Eko Setyorini

Lahir di kota dengan julukan kota reog yup kabupaten ponorogo. Lahir pada tanggal 29 January 1986.. Masih muda...Dan sangat muda.. masih belajar......

Selengkapnya
Navigasi Web

Gerbang Libur

Libur adalah suatu moment menyenangkan dan ditunggu-tunggu. Ketika libur tiba, kita berangan-angan akan menggunakan sebaik mungkin waktu dengan pergi ke saudara yang jarang kita kunjungi, silaturahmi, pulang kampung (bagi yang punya kampung halaman, rekreasi atau jalan-jalan, bersih-bersih rumah, tidur (bagi yang pekerja keras) dll. Ketika libur yang menyenangkan dan bermanfaat akan membuat kita bersemangat untuk melakukan aktivitas esok hari. Sebaliknya ketika libur usai itu kadang membuat orang malas karena kita harus kembali ke aktifitas sehari-hari yang biasa kita lakukan, yang bekerja ya mulai bekerja, yang sekolah kembali ke sekolah lagi.

Saat para guru bersemangat masuk kerja, datang lebih pagi dengan semangat 45, menyambut dengan hangat dipintu gerbang sekolah ingin segera bertemu dengan anak didiknya. Ternyata setelah bel dibunyikan pada pukul 06.45 WIB masih ada siswa yang terlambat masuk sekolah. Kecewa jelas ada diraut wajah bapak/ibu guru. Setelah ditanya lebih lanjut, ada yang terlambat karena bangun kesiangan, ada yang karena orang tua yang terlambat mengantarkan. Adapula karena baru pulang dari perjalanan jauh. Harapan setelah liburan dapat fress kembali ke sekolah ternyata tidak. Dari 750 siswa yang terlambat kurang lebih 5 % yang terlambat jadi ada kurang lebih 15 siswa yang terlambat. Realitanya masih ada anak yang tidak disiplin di sekolah, tidak menyiapkan segala hal ketika besok kembali ke aktifitas rutin di sekolah.

Disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Disiplin akan membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan (karena merupakan hal-hal yang dilarang).

Dalam Tata Tertib Sekolah mengatur mengenai hak dan kewajiban siswa, larangan, dan sanksi-sanksi. Dalam tata tertib sekolah disebutkan bahwa siswa mempunyai kewajiban: (1) harus bersikap sopan dan santun, menghormati Ibu dan Bapak Guru, pegawai dan petugas sekolah baik di sekolah maupun di luar sekolah; (2) harus bersikap sopan dan santun, menghormati sesama pelajar, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah; (3) Menggunakan atribut sekolah sekolah; (4) Hadir tepat waktu; (5) patuh kepada nasihat dan petunjuk orang tua dan guru; (6) tidak dibenarkan untuk meninggalkan kelas sekolah kecuali mendapat ijin khusus dari guru kelas dan guru piket.

Kedisiplinan pada siswa merupakan aspek utama dan esensial pada pendidikan keluarga yang diemban oleh orang tua, karena mereka bertanggung jawab secara kodrati dalam meletakkan dasar-dasarnya pada anak.

Kedisiplinan siswa jelas akan mempengaruhi perilaku lainnya di lingkungan manapun baik di lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Kedisiplinan merupakan bekal bagi anak untuk mengarungi kehidupannya dimasa depan. Karena itu kedisiplinan pada siswa penting untuk dipersiapkan dan dibina semenjak dini. Untuk itu diperlukan kerjasama antar orang tua dengan sekolah karena adanya faktor-faktor dalam kedisiplinan yang perlu mendapat perhatian bersama.

Untuk mewujudkan kedisiplinan ini, kriteria atau kualitas tersebut harus secara terus menerus didukung oleh aspirasi dari kehendak berbuat dari para pelakunya. Karena kedisiplinan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan dari perbuatan dari para pelaku, untuk itu diperlukan suatu latihan atau pelajaran tertentu agar diperoleh seseorang yang mempunyai kedisiplinan yang baik dan mandiri.

Kedisiplinan seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Olah karena itu, pembentukan kedisiplinan tunduk pada proses belajar. Karena itu, penting sekali kedisiplinan pada siswa senantiasa ditumbuhkembangkan demi menapaki kehidupan anak (siswa) tersebut pada masa-masa mendatang.

Bagi seorang yang berdisiplin, karena sudah menyatu dalam dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban, namun sebaliknya akan membebani dirinya apabila ia tidak berbuat disiplin. Nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupannya. Disiplin yang mantap pada hakikatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia. Sebaliknya, disiplin yang tidak bersumber dari kesadaran hati nurani akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak akan bertahan lama, atau disiplin yang statis, tidak hidup.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post