Eko Hastuti

Menulis bagiku menjadi salah satu sisi kehidupan yang penting. Ibarat orang hidup yang harus bernafas, menulis sebagai oksigen yang memberi kesegaran otak dan h...

Selengkapnya
Navigasi Web

Menjadi Gurusianer Itu Ujian

Beberapa waktu lalu aku fakum dari gurusiana. Aku tidak singgah untuk membaca-baca karya teman-teman gurusianer lainnya. Apalagi menulis dan memposting karya entah itu puisi kesukaanku, artikel, profil, atau berita. Padahal sebelumnya aku kadang berkunjung untuk menikmati menu-menu tulisan yang lezat. Sesekali juga posting tulisan. Rindu juga dengan penulis-penulis populer yang aura tulisannya dapat menghipnotis mental berliterasi kita. Terus apa yang membuatku berpaling dari gurusiana dan kembali lagi berkarya?

1. Menulis di gurusiana rupanya menjadi ujian mental bagi pemula. Dimana karya kita jarang direspon orang karena pilihan idenya yang usang atau tidak menarik pembaca. Judul biasa-biasa saja, dengan paparan yang datar dan hambar. Bisa jadi ulasan tulisan kita tidak runtut, bahasanya kurang renyah, dan ejaannya amburadul. Itu yang kurasakan, hingga kadang timbul tenggelam di gurusiana. Untung ada Bu Raihana, Pak Ahmad Saihu, Pak Edi Prasetyo, Bu Dyahni, Bu Marlupi, Bu Siti Ropiah, Pak WA Sutanto, dan lainnya yang sering membakar semangat berkarya dengan komentarnya yang aduhai hangatnya. Memang sih, menulis tidak harus mendapat komentar, cuma secara naluri, kita ingin diapresiasi oleh pembacanya. Bukan bentuk sanjungan, tetapi kritik & saran yang membangun.

2. Butuh variasi yang berbeda. Memang selain menulis di gurusiana aku juga menulis di medsos lainnya, seperti di instagram, facebook, blog, dan non digital seperti media cetak (koran dan buku). Itu yang menjadikanku punya sensasi yang berbeda. Hingga bisa merasakan nuansa dan irama dari satu media dan lainnya. Masing-masing punya plus minus yang sama-sama menguji nyali kita untuk terus konsisten menulis.

3. Kembalikan ke niat hati ketika menulis. Menulis jika diniati untuk berbagi tidak terbebani apakah tulisan kita dibaca orang atau tidak. Apakah tulisan kita diapresiasi orang atau tidak sama sekali. Meski di situlah ujian kita, apakah tetap lanjut atau berkala atau hilang dari peredaran dunia literasi kita. Mungkin dengan diniatkan "Menulis ya tinggal menulis saja, perkara dibaca/ ditanggapi orang atau tidak itu urusan belakangan. Toh tulisan kita akan menemukan takdirnya sendiri". Seperti kata banyak penulis yang ingin membesarkan dan menguatkan hati serta merawat nyali menulisnya.

4. Menjadikan menulis sebuah kebutuhan. Itu jawaban yang mungkin lebih tepat ketika kucoba aktif lagi di gurusiana. Sehingga tuntutan harus menulis dan posting karya itu terus menggelora. Disamping ingin menguji nyali apakah semangat berliterasiku sudah amanah atau setengah-setengah. Entah itu di mana medianya, terlebih di gurusiana.

5. Kerinduan yang mendalam selalu muncul pada gurusianer yang pernah berkarya. Seperti puisiku yang berjudul, "Puisi Itu Seperti Hujan", menyiratkan kondisi saat melahirkan karya. Kadang ide mengucur deras, kadang hanya rintik-rintik saja, bahkan sering hanya langit mendung, gelap, tetapi tidak turun-turun hujan.

Jadi kalau aku kembali datang itu adalah ujian yang menantang. Sampai kapan nyaliku menulis di gurusiana ini bertahan.

Wonosobo, 22 Februari 2019

Salam literasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah bisa membaca kembali tulisan Bu Eko..sepakat dengan paparan Bunda. Saya mencoba tetap bertahan di Gurusiana meski semangat masih kembang kempis. Selamat datang kembali di Gurusiana Bunda

22 Feb
Balas

Alhamdulillah juga Bu Dyahni, kita bisa bertegur sapa lagi di sini. Meski harus adaptasi lagi kucoba berkarya ala kadarnya. Yang penting semangat literasinya terus membara. Salam sukses dan sehat semoga tambah manfaat hidup kita. Amin YRA. Makasih kunjungan dan apresiasinya.

22 Feb

Rasa yang sama Bunda... tetap semangat menulis, dan seperti orang bijak bilang, biarklah tulisan kita menemukan pembacanya.Semangat pagi, Barakallah ya Bund. Ditunggu karya-karyanya

22 Feb
Balas

Ya Bu, terima kasih apresiasi dan motivasinya. Alhamdulillah, ada respon yang menguatkan.

22 Feb

Mbakku ini, pake ilmu padi. Aku kangen sama tulisan Mbak, puisinya. Teruslah di sini Mbak. Tulisan Mbak bikin langit gurusiana indah. Aku banyak belajar dari Mbak. Jangan pergi lagi, ya Mbak. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Srikandi Dieng.

22 Feb
Balas

Alhamdulillah ada yang rindu tulisanku, meski itu hanya butiran debu. Insyaallah, aku akan hadir menghias langit gurusiana dengan untai puisi yang kubisa. Makasih Dik Nana, sapamu hangat, luar biasa, memberi energi untuk berkarya. Amin YRA.

22 Feb

Tetap semangat Bu Eko....Ditunggu puisinya yang penuh rasa...Selalu sehat dan menginspirasi..Barakallah...

22 Feb
Balas

Ya Bu, terima kasih. Insysallah tambah semangat hehe..

22 Feb

Uji nyali Bu.

23 Feb
Balas

Betul pak, 100 buat pak Zainal Arifin. Makasih ya sudah berkunjung.

23 Feb

pas banget dengan saya yang pemula Bunda...v_v

22 Feb
Balas

Oh ya, saling menyemangati saja Bu Eko Indriati. Mari budayakan literasi. Salam kenal ya, dari kota dingin Wonosobo nih.

22 Feb



search

New Post