Eko Sutanto

Lahir di Banjarnegara, menjadi guru sejak maret 1997, sampai saat ini masih belajar menulis dan mengeja huruf demi huruf serta angka demi angka....

Selengkapnya
Navigasi Web
Memburu Maling  (Bagian Kedua)

Memburu Maling (Bagian Kedua)

Pukul Sembilan malam pos ronda Dusun Karangsawah sudah penuh warga. Ada yang kebagian jatah ronda, ada pula yang hanya sekedar ikut duduk – duduk ingin meramaikan malam. Suara percakapan mereka terdengar sampai sudut kampung membawa rasa nyaman kepada warga dusun yang sudah mulai bersiap beristirahat di malam hari itu. Tong … terongtong tong toong, suara kentongan kayu di pos ronda sayup terdengar dipukul dengan irama ‘Doro Muluk’ yang mengisyaratkan suasana aman. Menjelang tengah malam, satu persatu warga yang menemani para peronda mulai berpamitan satu demi satu; ”Maaf bapak – bapak, saya pamit pulang dulu. Hari sudah menjelang pagi, pasti istri saya sudah gelisah nunggu dari tadi. Monggo diteruskan jaga malamnya. Jangan pada tidur lho ya!” Mat Karjo sang Jagabaya pamit sembari mengingatkan teman – temannya kemudian bergegas pergi meninggalkan pos ronda.

“Ayo teman – teman kita keliling memutari dusun, siapa tahu ada orang berniat jahat tengah malam ini,” Pak Joko mengajak teman – temannya untuk bergerak berkeliling dusun. “Pak Maryo disini saja, nunggu pos ronda sambil menjerang air buat nyeduh kopi nanti. Saya, Pak Umar, Pak Marto, dan Mas Hadi akan berkeliling sebentar. Jangan tidur ya Pak” Pak Joko membagi tugas kepada teman – temannya. Malam ini memang Pak Joko yang kebagian menjadi ketua kelompok. Mereka meninggalkan Pak Maryo yang sedang menghidupkan kompor menjerang air untuk menyeduh kopi sebagai pengusir rasa kantuk yang menyerang.

“Pak, seperti ada orang mengendap – endap di belakang rumah Bu Yuni” berbisik Pak Umar memberitahu Pak Joko yang ada di sampingnya. “Iya Pak, saya juga melihat” Lirih Pak Joko menjawab. “Ayo kita ikuti pelan – pelan, siapa tahu orang itu pencuri yang semalam menyatroni rumah Juragan Karta” Kelima orang itu mengikuti dengan pelahan orang yang ada di depan mereka. Jaraknya sekitar dua puluh lima meteran, akan tetapi karena rumah Bu Yuni tidak ada penerangan di luar maka pandangan keempat orang itu agak terganggu. Mata tua mereka ditajam – tajamkan melihat kearah sosok yang sedang mengendap – endap itu. Sosok berbaju hitam mengenakan topeng ninja, persis seperti yang diceritakan oleh Juragan Karta. Hati ke empat orang peronda itu menjadi berdebar – debar tidak karuan. “Saya agak takut Pak, sepertinya memang benar orang itu yang sedang kita cari,” Kata Pak Marto sambil mendekat kea rah Pak Joko. Gerakan tubuhnya sangat pelan, mungkin takut langkah kakinya didengar oleh sosok berbaju hitam yang tengah mereka intai. “Saya juga deg – degan Pak, seumur – umur baru kali ini mau menangkap basah pencuri” Pak Hadi yang berperawakan tinggi besar berbisik lirih. “Kita ikuti dengan hati – hati. Ingat, jangan ada yang bertindak sebelum saya beri aba – aba,” Kata Pak Joko pelan. Ketiga orang didepannya menganggukan kepala mendengar perintahnya.

Sosok berpakaian hitam mendekati jendela samping rumah Bu Yuni, tangannya memegang sesuatu benda panjang semeteran digunakan untuk mencongkel jendela kayu itu. Bu Yuni adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya lima tahun yang lalu. Suaminya seorang pegawai negeri sehingga Bu Yuni mendapat warisan uang pensiun yang setiap bulan diambil untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Meskipun seorang janda tetapi kehidupan Bu Yuni berkecukupan. Sering kali beliau membagikan sebagian rejeki yang didapatnya kepada kaum dhuafa di dusun Karangsawah. Bu Yuni orang terpandang di dusun Karangsawah. Tidak aneh jika malam ini rumahnya menjadi target sosok berbaju hitam yang berniat jahat. Jendela yang dicongkel sudah terbuka sebagian, sementara empat peronda di belakang pencongkel jendela itu mulai bersiap untuk menangkap basah dirinya. Sosok berbaju hitam bertopeng ninja itu membalikkan badan meninjau sekeliling dengan pandangan matanya. Sejurus kemudian dia membuka jendela itu lebar – lebar, mengintip ke dalam ruangan yang tidak berlampu. Tiba – tiba … Byuuuurrr, bunyi air dilempar keluar jendela dari dalam rumah. Entah siapa yang melakukan, mungkin Bu Yuni atau bisa juga Joni anak semata wayangnya yang tanpa sengaja telah membuang air dari jendela di tengah malam itu.

Sosok berpakaian hitam bertopeng ninja sontak kaget, air buangan itu hamper mengenai mukanya. Kontan dia lari lintang pukang menjauhi rumah Bu Yuni. Ke empat peronda yang mengikuti gerak geriknya dari tadi segera berlari mengejar sambil berteiak maling … maliiiing. Warga dusun yang masih terjaga terkejut mendengar teriakan para peronda itu. Banyak diantaranya yang keluar rumah membawa senjata tajam sambil memukul kentongan dengan irama tidak beraturan. Maka ramailah suasana Dusun Karangsawah dini hari itu. Keempat peronda yang mengejar tidak berhasil menangkap sosok misterius itu. Ketika dikejar dan hampir tertangkap oleh Pak Joko dan teman – temannya, sosok berpakaian hitam itu tiba – tiba menghilang di pintu kuburan yang terletak di sisi dusun sebelah timur. Setelah sekian lama dicari para peronda dibantu beberapa warga sosok misterius itu tetap tidak dapat ditemukan.

Akhirnya warga berkumpul di pos ronda membicarakan peristiwa yang baru terjadi. Sebagian ada yang mengatakan bahwa sosok misterius itu maling aguno, pencuri sakti yang dapat menghilang. Sebagian yang lain mencoba menerka – nerka siapa sebenarnya sosok misterius berbaju hitam yang baru saja mereka kejar itu. Mereka yakin kalau orang itu berniat jahat dan tetap akan melakukan aksi yang sama pada waktu yang akan datang. “Dia pasti akan mengulangi aksinya sebelum dia berhasil mendapat apa yang diinginkan. Oleh karena itu kegiatan ronda ini harus kita giatkan. Besok malam jumlah peronda kita tingkatkan dua kali lipat. Kita akan tangkap basah maling itu,” Pak Joko yang malam ini gagal menangkap pencuri merasa penasaran. Besok malam dia akan ikut ronda lagi. Dia bertekat kuat untuk menangkap maling itu dengan tangannya sendiri. Kemampuan bela diri yang dimiliki Pak Joko memang tidak main – main, dia seorang karateka pemegang sabuk hitam Dan IV.

Besok malam pasti perburuan akan semakin menarik sebab banyak warga yang siap ikut meronda dengan harapan pembuat kisruh di dusun mereka segera dapat ditangkap. Siapa sebenarnya maling aguno itu? Ikuti terus kisah memburu maling ini.

(Bersambung)

(Huma di Lembah Serayu, 20 Juli 2020)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post