Eko Budi Setiyadi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

IBUKU PAHLAWANKU

Setiap manusia memiliki seseorang yang mempunyai andil besar dalam perjalanan hidupnya. Siapakah dia? Dia-lah Ibu kita. Semenjak melakukan perjanjian suci dalam ikatan pernikahan dengan lelaki, seorang perempuan telah siap untuk menjalani peran sebagai ibu. Peran seorang ibu sungguh luar biasa bagi anak-anaknya. Mengandung, melahirkan, mendidik, serta membesarkan buah hatinya hingga beranjak dewasa. Peran ini telah menjadi sunatullah yang tak akan pernah tergantikan oleh ayah. Itulah mengapa Nabi Muhammad SAW pernah menjawab pertanyaan seorang sahabat tentang siapakah yang harus kita hormati pertama kali di dunia ini. Nabi menjawab, Ibumu hingga tiga kali. Ibu adalah makhluk paling istimewa di dunia yang fana ini.

Aku dilahirkan dan dibesarkan oleh seorang ibu yang luar biasa hebat. Jika boleh aku sebut beliau adalah supergirl, superhero, atau super-super yang lain. Peran beliau sangatlah besar bagi keberhasilanku. Mulai dari lahir hingga mencapai kesuksesan, ada andil besar darinya. Ibu mendidikku dan juga adik-adikku dengan penuh perhatian serta kasih sayang. Sebagai sulung dari tiga bersaudara, aku diajarkan banyak hal tentang nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan. Kata ibu, aku harus bisa menjadi kakak yang baik dan memberi teladan yang baik bagi adik-adiknya.

Ada sebuah moment penting saat aku duduk di bangku kelas satu sekolah dasar, yaitu kegagalan ayah dalam menjalani bisnis dagang tembakau. Gara-gara ditipu oleh teman, ayah mengalami kebangkrutan. Hal itu menyebabkan seluruh aset keluarga harus dijual. Dari semula hidup serba berkecukupan, kemudian hidup penuh dengan keprihatinan. Selama kurang lebih tiga tahun kami tinggal di rumah kakek.

Pada tahun 1984, ibu membangun rumah baru tidak jauh dari rumah yang dijual dulu. Setahun kemudian, ibu dan ayah mulai berdagang tembakau lagi. Pegawainya puluhan orang. Perlahan tapi pasti, akhirnya bisa membeli sebuah mobil pick up sebagai sarana transportasi pengiriman barang. Kali ini, ibu ikut terlibat aktif dalam bisnis tersebut. Transaksi jual beli tembakau dibukukan dengan baik oleh ibu. Namun sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Bisnis dagang tembakau itu harus mengalami kegagalan untuk kedua kalinya. Jika dulu ditipu teman, kali ini oleh karena faktor monopoli dagang kotor dari pihak eksportir. Bersyukur, rumah tidak sampai terjual.

Pasca kegagalan usaha itu, selanjutnya ibu ikut ayah merantau ke pulau Bali. Di sana beliau kerja pada sebuah perusahaan konveksi di kota Denpasar. Perusahaan itu memproduksi barang seperti tas, celana, kaos, dan lain-lain. Pak Nyoman pemiliknya. Perantauan di pulau Bali berakhir pada tahun 1990 saat aku duduk di bangku kelas dua sekolah menengah atas.

Selanjutnya, ibu memutuskan berdagang makanan di kampung. Dari usaha inilah perekonomian keluarga tertopang dengan baik.

Pada tahun 2002, ayah meninggal dunia. Ibu tetap berdagang dan berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Kini, di usianya yang sudah memasuki 67 tahun, beliau tetap sehat dan tegar meneruskan usaha itu ditemani tiga orang pembantu.

Terima kasih ibu, kasih sayang dan jasamu tiada tara. Tak akan pernah aku mampu membalas semua yang telah engkau berikan kepadaku. Semoga Allah SWT memberikan sisa umur yang berkah kepada ibu. Aamiin yaa robbal’alamin.

****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post