Parah! Soto banjar di Depot Bang Amat ini enaknya parah! Saat menyendok sesuap demi sesuap kuahnya, lidah langsung diajak memuji keagungan-Nya.

Oya, soto banjar dan nasi sop sebenarnya dua bersaudara. Bedanya, soto banjar disuguhkan dengan ketupat. Sementara nasi sop tetaplah soto banjar, namun dihidangkan dengan nasi.

Sluurp.... Asap mengepul dari soto banjar saat disajikan panas. Siap memberikan hulu ledak kenikmatan yang tiada tara.

Berbeda dengan biasanya, kali ini saya berkuliner tanpa mengenakan pakaian dinas harian, yakni singlet dan sarung cap Mangga muda. Saya memakai seragam upacara, yaitu kemeja lusuh dan celana yang biasa saya pakai rapat RT di kompleks perumahan.

Biasanya saya tangguh dan berjuang mati-matian tatkala menghadapi tantangan berat. Tapi kali ini saya harus angkat bendera putih. Saya tak sanggup untuk tidak mengakui kelezatan soto banjar di Depot Bang Amat ini.

Menurut beberapa driver dan teman saya yang asli Banjar, depot tersebut memang jadi jujukan beberapa orang terkenal dan nggemesno. Misalnya, ketua RT 48 Graha Asri Sukodono, pemred MediaGuru, hingga penulis buku Membaca atau Mati yang ngangeni itu.

Sensasinya menjadi luar biasa karena kita bisa menikmatinya di tepi Sungai Martapura. Ditemani musisi lokal yang memainkan lagu-lagu dangdut milik Bang Haji dan Hajjah Elvie Sukaesih. Inilah yang membuat saya tak takut kalah dalam pemilu legislatif mendatang karena memang tidak ikut.

Dari pengalaman saya, kita tak perlu takut kolesterol naik ketika disuguhi soto banjar yang berkuah kental ini. Asal jangan dimakan.

Banjarmasin, 4 Maret 2019