Ketika Kita Dibenci
Saya menyadari bahwa semakin tinggi sebuah pohon, semakin kencang pula angin menerpa. Maka, jika ada yang membenci kiprah saya sebagai penulis, saya anggap itu sebagai keniscayaan. Toh, tak ada yang benar-benar sempurna di muka bumi ini. Bahkan, orang paling genius sekalipun tak akan mampu membaca buku dari jarak 100 meter. Itulah bukti kekurangan insan Tuhan.
Untungnya, saya penganut aliran cuekisme. Kalau ada yang tidak suka atau nyinyir hanya karena saya lebih muda dan junior, ya saya biarkan saja. Sebab, orang yang iri dan benci itu malah patut dikasihani lantaran kalbunya sakit.
Di MediaGuru, misalnya, saya belajar banyak pada Mas Ihsan a.k.a. Pak CEO. Ia selalu memotivasi dan mengingatkan untuk rendah hati. "Stay humble. Buktikan dengan karya dan jawab dengan kontribusi nyata," nasihatnya.
Saya pernah begitu murka ketika ada yang menyakiti hati istri tercinta. Ia dibenci oleh rekan sekantornya entah karena alasan apa. Hanya lantaran nyonya dianggap berprestasi, temannya tersebut iri dan selalu membuka "front". Menebar kebencian.
Andai tak ingat nasihat Pak CEO tadi, saya sudah bersiap memakai cara adat. Yakni memanfaatkan jalur koneksi dengan pejabat untuk "menghukum" si tukang benci tersebut. Alhasil, saya hanya menasihati nyonya untuk bersabar. Kami yakin bahwa dalam setiap kesulitan itu selalu ada kemudahan.
Tidak enak rasanya memang jika kita dibenci oleh rekan sejawat. Sebab, friksi di lingkungan kerja itu amat memengaruhi kinerja dan membawa beban psikologis.
Bersabar adalah saran yang paling sering diberikan jika kondisi tersebut terjadi. Namun, batas kesabaran dan kemampuan defensif tiap individu itu berbeda. Tak jarang ada yang memilih mundur dari kantor lantaran tidak kuat lagi menghadapi medan kebencian dari koleganya. Bagi orang tertentu, menangis dan menumpahkan kegalauan lewat media sosial dianggap sebagai pemecah kebuntuan berpikir jernih tatkala dibenci orang lain.
Bagi saya, ada cara lain yang ampuh untuk menghadapi kondisi itu. Yakni mendoakan orang yang dibenci itu agar hatinya dijernihkan oleh Sang Maha Pencinta. Bagaimanapun Allah adalah sebaik-baik tempat curhat dan bermohon. Kun, fayakun! Jika Dia sudah berkehendak, akan terjadilah sesuai kehendak-Nya.
Namun, saya tak akan mendoakan sesuatu yang buruk pada orang yang membenci diri saya. Tidak. Saya justru mendoakan yang baik-baik saja untuknya. Tentu bukan doa agar ia berbalik mencintai saya. Kalau dia berjakun, kan gawat!
Malang, 22 Maret 2017
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
orang sabar itu banyak sepatunya
Kesabaran yang berbuah manis
Gak sempat foto bareng pak eko waktu bimtek literasi makassar