Saat salat Jumat, seorang muslim disunahkan untuk mandi dan memakai wewangian. Hal ini mestinya diperhatikan untuk menjaga ketertiban saat salat. Nah, saya pernah mengalami hal yang kurang mengenakkan saat Jumatan.

Jemaah di sebelah saya saat itu mengeluarkan aroma bau ketek yang menyengat. Saya yakin, jemaah lain merasakan hal serupa.

Apesnya, posisi saya sudah terjepit. Mau pindah saf kok sudah tidak mungkin. Alhasil, selama khotbah berlangsung, kepala ini pusing. Saking stresnya, saya mengeluarkan keringat dingin dan tak fokus lagi.

Rasanya saya sangat ingin menulis ucapan permintaan maaf kepada sanak saudara dan keluarga besar di Malang, Surabaya, Pekalongan, dan Jakarta. Sekadar jaga-jaga andaikata saya semaput dan dilarikan ke rumah sakit saat itu.

Sungguh, bau badan memang persoalan sensitif. Di Cirebon, ada karyawan koperasi yang bernama Rahman Setyo Ajie (23). Ia berniat membunuh bosnya pada 29 Januari 2024. Dengan menyiapkan parang, ia membacok membabi buta. Aksi tersebut kemudian diketahui oleh Jessica, karyawan lainnya. Jessica turut dibacok hingga luka parah di kepala dan punggung. Jari-jemarinya pun putus. Jessica akhirnya tewas.

Aksi brutal Rahman ini dipicu oleh dendam. Ia sering dimarahi kepala kantor koperasi tersebut. Gara-garanya: Rahman dianggap memiliki bau badan yang menyengat.

Memang repot. Seseorang yang memiliki bau ketek ndak enak sering tidak menyadarinya. Tapi, jika diingatkan, khawatir ia tersinggung dan salah paham.

Terkait bau badan ini, saya kadang heran dengan orang yang berangkat kerja tanpa mandi dahulu atau kadang cuma mandi bebek (membasuh wajah dan tubuh seadanya). Dengan aktivitas sak gambreng (sangat buanyak), keringat berlebih itu sebuah keniscayaan.

Buat apa punya bodi yang gemah ripah loh jinawi (baca: ginuk-ginuk), ada bekas suntik cacar segede gaban di lengan kiri atau kanan, pakaian bagus, selalu memakai barang branded, dan memiliki senyum yang meruntuhkan batas jiwa terdalam jika bau ketek.

Castralokananta, 8 Februari 2024