu dari perpektif kacamata kita secara subyektif.
Kita harus salut dan angkat topi bagi mereka yang berani meninggalkan zona nyaman tersebut. Salah satu sifat manusia adalah banyak yang mempunyai jiwa berpetualang. Mereka suka tantangan dan berani menjadi pioneer (orang pertama) atau eksplorer (penjelajah). Kebahagiaan kita sebagai orang biasa yang suka berdiam di zona nyaman, akan berbeda dibandingkan akan perasaan kepuasan dan kebahagiaan mereka yang memilih keluar dari zona nyaman.
Sebelum membahas lebih jauh, coba dijawab pertanyaan ini. Mengapa anak muda menyukai kegiatan mendaki gunung, menyusuri sungai, ikut panjat tebing? Yang lebih ekstrim adalah ikut balap atau road race. Lebih fatal lagi adalah terlibat dalam kegiatan balap liar. Padahal kita semua tahu semua aktivitas itu sangat berbahaya namun tetap saja dibanggakan dan dikerjakan oleh mereka, kan?
Aneh lagi, Sebaliknya banyak anak yang takut melanjutkan studi ke luar negeri meskipun mendapatkan beasiswa. Banyak juga anak lulusan SMA, SMK atau perguruan tinggi sekali pun yang menolak tawaran bekerja di luar negeri dengan gaji yang besar. Mengapa demikian? Semua itu karena ketakutan untuk meninggalkan zona nyaman yang penuh dengan kenikmatan dan fasilitas serba kecukupan di sekelilingnya saat ini.
Para orangtua juga demikian halnya. Mereka semua takut melepas anaknya dari pengawasan mata mereka meskipun sudah disebut dewasa yang mengatas namakan kasih sayang pada anak. Bila perlu, berapa pun jumlah anak mereka, satu persatu akan dibuatkan rumah di satu desa atau satu kota di mana orang tuanya bertempat tinggal.
Para orang tua sering lupa, mereka dulu di masa mudanya juga hidup penuh dengan kesusahan, perjuangan dan tantangan. Semua itu dijadikan cambuk serta motivasi kuat untuk berusaha keras sehingga banyak yang menjadi sukses di dalam perekonomian dan karir.
Nah lucunya, mereka tidak ingin anaknya mengalami hal yang sama. Seperti tidak sadar bahwa kehidupan nyaman yang diberikan para orang tua itu telah meninabobokan dengan kata lain telah membuat anak mereka menjadi manja, kurang mandiri dan kurang berwawasan luas pada aspek kehidupan ini sehingga menjadi tidak tangguh dan kelimpungan menghadapi kerasnya kehidupan setelah ditinggal kedua orang tuanya berpulang.
Meninggalkan zona nyaman itu sama seperti halnya hijrah. Pindah dari satu tempat dan pindah ke tempat lain yang lebih baik dalam semua aspek kehidupan. Tujuannya jelas untuk mencari pembelajaran, tantangan baru dan mencari makna terdalam dari kehidupan yang saat ini banyak orang sedang terjebak mengagungkan keduniawian.
Bagaimana dengan Anda? Berani kah Anda meninggalkan zona nyaman Anda?
Salam
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Aman di zona nyaman tidak aman di zona perubahan...hehehe
Kereeen ulasannya, Pak E.A.Wahyudiono. Sukses selalu. Salam literasi
Susah move on kl dah nyaman
Yang utama menjaga keseimbangan duniawi ukhrawi. Bahagia dunia untuk bahagia akhirat. Tapi tentunya setiap orang punya prinsip sendiri-sendiri tentang zona nyaman. Semoga senantiasa sehat dan bahagia Pak Eko. Salam literasi.
Keren Pak, ulasan yang mencerahkan? Apakah Bapak siap meninggalkan zona nyaman?
Tulisan yang keren.
Tiap orang memiliki pandangan berbeda tentang keluar dari zona nyaman. Kalau saya tidak mau jadi katak dalam tempurung hehe. Mantap artikelnya, Pak. Salam literasi.
Setiap kita punya pendapat beda tentang zona nyaman,yang penting kita jalani hidupdengan seimbang duniawi dan akhirat.keren pak Eko.
Betul Pak..tulisan yang luar biasa. Ada masa dimana kita sudah saatnya merasa nyaman. Karena apa tang kita kejar apa yang kita upayakan hanyalah untuk kenyamanan. Jika semua sudah kita raih, makasemakin mencari siapa Zat yang membuat kita nyaman. Back to Allah...Mantap Pak...keren...
Wah...itu sudah saya lakukan sejak lulus SMA Pak...sampai lulus perguruan tinggi...lebih bebas di luar zona aman..berani ambil resiko...dan semua tergantung pribadi masing-masing..artikel yang keren.
Keren banget tulisannya dan setiap orang pasti punya pandangan yang berbeda ya kan Pak. Sukses selalu untuk Bapak
Saya keluar dari zona nyaman tidak menulis karena dioprak2 pak Eko... hahaha... artikel keren Pak Eko.. sukses buat Bapak dan keluarga
Keren ulasannya, Pak Eko. Salam sukses selalu.
Uraiaannya keren sebagai sebuah pembelajaran. Sehat dan sukses selalu pak.
Saya merasa nyaman di zona nyaman sekarang Pak...Menjadi guru pilihan, yang penting hati dan pikiran senang dan tenang.
Salut bagi mereka yang berani hijrah meninggalkan zona nyaman. Sepertinya saya belum siap untuk saat ini.
Alhamdulillah kalau berada di zona nyaman tapi sesekali boleh mencoba keluar dari zona nyaman tersebut demi kenyamanan yg lebih nyaman. Salam literasi.
Ulasan yang sangat mantap. Saya speechless Pak tentang zona nyaman itu. Salam sehat selalu.
Saya pernah melakukan hal tersebut, keluar dari zona nyaman, saya dulu sebelum mutasi ke guru saya sempat di struktural menjadi bendahara keuangan di sekolah saya selama lima tahun. Tapi saya tidak merasakan kenyamanan sama sekali selama menjadi bendahara. akhirnya demi lepasnya dari tugas saya sebagai bendahara saya mutasi ke guru. karena selama bertugas di struktural pekerjaan saya seperti tiidak ada ujungnya. dan banyak tidak nyamannya. berbeda setelah mutasi keguru ketenangan batin itu selalu hadir.
Maa syaa Allah....bener bener hinrah. Tulisan yang sangat inspiratif... baarakallah
Subhanallah, belum berani menjawab, karena tolok ukur nyaman tentunya berbeda. Salam sehat dan bahagia selalu, bapak
Ulasan yang keren, sangat mencerahkan.
Tulisan super, menggelitik untuk instrospeksi dan refleksi diri untuk menjawab "zona nyaman". Meskipun belum ekstreem beberapa zona nyaman mulai ditinggalkan...
Kita harus salut dan angkat topi bagi mereka yang berani meninggalkan zona nyaman tersebut. Salah satu sifat manusia adalah banyak yang mempunyai jiwa berpetualang. Mereka suka tantangan dan berani menjadi pioneer (orang pertama) atau eksplorer (penjelajah). Kebahagiaan kita sebagai orang biasa yang suka berdiam di zona nyaman, akan berbeda dibandingkan akan perasaan kepuasan dan kebahagiaan mereka yang memilih keluar dari zona nyaman
Keren Pak EkoJangan terlena dgn kenyamanan karena belum pasti aman, hal-hal yg sifatnya masih berorientasi duniawi pastilah perlu dipertanyaakan kemananannya tuk di akheratnya atauy masa deopan yg lebih panjang nanyinya...
ngapuntren banyak tipo mlengse tetangga pencetnya
Uraiaannya keren sebagai sebuah pembelajaran. Sukses selalu.
NYAMAN dan AMAN menulis di Gurusiana. Berat jika harus keluar dari zona ini. Salam literasi.
Ada dua pilihan. Ada yg berani meninggalkan zona nyaman dan ada yg tidak. Itulah sifat manusia. Keren sekali Pak ulasannya. Sukses dan sehat selalu.
Luar biasa cerdas....tulisannya sangat keren menantang pembaca untuk berani keluar dari zona nyaman dan aman.... Salam literasi
ulasan yang keren sebagai pembuka inspirasi kita sukses selalu pak Eko
Tulisan keren yang bermanfaat, saya pribadi sudah melakukan hal itu sejak tamat SMA (Versi saya loh Pak) sebagai putri bungsu dari pasangan suami-istri yang meski tidak begitu berkecukupan, tentu sajs saya dimanja. Disinilah saya keluar dari zona nyaman dengan menjadi seorang penjaga sekolah TK saat saya pertama kali merantau waktu di awal kuliah... Yang jelas menurut saya, berani meninggalkan zona nyaman berarti berani' menunjukkan siapa sesungguhnya kita...
keren pakk()